Pemerintahan

Direktur Makam Belanda Persilakan Warga Mengunjungi Makam Kehormatan Tentara Asing

Selasa, 19 November 2019 - 18:13 | 337.04k
Direktur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia (Director Dutch War Graves Foundation), Mr. Robert C.J.M van de Ridjt, saat menjadi pembicara dalam diskusi akademik di Uwika, Selasa (19/11/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Direktur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia (Director Dutch War Graves Foundation), Mr. Robert C.J.M van de Ridjt, saat menjadi pembicara dalam diskusi akademik di Uwika, Selasa (19/11/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYADirektur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia (Director Dutch War Graves Foundation), Mr. Robert C.J.M van de Ridjt, mengundang warga Indonesia mengunjungi Taman Makam Kehormatan Tentara Asing Belanda.

Ada tujuh Makam Kehormatan Belanda di Pulau Jawa. Hampir 25 ribu korban perang disemayamkan di tempat peristirahatan terakhir tersebut akibat Pertempuran Laut Jawa pada Perang Dunia II.

Jejak sejarah Makam Belanda antara lain berada di Kembang Kuning Surabaya, Menteng Pulo Jakarta, Ancol, Pandu di Bandung, Leuwigajah, Kalibanteng dan Candi Semarang.

Makam-makam ini dikelola oleh Oorlogsgraven-stichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda) melalui kantor yang berada di Jakarta.

Yayasan juga menyimpan sekitar 180.000 registrasi korban perang yang gugur dari awal Perang Dunia II 9 Mei 1940 hingga saat ini. Seluruh korban memiliki cerita masing-masing. 

pembicara-dalam-diskusi-akademik.jpg

"Yayasan ingin membuat agar kenangan terhadap mereka tetap hidup," terang Robert, saat mengisi bincang dan diskusi akademik di Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Selasa (19/11/2019).

Makam Belanda tersebut, lanjut Robert, terbuka untuk masyarakat umum. Siapapun bisa masuk. Makam ini buka setiap hari mulai jam tujuh pagi hingga jam lima sore. 

Pengunjung boleh datang bersama komunitas atau grup. Tinggal pencet bel dan petugas akan membukakan pintu. "Kamu tidak perlu membuat perjanjian, tinggal pencet bel dan masuk tanpa biaya," katanya, Selasa (19/11/2019).

Robert mengundang millenial Indonesia untuk berkunjung ke makam sebagai upaya merawat sejarah. Sekaligus menyampaikan pesan kepada dunia tentang derita korban peperangan. Karena, korban Perang Pasifik bukan sekedar tentara asing namun juga Pribumi.

pembicara-dalam-diskusi-akademik-2.jpg

Makam Belanda sekaligus menjadi peringatan bahwa sebetulnya perang tidak diperlukan jika setiap masalah bisa diselesaikan secara diplomatik. 

"Kita tidak menunjukkan tentang orang Belandanya, tetapi kita menunjukkan kepada dunia bahwa juga banyak orang Indonesia yang gugur dalam perang Pasifik melawan Jepang," sambung Robert.

Ia menegaskan, sekitar delapan puluh persen korban perang baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak tidak dapat ditemukan. Jasad mereka hilang.

Perang, bukan sebuah jalan keluar dalam menyelesaikan masalah.

"Di makam ini, kita ingin menunjukkan sebuah pesan khususnya kepada pemuda untuk tidak menyelesaikan masalah dengan sebuah peperangan namun dengan langkah diplomatik," tambahnya.

Pria berkebangsaan Belanda ini mengimbau, agar setiap orang memelihara dan menghormati keberadaan Makam Tentara Asing Belanda sebagai langkah merawat nilai historis.

"Karena menjadi kewajiban untuk merawat makam ini atas permintaan keluarga korban perang yang tinggal di Belanda. Kita juga mempunyai kisah di sini," tutur Robert.

Sementara, Audry S. Latuputty, Supervisor Taman Makam Kehormatan Tentara Asing Kembang Kuning Surabaya mengatakan, ada sekitar 5000 makam di area ini. 

pembicara-dalam-diskusi-akademik-3.jpg

Tempat bersemayam korban perang yang berdinas di Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Angkatan Darat Kerajaan Belanda, dan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) serta warga sipil dari kamp-kamp di Jawa Timur.

Di sini juga terdapat Monumen Karel Doorman untuk mengenang 915 serdadu Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang gugur pada Pertempuran Laut Jawa. Mereka tidak memiliki makam karena jasad mereka tetap berada di dalam laut.

Tanah Makam Belanda Kembang Kuning merupakan hibah dari Pemerintah Indonesia. Standar pemeliharaan makam sudah ditentukan oleh yayasan. Lokasi makam harus selalu bersih, sehingga saat keluarga melakukan ziarah akan nyaman.

Ada jadwal khusus seperti potong rumput, membersihkan dan mencuci tanda makam, serta meluruskan nisan berdasarkan standart. Kunjungan keluarga dari Belanda tidak menentu, dalam setahun sekitar 1-2 kali. 

"Intinya kita meminimalisir komplain dari pihak keluarga," kata Audry.

Dua kali dalam setahun ada prosesi upacara. Pada 27 Februari peringatan perang di Laut Jawa dan 4 Mei Hari Pahlawan di Belanda.

"Biasanya tabur bunga, kalau upacara hanya saat seremoni saja," tandasnya usai mendampingi Direktur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia dalam kegiatan komunikasi antar budaya sebagai rangkaian kegiatan akademik dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2019 di Uwika. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES