Deflasi Diprakirakan Masih Akan Terjadi

Minggu, 06 September 2020 - 18:04 | 58.71k

TIMESINDONESIA, MALANG – Menurut data yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi Agustus 2020 lalu, diprediksi akan terjadi deflasi lagi. Karena dari data yang sudah ada Indonesia sudah dua bulan beruntun mengalami inflasi negatif.

Pada Agustus, BPS mencatat terjadi deflasi 0,01% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini menjadi deflasi kedua dalam dua bulan beruntun.

Kali terakhir deflasi terjadi dalam dua bulan berturut-turut adalah pada Maret-April 2011. Sementara secara tahunan (year-on-year/YoY) terjadi inflasi 1,32%. Ini menjadi yang terendah sejak Mei 2000.

Kemudian inflasi inti tercatat 2,03% YoY. Ini menjadi yang terendah setidaknya sejak 2009. Hal tersebut disebabkan daya beli masyarakat belum pulih karena pendemi Covid-19 (Coronavirus Disease-2019).

Pandemi Covid-19 menghantam dua sisi ekonomi sekaligus, yaitu pasokan dan permintaan.

Pemerintah berupaya meredam penyebaran virus Corona dengan melakukan pembatasan sosial (sosial distancing). Pemerintah mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak keluar rumah, kecuali kondisi mendesak. Kalau pun keluar rumah, pastikan taat terhadap protokol kesehatan.

Inilah alasan mengapa restoran, pusat perbelanjaan, tempat wisata, pabrik, dan perkantoran belum boleh menerima pengunjung sesuai kapasitas. Maksimal 50%.

Pengurangan ini berdampak terhadap penurunan produksi barang dan dan jasa. Akibatnya, sisi penawaran terpukul.

Sedangkan masyarakat yang belum berkegiatan secara penuh membuat permintaan pasar begitu-begitu saja. Paling hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, belum terpikir untuk lebih dari itu.

Oleh karena itu, sangat wajar daya beli masyarakat turun drastis. Akibatnya tekanan harga jadi sangat terbatas, bahkan yang ada adalah deflasi.

Deflasi pada Juli-Agustus memberi gambaran bahwa peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 belum bisa diharapkan. (*)