Pendidikan

Tularkan Keteladanan, UII Gelar Seminar Kiprah Prof Kahar dan Prof Sardjito

Jumat, 15 November 2019 - 10:12 | 167.42k
Dr HM Busyro Muqoddas ketika menyampaikan paparan dihadapan peserta seminar. (FOTO: Humas UII/TIMES Indonesia)
Dr HM Busyro Muqoddas ketika menyampaikan paparan dihadapan peserta seminar. (FOTO: Humas UII/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dua tokoh Universitas Islam Indonesia (UII) resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK tahun 2019 tanggal 7 November 2019. Kedua tokoh UII yang mendapat gelar Pahlawan Nasional tersebut yakni Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir (Prof Kahar) sebagai Rektor UII pertama periode 1945-1960 dan Prof. Dr.dr. Sardjito, MD, MPH merupakan Rektor ketiga UII periode 1963-1970.

Pemberian gelar disampaikan langsung oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo kepada perwakilan ahli waris pada upacara penganugerahan di Istana Negara, Jumat (8/11/2019).

Seminar-Prof-Kahar-2.jpg

Disamping rasa syukur dan bangga atas penganugerahan tersebut, terdapat hal yang tidak kalah penting untuk menjadi perenungan. Salah satunya bagaimana menggali kiprah dan keteladanan yang ditunjukkan kedua tokoh itu selama hidupnya. Kemudian, bagaimana menularkan dan mewariskan keteladanan tersebut kepada generasi bangsa yang kelak melanjutkan perjuangan mereka.

Hal inilah yang kemudian mendorong keluarga UII untuk menyelenggarakan seminar bertajuk “Belajar dari Sang Teladan, Pak Kahar dan Pak Sardjito”

Seminar yang berlangsung di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Kamis (14/11/2019) . Hadir sebagai pembicara yaitu Prof Dr. Djoko Suryo, Prof. Dr. Anhar Gonggong, Dr. Artidjo Alkostas, SH, LL.M, Dr. H.M Busyro Muqoddas, M.Hum, Dr. Habib Chirzin, dan Drs. Ahmad Charris Zubair, S.U

Rektor UII, Fathul Wahid, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan penyelenggaraan seminar sebagai bentuk ungkapan syukur keluarga besar UII, karena dua mantan Rektornya dinaugerahi gelar Pahlawan Nasional setelah perjuangan yang cukup panjang. UII merasa bangga bahwa pemerintah Indonesia telah mengakui kiprah kedua tokoh tersebut.

“Kami tentunya ingin menularkan keteladanan beliau dalam sebuah forum terbuka yang dapat diakses secara luas oleh berbagai kalangan. Ini merupakan ikhtiar kami meneruskan perjuangan beliau. Keduannya adalah contoh hidup bagaimana mencintai negeri ini tidak hanya dari kata-kata tapi juga lewat aksi nyata,” ungkapnya

Terkait beragamnya pembicara yang dihadirkan, ia menyebut mereka adalah tokoh kompeten yang dapat mengupas kiprah Prof. Sardjito dan Prof. Kahar dari berbagai sisi. “Pembicara tidak hanya dari UII namun juga dari luar agar kita mendapatkan gambaran keteladanan yang utuh seperti apa keduanya dikenal kiprahnya secara nasional, tidak hanya di lingkungan kampus,” tuturnya.

Seminar-Prof-Kahar-3.jpg

Sementara itu, Prof. Dr. Anhar Gonggong Sejarahwan Indonesia yang ternama mengatakan Pak Kahar dan Pak Sardjito dalam konteks saat ini adalah orang yang sangat sulit untuk mendapatkannya. Karena apa, kedua tokoh ini adalah pemimpin, dan pemimpin itu adalah orang yang bersedia melampau diri.

“Dalam konteks saat ini sangat sedikit pemimpin, yang banyak adalah pejabat tidak semua pejabat pemimpin. Perbedaanya, keduanya pernah pejabat tapi dia pemimpin jadi tidak sekedar pejabat,” tuturnya

Ia menambahkan, Pak Kahar adalah sosok yang sederhana. Nah, kesederhanaanya yang tidak ada pada pemimpin sekarang. Pemimpin kita sekarang tidak sederhana yang dikejar mobil Merci, mana mereka mau naik andong. Pak Sardjito mana ada sekarang orang yang mau meneliti, dan hasil penelitiaanya diberikan kepada rakyat dengan harga yang murah. Konteks sekarang orang mengejar dirinya, tidak mengejar tidak bisa melampaui diri, dia kembali kedirinya dulu.

Ada satu istilah yang digunakan oleh Pak Sardjito ketika dia diwawancarai oleh intisari tahun 1964. Ia mengatakan sekarang kita harus membuat ego yang besar, karena sekarang ini orang banyak bersifat kera dan serakah. Hal-hal seperti ini yang tidak ada sekarang. jadi sekarang banyak pejabat yang masuk penjara, lalu siapa yang mau diteladani.

Karena itulah pentingya pahlawan nasional, orang-orang yang diangkat pahlawan adalah karena kita susah mendapatkan teladan, maka kita kembali kepada yang sudah Almarhum. “Makanya benar sekali belajar daripada keteladanan karena memang tidak ada yang kita pelajari bagi mereka yang masih hidup,” kata Gonggong disela-sela seminar bertajuk “Belajar dari Sang Teladan, Prof Kahar dan Prof Sardjito di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus UII Terpadu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES