Wisata

Wisata di Delha Rote Jadi Ancaman Masyarakat, Pemerintah Diminta Bertindak

Kamis, 05 Desember 2019 - 09:55 | 124.69k
Ilustrasi.
Ilustrasi.

TIMESINDONESIA, KUPANGPariwisata residensial di Delha Rote dinilai menjadi ancaman bagi masyarakat setempat. Pemerintah diminta untuk dapat melakukan pemberdayaan bagi masyarakat serta mengembalikan kedaulatan masyarakat.

Hal tersebut didasarkan atas penelitian yang dilakukan  oleh Fitri Ciptosari, S. Tr. Par., M. Si yang dipaparkan pada Annual Conference on Social Justice (ACSJ) 2019 di Neo Aston Hotel Kupang, NTT, Rabu (4/12).

Fitri-Ciptosari.jpgFitri Ciptosari, S. Tr. Par., M. Si (kedua dari kiri) berpose bersama moderator dan pemateri lainnya. (Foto: Yohanis Tkikhau/TIMES Indonesia)

Dari penelitian tersebut, Fitri menemukan bahwa para wisatawan yang datang ke Delha itu rata-rata berusia 30-50 tahun, dengan  tujuan  berselancar.

"Kalau wisatawan muda itu lebih banyak memilih berselancar di Bali, karena ada tempat-tempat hiburan lain. Sementara yang datang ke Delha adalah para senior yang ingin berselancar sambil mencari ketenangan", ujar Fitri.

Para wisatawan biasanya berada di Delha dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan. Hal tersebut lantaran mereka menunggu datangnya ombak untuk bisa berselancar.

Untuk bisa menunggu selama itu, para wisatawan membutuhkan tempat tinggal. Karena masyarakat belum siap menerima kedatangan para wisatawan, maka mereka tidak dapat membaca peluang untuk bisa meningkatkan ekonomi mereka. Akhirnya mereka dengan mudah menjual tanah miliknya kepada para wisatawan.

"Selain berselancar, para wisatawan juga butuh tempat tinggal. Dan mereka bahkan ingin punya aset sendiri seperti vila yang mereka bisa gunakan  ketika berlibur. Hal tersebut dipahami masyarakat sebagai peluang pariwisata dan mereka lalu menjual tanah mereka", jelas Fitri.

Fitri menambahkan bahwa hal tersebut turut berpengaruh pada jenis usaha yang dikembangkan masyarakat. Yang ditemukan di Delha adalah masyarakat lebih banyak membuka usaha yang menjual bahan-bahan bangunan. Sementara usaha lainnya seperti restoran atau kuliner lokal serta usaha-usaha lainnya jarang ditemukan.

Bahkan yang lebih disayangkan lagi, berdasarkan pengakuan masyarakat setempat, lahan-lahan di pinggir pesisir pantai sudah habis terjual. Memang  sampai saat ini masih belum ada pembangunan di pesisir pantai namun kemungkinan besar semua hanya menunggu waktu yang tepat saja.

"Saya cek ke dinas perizinan ternyata lahan-lahan tersebut sudah mengantongi izin pembanguan. Ada yang untuk vila pribadi, ada juga untuk restoran," ungkapnya.

Tidak hanya itu, saking banyaknya wisatawan yang sudah memiliki vila pribadi di Delha, ketika berkunjung ke tempat tersebut kita akan menjumpai satu lokasi yang disebut masyarakat setempat sebagai kampung Australia.

Hal lainnya yang dijumpai yakni kehadiran para wisatawan, secara perlahan-lahan menggeser dan menghilangkan mata pencaharian penduduk setempat.

"Mata pencaharian masyarakat di sana (Delha) adalah petani rumput laut. Tetapi semakin hari para petani seakan diusir untuk tidak melakukan aktivitas disekitar pantai dengan  alasan mengotori pantai," ucap Fitri.

Melihat hal tersebut, Fitri menyarankan kepada pemerintah Provinsi yang saat ini gencar mempromosikan dan membangun pariwisata di NTT, untuk menyiapkan masyarakat terlebih dahulu sebelum melakukan pembangunan di daerah-daerah dengan potensi pariwisata.

"Pariwisata berbicara tentang demand dan suplay. Demand dari wisatawan itu apa, lalu yang bisa diberikan  masyarakat itu apa. Sehingga pemerintah perlu membangun dulu masyarakatnya agar masyarakat benar-benar siap untuk menerima kehadiran para wisatawan,"  tegasnya.

Terkait dengan apa yang terjadi Delha Rote, Fitri mengatakan bahwa pemerintah perlu memberikan  pemahaman bagi masyarakat, lalu bagaiamana mengembalikan kedaulatan masyarakat agar mereka dapat tetap menjalankan aktivitasnya seperti bertani rumput laut. "Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah memberdayakan masyarakat setempat Lalu mengembalikan kedaulatan masyarakat," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Kupang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES