Pemerintahan

Angkat Budaya Bali, Rektor IHDN Apresiasi Film Kajeng Kliwon

Senin, 18 November 2019 - 12:27 | 143.47k
Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof I Gusti Ngurah Sudiana, mengapresiasi film Kajeng Kliwon yang mengangkat budaya Bali. (FOTO: Imadudin M/TIMES Indonesia)
Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof I Gusti Ngurah Sudiana, mengapresiasi film Kajeng Kliwon yang mengangkat budaya Bali. (FOTO: Imadudin M/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, DENPASAR – Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof I Gusti Ngurah Sudiana, mengapresiasi film Kajeng Kliwon yang mengangkat budaya Bali. Menurutnya, film ini bisa membantu melestarikan budaya Bali untuk generasi muda.

Film Kajeng Kliwon merupakan film yang bercerita mengenai perjalanan kisah asmara seorang gadis Bali bernama Agni yang diperankan oleh Amanda Manopo dan Niko yang diperankan oleh Christ Laurent. Kisah cinta mereka berbalut adat, tradisi, dan budaya Bali yang amat kental. Agni merupakan keturunan pengleak atau spiritualis, sehingga, saat mereka memadu kasih, Niko harus merasakan berbagai pengalaman supranatural yang tak pernah ia alami sebelumnya.

Film ini sendiri mengambil lokasi syuting di beberapa lokasi di Bali di antaranya di kawasan Tabanan, Ubud dan Singaraja. Proses produksinya melibatkan masyarakat Bali dan tokoh-tokoh agama Hindu.

Sudiana menjelaskan bahwa Kajeng Kliwon merupakan salah satu hari keramat bagi masyarakat Bali. Ia menjelaskan bahwa Kajeng Kliwon merupakan hari Dewi Durga. Dewi Durga merupakan dewi yang diberi kewenangan oleh Dewa Siwa sebagai penguasa mistis alam semesta.

Gusti-Ngurah-Sudiana-2.jpg

"Dewi Durga ini penguasa mistis alam semesta. Hari Kajeng Kliwon sendiri diperingati dalam 15 hari sekali," kata Sudiana.

Ia mengatakan bahwa dalam memperingati hari Kajeng Kliwon ini masyarakat Bali mempersembahkan sesajian untuk Dewi Durga. Hari sakral ini juga sering dimanfaatkan untuk menekuni pembelajaran kediatmikan atau kesaktian bagi masyarakat di Bali.

"Hari Kajeng Kliwon ini diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa, saat memuja Dewi Durga. Syarat untuk memperoleh ilmu ini harus dilakukan dengan tata cara yang benar," terangnya.

Sudiana menyampaikan hari Kajeng Kliwon ini berisi anyak pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat Bali, seperti tidak boleh tidur di siang hari, tidak boleh berpergian saat sandiakala (magrib matahari terbenam), bagi wanita diajurkan tidak keramas.

Edisi-Selasa-19-November-2019-bali-nyar.jpg

"Ini yang harus diketahui oleh generasi muda. Karena saat ini banyak kepercayaan ini sudah mulai luntur. Jadi saya harap melalui film ini dapat melestarikan budaya Bali yang sangat kuat ini," kata Sudiana.

Sebagai seni film, Sudiana berharap kebudayan lokal Bali yang terpendam itu bisa diinformasikan ke masyarakat umum dan masyarakat luas khususnya di Bali. Ia mengatakan bahwa di Bali ada hari yang dikeramatkan setiap 15 hari sekali.

Hal ini diyakini sampai sekarang dan ini menjadi nilai tambah bagi nilai budaya lokal Bali bagi masyarakat umum dan dunia. Bali bisa dikenalkan pada masyarakat luas masyarakat dna wisata wan bisa datang ke Bali apakah benar ada hari yang mistis. Secara tidak langsung film Kajeng Kliwon ini juga menjadi promosi pariwisata Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Bali

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES