Peristiwa Nasional

Konferensi Internasional 'Islam untuk Kebebasan Beragama' Ditutup Hari Ini di Jakarta 

Rabu, 13 November 2019 - 22:42 | 101.19k
Berikut para peserta dan narasumber dalam acara Konferensi internasional di Jakarta. (FOTO: Edi Junaidi Ds/TIMES Indonesia)
Berikut para peserta dan narasumber dalam acara Konferensi internasional di Jakarta. (FOTO: Edi Junaidi Ds/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTAKonferensi internasional 'Islam untuk Kebebasan Beragama' yang digelar selama dua hari di Jakarta akan berakhir hari ini.

Konferensi ini menghadirkan para cendekiawan terkemuka di Indonesia, serta pembicara dari banyak negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat.

Acara ini diselenggarakan Islam & Liberty Network yang berbasis di Malaysia, dalam kemitraan dengan Fatayat Nahdlatul Ulama, International Institute of Advanced Islamic Studies dan Religious Freedom Institute.

KH Said Aqil Sirad selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU) mengatakan bahwa Islam secara intrinsik mewujudkan makna dan konsep perdamaian.

Kata dia, Islam berbicara tentang umat bukan sebagai negara dan sistem Islam yang terpisah. Umat ​​adalah konsep yang meliputi peradaban, pluralisme, keragaman dan penerimaan. Nabi Muhammad saw membangun umat berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip itu.

Konferensi-internasional-di-Jakarta-b.jpg

“Islam menentang terorisme dan agresi. Hal ini mempromosikan pluralisme agama, martabat manusia dan keragaman,” tutur Said Aqil dalam rilis yang diterima TIMES Indonesia di Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Selanjutnya, Sarjana terkemuka hukum Islam, Dr. Mohammad Hashim Kamali, CEO, IAIS, Malaysia dalam acara ini dapat kesempatan untuk berbicara tentang 'Kebebasan Beragama dan Kemurtadan: Masalah, Tanggapan dan Perkembangan'. 

Dia memberikan gambaran singkat tentang pendapat hukum klasik, abad pertengahan, dan modern tentang kebebasan beragama dan kemurtadan.

"Hadis-hadis Nabi yang dikutip mendukung hukuman kemurtadan disalahpahami dengan mengabaikan konteks dan latar belakang. Dia juga mengatakan bahwa negara harus menjauhkan diri dari identifikasi yang dekat dengan agama," kata Dr. Mohammad Hashim.

Sementara itu, Anggia Ermarini selaku Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama, dan Anggota DPR Komisi IX, mengatakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman berdasarkan pada nilai-nilai inklusivitas dan penerimaan. Lembaga konstitusional dan politik yang stabil telah memainkan peran penting terutama dalam hal ini.

Ali Salman, CEO Islam & Liberty Network, mengatakan organisasinya ini bekerja untuk mengeksplorasi dan mempromosikan kasus kebebasan Muslim di negara-negara mayoritas Muslim. Salahsatunya adalah penyelenggaraan Konferensi internasional 'Islam untuk Kebebasan Beragama' ini. "Piagam Madinah adalah contoh yang sangat baik dan inspiratif dari kasus kebebasan Islam yang menjamin kebebasan beragama untuk semua segmen masyarakat dan pengikut semua tradisi agama dan kepercayaan di pemerintahan yang baru didirikan di Madinah," ujarnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES