Kopi TIMES

“Mencintai” Bahasa Indonesia Sepenuh Hati

Selasa, 12 November 2019 - 13:50 | 365.49k
Edi Sugianto, Dosen Institut Agama Islam Al-Ghurabaa Jakarta  (Grafis: TIMES Indonesia)
Edi Sugianto, Dosen Institut Agama Islam Al-Ghurabaa Jakarta (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebelumnya saya mohon maaf kepada para pakar dan guru/dosen bahasa Indonesia. Saya menulis ini karena kecintaan saya semata pada bahasa Indonesia. Saya bukan ahli bahasa, maka apabila ada kesalahan dalam tulisan ini mohon dimaafkan.

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, tentu berpengaruh banyak terhadap khazanah kebahasaan internasional. Karena itu, Indonesia memiliki potensi untuk menduniakan bahasanya.

Beberapa hari lalu, para Guru Besar Indonesia dan internasional melakukan kongres di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Kongres dihadiri 154 Guru Besar dari 31 delegasi perguruan tinggi. Kongres ini membahas serta mendeklarasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah internasional: "Kami Ilmuan Nusantara bersepakat dan berjanji untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah internasional". (Times Indonesia, 5/11).

Menurut hemat saya ini adalah prakarsa luar biasa. Sebagai pencinta bahasa Indonesia, saya mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih banyak kepada Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) dan delegasi Dewan Guru Besar serta pakar internasional. 

Mengapa bahasa Indonesia layak menjadi bahasa ilmiah internasional? Jawabannya ada di dalam hasil diskusi pleno. Pertama, hingga saat ini, bahasa Indonesia telah diajarkan di 45 negara. Kedua, telah memiliki kosa kata lebih dari 100.000 dan istilah keilmuan di berbagai disiplin ilmu. Ketiga, jutaan orang di berbagai negara, utamanya ASEAN telah memahami bahasa Indonesia dengan cukup baik.

Mencintai Lalu Mendunia

Beberapa negara yang mendukung bahasa Indonesia sabagai bahasa internasional, di antaranya adalah Vietnam, Thailand, Australia, Kanada, Rusia, dan Amerika, dan lain-lain. Sedikitnya ada 219 lembaga di 74 negara, di dalam negeri dan luar negeri. (Andianto, 2017).

Anehnya, animo masyarakat dunia untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional kedua, ketiga, atau pun keempat adalah kontradiktif dengan semangat masyarakat Indonesia sendiri. Jangankan yang awam, selevel akademisi dan pengamat yang sering tampil di televisi pun lebih gemar “mencampuradukkan” bahasa Indonesia dengan bahasa asing, padahal tidak semua pendengar mengerti penjelasannya. 

Fungsi bahasa Indonesia adalah vital bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menjadi bukti sejarah tentang lahirnya bangsa Indonesia. Artinya, mencintai bahasa Indonesia berarti mencintai NKRI. Bahasa Indonesia dan NKRI adalah “harga mati”.

Lebih ironis, akhir-akhir ini anak-anak milenial lebih menggandrungi istilah-istilah asing daripada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di antara penyebabnya adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang membosankan. 

Edisi-Selasa-12-November-2019-E-Koran-Medsoskopitimes.jpg

Para pendidik perlu memperhatikan aspek metodologi pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga menjadi menyenangkan. Metode pembelajaran konservatif harus ditinggalkan dan beralih ke cara-cara milenial dan digital. Selain itu, pembelajaran tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi, namun juga perlu menanamkan sikap positif dan bangga terhadap bahasa dan sastra Indonesia. (Sutarto, et.all, 2008).

Menduniakan bahasa Indonesia semestinya dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pemerintah juga harus menggalakkan kembali ajakan "untuk mengindonesiakan bahasa Indonesia".

Kerjasama ekonomi, politik, dan pariwisata antara negara di dunia meniscayakan alat komunikasi yang disebut bahasa. Indonesia sebagai negara besar memiliki mitra; banyak negara. Sejalan dengan itu, bahasa Indonesia dikenal dan berkembang dengan pesat di berbagai negara tersebut.

Merespons perkembangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan tutor BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing) ke berbagai negara. Bahkan beberapa KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) mengadakan kursus gratis bahasa Indonesia, misalnya di Filipina dan Amerika Serikat. 

Pemerintah juga bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia dalam penyebaran bahasa Indonesia, termasuk ke Korea Selatan. Catatanya adalah agar penutur asing lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia, perlu infrastruktur belajar yang milenial, misalnya perangkat  lunak yang mengoreksi tulisan dan pengucapan, juga uji kemahiran berbahasa Indonesia yang terjangkau  di berbagai negara. (Jae Hyun, 2015).

Peran Pers

Bahasa Indonesia dikenal secara luas adalah tidak lepas peran media massa. Media bukan sekadar alat komunikasi dan informasi, namun juga mengusung misi pendidikan dan pencerdasan secara kolosal. 

Pelaku media wajib meneladankan penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan menarik. Menguasai keterampilan berbahasa dan mematuhi kode etika jurnalistik merupakan tolak ukur media yang keren. Sebab, media massa memengaruhi pola pikir dan perilaku publik secara masif. 

Menurut hasil Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia, (Sutarto, et.all, 2008), menjelaskan bahwa insan media harus memerhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:

Pertama, insan pers mesti meningkatkan profesionalisme dengan menguatkan kompetensi berbahasa Indonesia, secara internal atau pun menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain.

Kedua, perlu ada kesepahaman di kalangan pengelola media massa dalam melahirkan bahasa Indonesia yang baku. Hal ini dilakukan untuk menghindari ragam jurnalistik yang merusak.

Ketiga, pers perlu memberi ruang atau rubrik khusus sebagai pembinaan berbahasa Indonesia bagi para pembaca atau pun pendengar di seluruh penjuru Tanah Air.   

Akhir kata, untuk menduniakan bahasa Indonesia mesti dimulai dari mencintai bahasa Indonesia dengan sepenuh hati, bukan setengah hati apalagi ‘tanpa hati’. Semoga!. (*)

 

*)Penulis Adalah Edi Sugianto, Dosen Institut Agama Islam Al-Ghurabaa Jakarta

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES