Peristiwa Daerah

BBKSDA NTT Beri 10 Penghargaan Konservasi di Acara Festival Menipo Tahun 2019

Kamis, 14 November 2019 - 21:06 | 153.83k
Foto bersama usai penyerahan penghargaan Konservasi (Foto: Yohanis Tkikhau/Times Indonesia)
Foto bersama usai penyerahan penghargaan Konservasi (Foto: Yohanis Tkikhau/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, KUPANG – Sebanyak 10 orang menerima penghargaan Konservasi pada acara puncak festival Menipo tahun 2019, yang digelar Kamis (14/11) di halaman Lippo Plaza Kupang.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kepada pihak-pihak yang dinilai berperan aktif dalam melakukan konservasi. 

Para penerima penghargaan tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari jurnalis, tokoh adat, tokoh pendidikan sampai tokoh agama. 

Kesepuluh orang tersebut antara lain, Fransiskus Sarong, diberikan penghargaan atas kepeduliannya terhadap komunikasi publik konservasi melalui jurnalistik di Provinsi NTT. Penghargaan berikutnya dianugerahkan kepada Yovi Jehabut atas dedikasinya dalam menyadarkan masyarakat terhadap wisata alam di Provinsi NTT. 

Selanjutnya, Adriana Salomi Betty, S. Pd, Kepala Sekolah SD Negeri Fatufuah atas dedikasinya di bidang pendidikan konservasi anak usia dini di Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. Berikutnya, Yesaya Talan yang juga diberikan penghargaan atas dedikasinya dalam upaya konservasi penyu dan lingkungan di Taman Wisata Alam Menipo. 

Pada kesempatan tersebut, penghargaan konservasi juga diberikan kepada Suzana L. Rote dan Peres Loe, SE atas peran aktif mereka dalam Pramuka Saka Wanabakti di Provinsi NTT.

Selain itu, David Mata juga diberi penghargaan atas kegigihannya dalam mengawasi peredaran TSL di bandara El Tari Kupang, Provinsi NTT. 

Pada kesempatan tersebut, Tobias Teuf selaku tokoh adat di desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang juga dianugerahi penghargaan konservasi atas dedikasinya yang turut serta melestarikan Taman Wisata Alam Menipo. 

Penghargaan berikutnya diberikan kepada Pendeta Mei Manimambi, S. Th, yang berperan aktif dalam mengembangkan keluarga ekologis melalui peran agama di Taman Wisata Alam Menipo. Dan penghargaan terakhir diberikan kepada Jefta Bilsol Boimau atas dedikasinya menjaga kelestarian mangrove pada Cagar Alam Maubesi, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. 

Mei Manimambi saat ditemui media ini mengatakan bahwa menjaga lingkungan sudah menjadi bagian dari ajaran iman yang harus dilakukan. Hal itu sudah sejak lama dilakukan oleh Sinode GMIT dimana bulan November di tetapkan sebagai bulan lingkungan hidup. 

"Itu (menjaga lingkungan) sudah menjadi bagian dari iman dan harus dilakukan," ujar pendeta yang melayani di jemaat GMIT Ebenheser Bikoen. 

Lanjutnya, pihaknya sudah memprakarsai untuk melakukan pembersihan di Taman Wisata Alam Menipo beberapa waktu lalu. Ia mengatakan bahwa letak Menipo yang terpisah dari Pulau Timor harus di tempuh dengan perahu untuk sampai ke tempat tersebut. 

Menurut Mei, saat ini rusa di Pulau Menipo kekurangan makanan dan pihaknya sudah merencanakan untuk menanam tanaman yang bisa jadi bahan makanan bagi rusa di Pulau Menipo. 

"Sekarang ini rusa di sana (Menipo) kekurangan makanan. Kita rencana untuk menanam di awal musim hujan. Sekarang kan di sana belum hujan," jelas Mei. 

Mei juga menyampaikan bahwa sekarang ini BBKSDA bekerja sama dengan Pemerintah membangun wisma desa untuk para wisatawan bisa menginap di sana. Wisma tersebut dibangun di desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. "Di Menipo tidak bisa dilakukan pembangunan, sehingga semua dibangun di Desa Enoraen," ujar Mei. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Kupang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES