Wisata

Dinas Pariwisata DIY Berupaya Menarik Kunjungan Wisatawan Lewat Busana

Jumat, 15 November 2019 - 20:35 | 197.92k
Dinas Pariwisata DIY ketika mengenalkan busana Jogja Culture Experience. (FOTO: Desty Luthfiani/TIMES Indonesia)
Dinas Pariwisata DIY ketika mengenalkan busana Jogja Culture Experience. (FOTO: Desty Luthfiani/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dinas Pariwisata DIY terus membuat terobosan untuk menarik kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Diantara dengan mengenalkan pakaian khas yang akan digunakan di awal tahun 2020. Busana ini bertujuan menguatkan citra pariwisata berbasis budaya atau Jogja Culture Experience. Kegiatan ini mulai disosialisasikan di Hotel Grand Dafam Rohan, Jumat (14/11/2019).

Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo mengatakan, ada 3 proyek perubahan yang dicanangkan oleh Dinas Pariwisata DIY.

“Tiga output kita berfokus pada pakaian khas Jogjakarta, story telling, dan media promosi alhamdulillah pada saat ini kami sudah menyelesaikan ini semuanya pada event Jogja Fashion Week pada beberapa hari yang lalu,” kata Singgih kepada wartawan.

Menurutnya, industri pariwisata harus bisa membentuk mindset orang-orang tentang wisata daerah. Seperti Bali, di mana banyak orang langsung mengetahu tentang apa saja wisata yang ada di Bali.

“Yogyakarta ingin merubah mindset pengunjung seperti halnya mendengar nama Bali. Dari budaya berbusana, cerita sejarah tentang bali, media promosinya ini merupakan stake holder untuk pelaku wisata,” papar Singgih.

Jumlah kunjungan wisatawan di Yogyakarta memang mengalami peningkatan. Untuk wisatawan lokal  lebih dari 5 juta dan wisatawan asing lebih dari 500.000 wisatawan.

“Tahun 2020 harus mengalami kenaikan lebih dari 50 %. Kami menjual paket kegiatan grebeg sehingga banyak orang akan pesan paket lacture budaya Jawa, dari awal mula acara sampai digelarnya acara grebeg. Industri butuh konsistensi apalagi setiap tahun kita harus menyiapkan calender of event untuk salah satu daya menarik wisatawan,” kata Ketua DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto Setyoaji.

Pengenalan pakaian khas yang bervariatif mulai terbuka untuk umum. Hal ini tidak lepas dari peran Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat yang sudah memberi kebebasan dengan motif apa saja yang boleh digunakan untuk perhelatan gelaran kegiatan kebudayaan.

“Penguatan batik-batik yang lebih variatif adalah salah satu penguatan ciri khas membangun mindset orang-orang tentang potensi wisata dan budaya di Yogyakarta,” terangnya.

Designer Jogja Culture Experience, Ria Mustafa mengatakan, tema ini adalah baju tradisional Yogyakarta dari Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat yang dikembangkan. Untuk model dan cara pemakaian tetap mengikuti tradisi. Ia pun telah berkonsultasi terkait dengan motif apa saja yang boleh dikenakan saat perayaan tersebut.

“Kalau iket yang digunakan sudah menyesuaikan pada perkembangan  ini karena permintaan model yang tidak mau panas tutup kepalanya memilih terbuka saja tapi tetap ada cirikhas kain dan lipatan-lipatan wiru pemilihan kainnya tidak larangan dari Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat,” terang Merry, Designer Iket dalam acara Jogja Culture Experience.

Menurutnya, pakaian merupakan simbol. Sebab, seseorang dapat dilihat auranya dari gaya berbusana. Karena itu, busana merupakan salah satu proyek perubahan untuk menarik industri wisata dan menarik kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES