Pendidikan

Cerita Di Balik Istana Menjadi Cover Kuliah Umum FISIP Universitas Brawijaya

Kamis, 14 November 2019 - 14:13 | 143.56k
Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D saat memberi cinderamata kepada Jojo Raharjo. (FOTO: widodo irianto/TIMES Indonesia)
Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D saat memberi cinderamata kepada Jojo Raharjo. (FOTO: widodo irianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Membedah buku Cerita di Balik Istana dengan tema Revitalisasi Komunikasi Kepresidenan di Era Post Truth, Kamis (14/11/2019) menjadi cover kuliah umum Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Kuliah Umum yang langsung dipimpin Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D. itu menghadirkan nara sumber tunggal Agustinus Eko Raharjo, S. Sos, M. Ikom yang akrab dipanggil Jojo Raharjo. Jojo adalah Praktisi Media dan Tenaga Ahli Madya Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Kepresidenan 2016-2019.

FISIP Universitas Brawijaya khususnya Program Studi Magister Ilmu Komunikasi berusaha memberi ruang dan waktu bagi para mahasiswanya untuk memperdalam pengetahuan mengenai government public relations (PR) dan hoaks dari sudut pandang seorang praktisi.

Rachmat Kriyantono mengawali sambutannya mengatakan, acara kali ini memang sengaja mengundang mahasiswa S2 maupun S1 yang skripsinya tentang government public relations.

Rachmat-Kriyantono-S.Sos.-M.Si.-Ph.D12874525b3d8df31.jpg

"Karena itu kami butuh ngangsu kaweruh kepada mas Jojo yang berada di lingkup strategis sebagai tenaga Ahli Madya Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Kepresidenan," ujarnya.

"Kalau boleh saya menjudge, saat ini kita telah masuk dalam Bencana Komunikasi. Sarana komunikasi yang kita genggam dengan kecanggihan tehnologi, masih belum dibarengi dengan sikap kesiapan mental kita. Ditambah dengan sistem politik yang lebih ke Amerika, sehingga membawa salah satu konsekuensi yakni bencana komunikasi itu, hoaks, " kata Rachmat.

Rachmat mengatakan, awal tahun, Kominfo merilis sekitar 800 ribu situs hoaks. Narasi mereka begitu kuat hingga. "Sementara narasi kita, PNS, ASN, tidak sekuat produser hoaks itu. Padahal yang kita pelajari selama ini, tentang teori komunikasi, ya disinilah posisi fungsi public relation itu," ujarnya.

Karena itu kuliah umum ini, adalah salah satu upaya manakala suatu saat menjadi pengambilan kebijakan, atau policy di bidang komunikasi publik agar dari ngangsu kaweruh ini akan menjadi sangat bermanfaat.

Sementara itu, Jojo Raharjo dalam momen itu lebih banyak bercerita tentang kondisi-kondisi teraktual, sebab ternyata hampir setiap hari dan setiap minggu selalu ada isu baru tentang hal-hal negatif yang harus dihadapi oleh pemerintah. "Isu terbaru adalah bagaimana mengucapkan salam dengan baik," katanya sembari tertawa.

"Apakah untuk satu agama, lima agama atau enam agama, dimana kita sempat bingung. Tapi itulah sebuah narasi yang muncul dalam minggu ini dari MUI Jawa Timur.  Itu yang harus dihadapi pemerintah terkini. Selain bom bunuh diri di kantor polisi Medan kemarin," kata Jojo.

Rachmat-Kriyantono-S.Sos.-M.Si.-Ph.D-dd.jpg

Siang itu, alumni ilmu komunikasi Universitas Airlangga Surabaya angkatan 1995 ini juga banyak menjabarkan tentang keadaan terkini yang menurutnya bahwa yang akan dihargai adalah orang-orang yang yang out of the box. "Orang yang diluar biasa-biasa saja. Karena itu jangan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Kita harus berbeda dengan yang lain," tuturnya.

Jadi wartawanpun, kata Jojo, jangan jadi wartawan yang biasa-biasa saja. "Kita harus putuskan dimana kita berada dan yang penting harus bisa expert," ujarnya.

Jojo lantas mencontohkan pada momen pemilihan para Menteri oleh Presiden, Oktober lalu.  Di situ ada yang berbeda. Menteri yang dipilih itu adalah orang-orang yang tidak biasa. Misalnya Nadiem Makarim, yang kita tidak mengira umurnya belum 40 sudah seperti itu karyanya. "Ada Menteri Kesehatan yang tadinya pernah direkomendasikan dipecat dari keanggotaan IDI, justru dipilih oleh Presiden. Ada Menteri Agama yang militer dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang out of the box," tambah Jojo.

Namun yang jelas, lanjut Jojo, semua orang terus harus belajar. Jojo kemudian menunjukkan video-video tentang Donald Trumph yang begitu temperamen terhadap wartawan dan video tentang Presiden RI Jokowi yang begitu kalem.

Edisi-Sore-14-November-2019-ceramah-UB-nyar83f383008187c456.jpg

Kemudian Jojo menyoroti kedua video dua pemimpin negara itu. Pertama ia menyorot substansinya dan kedua tentang produksi. Presiden Jokowi begitu out of the box, misalnya merubah kesakralan Istana Negara yang tadinya hanya untuk tamu-tamu khusus,  kini siapa saja bisa ke sana.

"Terus saat kunjungan kerja pakai setelah jeans, sepatu ket sneakers. Secara produksi Presiden Jokowi juga membuat video dengan teks teka yang gaul,  kalimatnya tidak kaku,  dibuat milenial sesuai audiens. Itulah terobosan-terobosan. Jadi tidak hanya membuat 5W+1H," tambahnya.

Itu sebagian bedah buku tentang Cerita di Balik Istana dengan tema Revitalisasi Komunikasi Kepresidenan di Era Post Truth, Kamis (14/11/2019) yang disampaikan Jojo Suharjo sebagai narasumber dalam cover kuliah umum Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES