Foto

Gelar Doktor Untuk Penyandang Difabel UIN

Rabu, 07 Oktober 2020 - 18:29 | 52.94k

TIMESINDONESIA, MALANG – Kekurangan pada alat penglihatan tak menjadi penghalang untuk seseorang mengejar cita-citanya. Seperti tekad kuat dari dalam diri Moh. Anas Kholish, mahasiswa difabel tuna netra S3 Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki Malang).

Pada Rabu (07/10/2020) Anas berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Cumlaude. Penelitiannya bertajuk Model Pendidikan Fiqih Berwawasan Toleransi Dalam Menyikapi Keragaman Mazhab studi kasus di Pondok Pesantren Gontor.

Penelitian ini hadir sebagai bentuk kegelisahan dari dalam diri, karena adanya fragmentasi ideologi di Indonesia yang begitu runcing. Pembahasan akademik tentang pluralisme ataupun multikulturalisme hanya merespon keragaman di level makro saja.

Anas mampu menyelesaikan disertasinya selama 6 tahun di tengah keterbatasannya. Tak hanya itu, penelitian yang dikajinya pun merupakan tema yang sangat menarik. Anas dengan keterbatasnnya, berhasil menyihir para penguji, promotor, maupun tamu undangan. Anas mampu menjelaskan dengan sempurna hasil penelitiannya.

Keberhasilan dirinya untuk mencapai gelar Doktor ini, tentunya tak luput dari dukungan keluarga dan kerabat. Anas mengaku bahwa selama keterbatasan dalam melihat, istrinya adalah orang yang selalu mendukungnya.

Dengan keterbatasan menjadi seoarang penyandang difabel kini tak menjadi suatu penghalang. Teknologi yang canggih sudah hadir di tengah masyarakat, sehingga para difabel pun dapat dengan mudah melakukan aktivitas. Salah satunya menggunakan  aplikasi untuk membacakan literatur, hanya cukup dengan mendengarkan, serta menggunakan google document untuk mengetik secara otomatis.

Perjuangan panjang Anas ini, jadi bukti bahwa UIN Maliki Malang mampu memberikan pelayanan terbaik untuk para difabel.Anas berharap dari disertasinya dapat menjadi sebuah pijakan teoritis untuk bersatunya Islam di Indonesia maupun dunia. Hal tersebut mengacu pada sila ke-3 terkait persatuan Indonesia.

Penelitian disertasi ini telah diajukan oleh Anas, ketika pertama kali masuk Program Doktor. Hal ini dikarenakan syarat studi Doktor harus memiliki proposal disertasi.
Hal yang menarik disampaikan juga oleh Anas, dimana disertasi ini disusun saat penglihatannya normal dan tertutup.

Tak lupa juga, Anas memberikan dukungan untuk para difabel agar tetap semangat demi menggapai cita-cita. Tak perlu khawatir dengan kondisi keterbatasan yang dimiliki, sebab keberadaan difabel juga diperhatikan. Selain itu, seluruh instansi juga diwajibkan memberikan kuota 2 persen kepada para difabel untuk bekerja. (*)

 


Fotografer : Adhitya Hendra
Editor : Irfan Anshori
Publisher : Adhitya Hendra
Reaksi Anda
KOMENTAR

FOTO LAINNYA

KOPI TIMES