Kopi TIMES

Rokok, Nyawa Kabupaten Kudus

Selasa, 12 November 2019 - 17:30 | 385.94k
Nadiya Nur Husniyya, Mahasiswa Politeknik Statistika STIS.
Nadiya Nur Husniyya, Mahasiswa Politeknik Statistika STIS.

TIMESINDONESIA, KUDUSKudus Kota Industri

Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah 42.515,64 Ha. Meskipun memiliki luas wilayah terkecil, Kabupaten Kudus pada tahun 2015-2018 menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar nomor tiga se-Jawa Tengah setelah Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap dengan nilai rata-rata mencapai 94,13 miliar rupiah. Penyumbang terbesar PDRB berasal dari sektor industri hingga mencapai 81,2 persen dari total keseluruhan.

Jika dilihat dari data tersebut, industri memang menjadi sektor unggulan Kabupaten Kudus. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 13.009 unit perusahaan industri kecil hingga besar di Kabupaten Kudus pada tahun 2018, meningkat 0,076 persen dari tahun sebelumnya. Didukung dengan nilai produksi sektor industri sebesar 144,83 triliun pada tahun 2018 meningkat 6 persen dari tahun sebelumnya.

Selain itu, jika dilihat dari segi tenaga kerja, mayoritas pekerja di Kudus bekerja di sektor industri yakni sebesar 256.098 pekerja pada tahun 2018.

Kondisi Kretek Kudus

Sesuai dengan julukannya yakni kota kretek, industri rokok masih mendominasi di Kabupaten Kudus mulai dari industri kecil, sedang, hingga besar.

Industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 sampai 19 orang, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang, dan industri besar adalah perusahaan dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih. Sebanyak 34,46 persen industri sedang dan besar di Kabupaten Kudus merupakan industri rokok. 

Industri rokok merupakan industri yang strategis karena menyerap banyak tenaga kerja. Berdasarkan data BPS, mayoritas penduduk di Kabupaten Kudus bekerja sebagai buruh di perusahaan rokok. Sebesar 75,88 persen tenaga kerja bekerja di industri rokok.     

Jika dibandingkan antara tenaga kerja perusahaan di Kabupaten Kudus pada tahun 2003 hingga 2016, dapat dikatakan bahwa mayoritas tenaga kerja perusahaan di Kabupaten Kudus bekerja di perusahaan rokok. Baik tenaga kerja di perusahaan rokok maupun non rokok pada periode tahun 2003 hingga 2016 berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan.

Dalam periode 2003-2016 jumlah tenaga kerja perusahaan di perusahaan rokok mencapai angka minimum pada tahun 2004 yakni sejumlah 49,7 ribu tenaga kerja. Sedangkan jumlah maksimal terjadi pada tahun 2009 yakni sejumlah 69,9 ribu tenaga kerja.

Pada perusahaan non rokok, selama periode 2003-2016 jumlah tenaga kerja terendah terjadi pada tahun 2003 sejumlah 16,2 ribu tenaga kerja.

Sedangkan jumlah tenaga kerja maksimal pada perusahaan non rokok terjadi pada tahun 2013 sejumlah 23,8 ribu tenaga kerja. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa terjadi selisih yang cukup besar antara tenaga kerja yang bekerja di perusahaan rokok dan non rokok.

Industri rokok sendiri menyumbang sebesar 76,98 miliar rupiah atau 73,64 persen terhadap PDRB kabupaten kudus pada tahun 2018 mengalami kenaikan 7,17 persen dari tahun sebelumnya. Jenis rokok yang diproduksi di Kabupaten Kudus terdiri dari tiga macam, diantaranya Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Mesin (SKM), dan klobot.

SKT merupakan rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana, SKM merupakan rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin, sedangkan klobot merupakan rokok yang dibungkus dengan klobot.

Produksi rokok di Kabupaten Kudus pada periode 2014 hingga 2018 berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Produksi terbesar tiap tahun berasal dari rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) sedangkan produksi terendah berasal dari rokok jenis klobot. Berbeda dari produksi rokok jenis SKT dan SKM yang berfluktuasi, produksi rokok jenis klobot selalu menurun dari  tahun 2014 hingga 2018.

Pada tahun 2018, secara total produksi rokok di Kabupaten Kudus mengalami penurunan sebesar 7,16 persen dari tahun sebelumnya menjadi 65,3 miliar batang rokok. Penurunan produksi terbesar terjadi pada rokok jenis klobot senilai 14,9 persen dari produksi tahun sebelumnya, diikuti rokok jenis SKM sebesar 8,5 persen dan rokok jenis SKT senilai 2,5 persen. Penurunan produksi rokok jenis klobot diakibatkan karena menurunnya peminat rokok jenis ini.

Potensi Ekspor Kretek

Sejalan dengan tingginya nilai produksi rokok di Kabupaten Kudus tentu diikuti dengan tingginya nilai ekspor rokok. Rokok menjadi komoditas penyumbang ekspor terbesar pada tahun 2018 diikuti oleh komoditas elektronik dan kertas. Walaupun pada tahun 2018 volume ekspor rokok mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2,66 persen menjadi 323.398 box, nilai ekspornya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,36 persen menjadi 60.081.057 USD.

Tingginya nilai produksi dan ekspor industri rokok di Kabupaten Kudus dari tahun ke tahun serta dampak positif yang ditimbulkan kepada masyarakat, terutama dalam pengadaan kesempatan kerja dan peningkatkan pendapatan daerah, menjadikan industri rokok sebagai nyawa dari Kabupaten Kudus. Oleh karena itu, integritas industri rokok perlu dijaga serta ditingkatkan produktivitasnya dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku dan kelestarian lingkungan sekitar.(*)

*) Penulis, Nadiya Nur Husniyya (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES