Konsumsi Solar Jauh Lebih Tinggi Dibanding Premium
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Humas MOR V Pertamina Malang, Rustam Aji menyebutkan, konsumsi bahan bakar Solar jauh di Jawa Timur lebih tinggi dibanding Premium. Sampai Oktober 2019, konsumsi solar sudah melebihi kuota yang ditetapkan, sehingga suplainya dikurangi 10 persen. Solar jadi langka.
"Rata-rata di Jatim overnya (kelebihan konsumsi solar, Red) rata-rata 20 persen," katanya kepada TIMES Indonesia.
Sebagai contoh, Rustam menyebut Pulau Madura yang mendapat kuota di bawah 100 ribu kiloliter. Tapi sampai Oktober, konsumsinya sudah di atas 100 ribu kiloliter.
Di Kabupaten Probolinggo, kuota solar tahun 2019 ditetapkan sebanyak 39.190 kilo liter. Namun sampai Oktober 2019, realisasinya sudah 41.820 kilo liter.
Sedangkan di Kota Probolinggo, kuota tahun 2019 ditetapkan sebesar 21.850 kilo liter. Tapi sampai Oktober 2019, Pertamina sudah menyalurkan solar sebanyak 22.940 kilo liter.
Bagaimana dengan premium? Rustam menyatakan, sebagai barang subsidi seperti halnya solar, konsumsi premium juga melebihi kuota. Namun, kelebihan konsumsinya jauh di bawah solar.
"Untuk premium, overnya (kelebihan konsumsi, Red) di bawah 10 persen," katanya melalui sambungan seluler.
Kenapa demikian? Berdasarkan analisa Pertamina, konsumsi premiun di Jatim hanya 35 persen. Selebihnya, mengkonsumsi BBM jenis Pertalite atau Pertamax yang non subsidi.
Rustam menduga, hal itu terjadi karena selisih harga antara Premium, Pertalite dan Pertamax tak begitu jauh. Sehingga masyarakat banyak yang beralih ke BBM non subsidi (Pertalite dan Pertamax).
Sebaliknya, silisih harga antara BBM jenis solar, Dexlite dan Pertamina Dex cukup jauh. Sehingga masyarakat tetap bertahan menggunakan bahan bakar solar yang disubsidi pemerintah. Berbeda dengan Premium, Pertalite dan Pertamax. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Probolinggo |