Pendidikan

Dua Profesor UB Dikukuhkan, Komitmen Kembangkan Pertanian Indonesia

Rabu, 20 November 2019 - 18:04 | 137.77k
Dua profesor Universitas Brawijaya yang baru saja dikukuhkan. (Foto: Humas UB for TIMES Indonesia)
Dua profesor Universitas Brawijaya yang baru saja dikukuhkan. (Foto: Humas UB for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dua profesor Universitas Brawijaya (UB) resmi dikukuhkan hari ini, Rabu (20/11/2019) di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang.

Mereka adalah profesor baru dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pertama, Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S., sebagai profesor dalam bidang Ilmu Sosiologi Pertanian. Ia merupakan profesor aktif ke-40 dari FP, profesor aktif ke-176 di UB, serta Profesor ke-253 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Profesor-UB-2.jpg

Kedua, Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, S.U., sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Hama Tanaman. Ia merupakan profesor aktif ke-41 dari FP, Profesor aktif ke-177 di UB, serta profesor ke-254 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.

Dalam pidato ilmiahnya, Yayuk menekankan pada peningkatan kapasitas perempuan tani dalam menguatkan feminisasi pertanian.

Dalam perkembangan teknologi saat ini, kata dia, pekerjaan di pertanian mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, terdapat 42,8 juta jiwa rakyat Indonesia yang menggeluti bidang pertanian, sedangkan pada tahun 2017, angkanya turun menjadi 39,7 juta jiwa. Hal ini menunjukkan persentase petani terus mengalami penurunan sebesar 1,1 persen per tahun.

Secara spesifik, jumlah petani perempuan pada tahun 2016 sebesar 52,71 persen meningkat menjadi 55,04 persen pada Februari 2017. Sebaliknya, jumlah petani laki-laki yang justru menurun dari 83,46 persen menjadi 83,05 persen.

Kondisi ini, kata Yayuk, menunjukkan keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian semakin meningkat dibandingkan laki-laki.

“Fenomena meningkatkan jumlah tenaga kerja perempuan di sektor pertanian disebut dengan feminisasi pertanian. Dan fenomena ini disebut dengan feminisasi pertanian,” ujarnya.

Feminisasi pertanian mengacu pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pertanian, baik sebagai produsen independen, sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar, atau sebagai pekerja upahan pertanian.

“Fenomena feminisasi pertanian ini sebenarnya tidak masalah jika perempuan yang melanjutkan kegiatan pertanian sudah siap, artinya perempuan sudah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan formal yang cukup seperti laki-laki, serta ikut memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi pertanian,” paparnya.

Mengenai hal ini, guna meningkatkan kapasitas perempuan tani, maka ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, yakni pemberian akses sumber daya kepada perempuan, pengurangan beban kerja perempuan, koordinasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam merumuskan pembangunan yang berperspektif gender, serta perlu adanya diskusi dan sosialisasi gender bagi seluruh elemen masyarakat, agar tercipta kesetaraan gender khususnya dalam pembangunan pertanian.

Profesor-UB-3.jpg

Sedangkan Bambang dalam kajian ilmiahnya lebih menekankan pada pengertian hama serta kerugian penggunaan insektisida atau pestisida dalam pertumbuhan tanaman.

“Saya ingin membawa nama manipulasi habitat/lingkungan dimana ada ruang bagi hama tanaman sebagai bagian dari keseimbangan lingkungan karena kalau ada namanya pasti ada musuh alamnya,” ujar Bambang.

Karena itu, ia memaparkan sudah sangat perlu diterapkan keseimbangan pada alam dimana ada hama dan musuh alam.

Ia mencontohkan pemanfaatan daun Tebu dimana kebiasaan petani dibakar padahal kalau daun tebu ini ditanam dalam tanah maka akan meningkat bangkitnya mikrofauna dalam tanah yang jadi musuh alam.

"Jika terjadi proses  maka akan tercipta rantai tropik, saya sering memberikan penjelasan pada mahasiswa  kalau pematang sawah ditanami tumbuh-tumbuhan yang berbunga maka akan mengundang musuh alam ini maknanya kalau tumbuh tanaman yang berbunga dan bunga tersebut mengandung nektar maka akan mengundang musuh alam dan membuktikan serangan namanya jauh lebih kecil,” ungkapnya.

Dan ini oleh petani tidak hanya mengendalikan musuh alam juga bisa sebagai kawasan ekowisata seperti di Cafe Sawah Kawasan Pujon Kidul, Kabupaten Malang.

Dua profesor UB yang dikukuhkan tersebut berkomitmen untuk mendorong kemajuan pertanian Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES