Peristiwa Daerah

Lindungi Diri, Pria Banyuwangi ini Manfaatkan Program JKN-KIS

Selasa, 19 November 2019 - 17:37 | 40.16k
Endik (34), Peserta PPU Swasta. (FOTO: Endik for TIMES Indonesia)
Endik (34), Peserta PPU Swasta. (FOTO: Endik for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kesehatan adalah kekayaan terbesar yang memberikan nikmat kebahagiaan dan kebugaran di sepanjang hari. Kata bijak inilah yang menjadi salah satu motivasi bagi Endik (34), seorang karyawan di salah satu Bank Swasta di Banyuwangi yang mempercayakan jaminan kesehatan dirinya kepada Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Kepada TIMES Indonesia, pria ini menceritakan sejumlah penyakit yang ia derita sehingga membuat hidupnya terancam. Selepas menjalani segenap pengobatan, dirinya kini memilih pola hidup sejak dini.

"Semenjak mengidap vertigo kemarin, saya tersadar bahwa menjaga pola hidup sehat itu penting. Salah satunya dengan berhenti merokok,” kata Endik.

Dari penyakit itulah, kemudian mengantarnya untuk memanfaatkan Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Sejak bergabung dengan perusahaan tempatnya bekerja, Endik terdaftar sebagai Peserta JKN pada segmen Pekerja Penerima Upah sektor swasta (PPU Swasta). Sejumlah tahapan prosedur pemanfaatan pelayanan kesehatan pun pernah dirasakannya.

"Awalnya saya periksa di dokter umum atau fasilitas kesehatan tingkat pertama sesuai dengan yang tertera di KIS. Setelahnya, dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut di RS yang memadai," katanya.

Biasanya, kata Endik, banyak cerita beredar bahwa untuk pengurusan itu susah. Namun nyatanya itu mudah. Ditambah lagi, lanjutnya, dalam prosesnya tidak dipungut biaya atas pelayanan kesehatan yang diterimanya.

“Tidak ada biaya, gratis. Ibu saya sendiri pernah memanfaatkan program ini, saudara saya yang lain pun baru-baru ini menjalani operasi dengan menggunakan KIS miliknya. Program ini tak perlu diragukan lagi manfaatnya," tegasnya.

Bagi Endik kekayaan terbesarnya adalah kesehatan. Menjaga kekayaan itu tentunya dengan menjalani pola hidup sehat. Sedang untuk menjaga stabilitas ekonominya, Program JKN baginya merupakan pilihan tepat.

Dari itulah, Endik memiliki pemikiran, berapapun uang yang dimiliki tidak ada artinya. Bisa bangkrut kalau sudah kena penyakit berat. Apalagi ketika tidak punya uang. Sakit datang, tak ada uang, teman pun kadang jadi susah kasih hutang.

"Sejak saat inilah saya mulai sedia payung sebelum hujan. Kalaupun tidak digunakan, ya bersyukurlah berarti kita sehat dan iuran kita jadi sedekah untuk saudara kita yang sakit,” ucap Endik.

Endik pun sempat menuturkan pandangannya terkait penyesuaian iuran JKN yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat.

"Saya memahami penyesuaian iuran ini. Besaran iuran JKN tak sebanding dengan manfaat yang bisa didapatkan oleh pesertanya," katanya.

Coba kita tengok orang-orang yang ada di rumah sakit, kata Endik, Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi ketika Program JKN ini tidak berjalan. Mungkin orang-orang di luar sana yang ingin program ini dihentikan belum merasakan betapa besar manfaatnya.

"Ya saya berharap Program JKN-KIS ini terus berkelanjutan dan bersinergi bersama pemberi pelayanan kesehatan untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di Banyuwangi," tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES