Peristiwa Daerah

Gus Aan Anshori: Imbauan MUI Jatim Cederai Toleransi

Senin, 11 November 2019 - 22:09 | 504.59k
Koordinator JIAD, Gus Aan Anshori. (Foto: Istimewa)
Koordinator JIAD, Gus Aan Anshori. (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYAGus Aan Anshori, Kordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) ambil suara menanggapi imbauan Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur (MUI Jatim) yang mengeluarkan taushiyah (imbauan) nomor 110/MUI/JTM/2019.

Secara garis besar, isinya meminta pejabat publik tidak perlu mencampuradukkan salam milik agama lain untuk menghindari bid'ah.

Terkait hal tersebut JIAD bersikap, pertama, menghormati imbauan tersebut sebagai bagian dari pembelajaran publik. "Publik juga perlu dididik bahwa imbauan sifatnya tidak mengikat. Bisa diikuti, bisa tidak," terang Gus Aan, Senin (11/11/2019).

Kedua, dalam semangat kebangsaan dan penghormatan akan perbedaan, imbauan tersebut terasa tidak mendewasakan model keberislaman Indonesia yang tengah dilanda praktek intoleransi tertinggi dalam sejarah Indonesia. 

"MUI Jawa Timur secara tidak sadar seperti tengah mengkerdilkan relijiusitas Islam Indonesia," tegasnya.

Millenial muda Nahdlatul Ulama ini menambahkan, jika faktor ibadah adalah kunci yang dijadikan patokan MUI Jawa Timur, maka menjadi penting untuk memperluas cakupan ibadah. 

Mempersilakan pemeluk agama lain mengucapkan assalamualaikum atau Muslim(ah) menyatakan salam milik agama lain justru menjadi bagian dari ibadah wathaniyyah dan insaniyyah. "Harusnya menjadi arah utama keislaman Indonesia di mana MUI Jatim bisa memainkan peranan," tandasnya.

Ketiga, ia menambahkan, kekhawatiran bahwa Allah akan murka jika pencampuradukan salam dilakukan merupakan hal yang berlebihan karena Allah jelas lebih agung, lebih bijaksana, lebih pemurah, dan lebih toleran, dari yang kita persepsikan. 

"Apa ada yang lebih diinginkan Allah ketimbang melihat ciptaannya hidup rukun tanpa kecurigaan dan ketidakdewasaan prasangka?," tanya Gus Aan.

Keempat, hal yang paling prinsip, Alquran tidak pernah memerintahkan atau melarang seseorang menggunakan salam milik agama lain. Namun Alquran jelas menyatakan setiap orang Islam harus menjadi rahmat bagi alam semesta dengan cara berbuat adil (adl) dan lebih baik (ihsan).

Bagi orang Islam, mengucapkan salam milik agama lain dengan semangat memupuk persaudaraan lebih baik ketimbang bersikukuh menganggap implementasi agama sendiri pasti lebih ketimbang yang lain. 

Terakhir, Gus Aan Anshori mengajak setiap orang, termasuk pejabat publik, utamanya yang beragama Islam untuk terus merawat keberagaman Indonesia, salah satunya dengan cara tidak ragu saling menggunakan salam agama lain. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES