Peristiwa Daerah

Kesaktian Buyut Jakso Banyuwangi Lahirkan Jalur Pantura Watu Dodol

Jumat, 05 Mei 2017 - 15:06 | 344.08k
Jalur pantura Watu Dodol, di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. (Foto: Hafil Ahmad/TIMES Indonesia)
Jalur pantura Watu Dodol, di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. (Foto: Hafil Ahmad/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bagi anda yang pernah melintas dijalur pantura Banyuwangi, Jawa Timur, pasti akan melewati Watu Dodol, di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Wadu Dodol adalah sebuah bongkahan batu besar menjulang berdiri di tengah jalan raya.

Konon batu ukuran raksasa tersebut kental dengan nuansa magis, bahkan tidak bisa dibongkar dengan alat apapun, sehingga tetap dibiarkan berdiri.

Keyakinan masyarakat Bumi Blambangan, cerita Watu Dodol berkaitan erat dengan sosok Buyut Jakso, abdi dalem Bupati pertama Banyuwangi, Mas Alit alias Tumenggung Wiraguna I.

Petilasan-Buyut-JaksoZwYaN.jpgPetilasan Buyut Jakso di Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi. (Foto: Hafil Ahmad/ TIMES Indonesia)

Dimasa hidupnya, Buyut Jakso, atau yang juga dikenal sebagai Ki Martojoyo atau Joyo Martono, adalah orang yang saksi mandraguna. Meskipun dia hanya seorang pencari rumput untuk kuda peliharaan sang Bupati.

“Kesaktian Buyut Jakso salah satunya saat dia mencari rumput dan Mas Alit memanggilnya. Buyut Jakso tidak terlihat basah walaupun dia kehujanan di hutan yang kini menjadi Taman Sritanjung. Saat itulah Bupati menyadari bahwa Buyut Jakso memiliki ilmu tinggi, lalu akhirnya dia dianugerahi jabatan sebagai Jaksa dan Penasehat Kadipaten,” ucap Toha, sesepuh warga sekitar petilasan Buyut Jakso, di Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Jumat (5/5/2017).

Disebutkan, sebagai orang kepercayaan Mas Alit, Buyut Jakso dipercaya bukan orang asli Banyuwangi. Tapi pendatang dari Kabupaten Lumajang.

Dalam pengabdiannya, Buyut Jakso kembali membuktikan kesaktiannya. Yakni ketika ditugasi untuk memimpin pembangunan jalur pantura Banyuwangi-Surabaya. Para pekerja kesulitan saat harus membongkar batuan karang di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, untuk dijadikan jalanan. Namun dengan kehadiran Buyut Jakso, pekerjaan tersebut bisa terselesaikan.

“Sebelumnya tidak ada yang bisa membelah bukit Watu Dodol, bahkan banyak yang meninggal dalam pengerjaan,” pungkasnya.

Oleh masyarakat Banyuwangi, diyakini Buyut Jakso tidak meninggal dunia, tapi muksa. Dipercaya, tempat leburnya jasad duniawinya ada di petilasan Buyut Jakso saat ini, di Kelurahan Boyolangu, yang dimasa lalu bernama bukit Silangu. 

Sebagai bukti penghargaan dan kepatuhan pada Buyut Jakso, hingga saat ini warga setempat menggelar pawai dokar setiap 10 hari pasca lebaran Idul Fitri. Kegiatan rutin tahunan tersebut banyak dikenal dengan tradisi Puter Kayun. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES