Pendidikan

Dosen Poliwangi Ciptakan Pestisida Alami Hingga Pengawet Makanan dari Limbah Kayu

Rabu, 20 November 2019 - 08:25 | 269.75k
Tim PKM Poliwangi menggunakan limbah kayu menjadi pestisida nabati dan pengawet makanan.  (FOTO: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)
Tim PKM Poliwangi menggunakan limbah kayu menjadi pestisida nabati dan pengawet makanan. (FOTO: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Selalu ada inovasi terbaru dari Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Jawa Timur.  Baru-baru ini dosen program studi (Prodi) Teknologi Pengolahan Hasil Ternak (TPHT) Poliwangi yang diketuai Sefri Ton, S.ST.,M.M bersama anggota Dwi Ahmad Priyadi, S.Pt, M.Sc, Yeddid Yonatan Eka Darma, S.T.,M.S menciptakan inovasi mendaur ulang limbah kayu menjadi bahan pestisida nabati hingga pengawet makanan yang berkolaborasi dengan mitra para pengrajin kayu.

Konsep yang ditawarkan tim yang tergabung dalam Program Penerapan Teknologi Tepat Guna Bagi Masyarakat yang didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) sangat ramah lingkungan. 

PKM-Poliwangi-7.jpg

Sefri Ton menjelaskan, limbah kayu dari industri kayu yang ada di Dusun Plampang, Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi sangat melimpah ruah seperti sisa potongan kayu, serbuk kayu, tempurung kelapa, dan lainnya. Namun itu semua belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat.

"Kami mencoba untuk melakukan terobosan baru dalam mendorong pertanian organik di Banyuwangi, salah satunya mengolah limbah kayu dengan membakarnya dan diambil asap cairnya sebagai bahan baku pestisida nabati hingga bahan pengawet makanan," ujar Sefri Ton Dosen Poliwangi asal Nusa Tenggara Timur tersebut, Rabu (20/12/2019).

PKM-Poliwangi-3.jpg

Sefri Ton mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memang sedang gencar mendorong petani untuk mengembangkan pertanian organik dan pertanian organik tentunya membutuhkan pestisida nabati.

Peluang ini dimanfaatkan dengan mengolah limbah kayu menjadi asap cair sebagai bahan baku pestisida organik. Asap cair merupakan cairan hasil kondensasi uap dari pembakaran kayu yang keras atau tempurung kelapa. Cairan asap ini dapat diaplikasikan untuk pembasmi hama tanaman (pestisida), menyuburkan tanaman, menetralkan tanah, hingga pengawet alami makanan. 

PKM-Poliwangi-5.jpg

"Jadi ini bukan sekedar olahan limbah kayu biasa, kita membuat skema dalam sekali proses mengaplikasikan dengan alat destilat ini, kami mendapatkan beberapa grade yang masing-masing grade memiliki jenis pemanfaatan yang berbeda-beda," jelasnya.

Sefri Ton menjelaskan bahwa alat destilat ini terdiri dari alat destilat 1 dan destilat 2, pada alat destilat 1 mampu menghasil produk asap cair grade 3. Cara memproduksinya yaitu dengan membakar kayu atau tempurung kelapa sebanyak 20 kg, akan mampu menghasilkan asap cair sekitar 6 sampai 7 liter yang dikumpulkan dari pipa dan tertampung ke wadah penampungan khusus.

PKM-Poliwangi-6.jpg

Cairan ini sudah dapat diaplikasikan pada tanaman, sedangkan alat destilat 2 merupakan penyaringan lanjutan. Hasil dari destilasi 2 yaitu berupa asap cair grade 1 dan grade 2.  Asap cair grade 1 dan  grade 2 dapat digunakan untuk pengawet pengganti dari formalin atau sebagai penambah rasa pada makanan.

Sementara itu, dalam proses pengolahan terdapat kerak yang menempel didinding alat destilat karena lama dari pengolahan tersebut, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet kayu (Tar atau Pelitur Kayu). Kemudian manfaat terakhir adalah arang aktif hasil dari bahan baku pembakaran limbah kayu yang dimanfaatkan untuk keperluan memasak seperti arang pembakar olahan sate dan bahan campuran masakan.

PKM-Poliwangi-2.jpg

"Kandungan dalam asap cair ini terdapat Fenol, Karbon, pH yang tentunya memiliki fungsi dalam membasmi hama dan mengawetkan makanan. Kami sangat bersyukur atas respon dari warga sekitar yang senang dengan diadakannya kegiatan ini," kata Sefri Ton dengan raut wajah bersemangat.

Sefri Ton menambahkan bahwa teknologi pembuatan asap cair ini terbilang sangat sederhana, ramah lingkungan dan mudah dilakukan oleh masyarakat tanpa meninggalkan pekerjaan utamanya. Asap cair yang dihasilkan juga berpotensi untuk dikembangkan pada bidang lainnya, misalkan sebagai bahan baku obat dan bahan pengawet kayu. Selain itu alat ini mampu menghasilkan hasil sampingan berupa arang aktif yang memiliki banyak kegunaan. 

Kegiatan penerapan pembuatan dan pengaplikasian asap cair pada makanan berlangsung pada tanggal 4 November 2019 lalu, dihadiri oleh 60 peserta dari warga, mencakup tokoh masyarakat, RT/RW, kelompok wanita tani, karang taruna, dan perangkat desa.

PKM-Poliwangi-4.jpg

Dalam kesempatan ini turut hadir penanggung jawab acara desa Bulusari Nahrawi, Kepala Desa Bulusari terpilih 2019 Muhlis, Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Banyuwangi Zulis Erwanto, S.T., M.T, dosen serta panitia yang sekaligus merupakan mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi, diantaranya Masyudi, Bima Lazuardi, Anggang Y. Pratama, Dony S. Wijaya, Mitha F. Ningrum, Silvi Marta A.P., dan Muh Arifan Ilham.

"Kami mendukung penuh kegiatan ini karena dapat menghasilkan produk unggulan bagi desa Bulusari dan keberlanjutan program ini, masyarakat diharapkan mampu memproduksi asap cair dan menjual kepada petani maupun industri (makanan, farmasi, mebel). Teknologi ini juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat desa Bulusari," kata Kepala Desa Bulusari Terpilih 2019 Muhlis.

Senada dengan Mashudi, salah satu mahasiswa Poliwangi asal desa Bulusari mengungkapkan bahwa pestisida nabati dari limbah kayu ini sangat bermanfaat bagi warga yang rata-rata adalah petani perkebunan kopi dan lain sebagainya.  "Intinya sih menguntungkan masyarakat, dengan inovasi ini kami berharap bisa membantu mensejahterahkan perekonomian masyarakat Bulusari," harap mahasiswa semester akhir tersebut. Tak lupa, kegiatan penerapan teknologi ini diakhiri dengan penyerahan alat destilasi asap cair dari Tim PKM Poliwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES