Peristiwa Nasional

Ini Respon KH Said Aqil Siradj dan Anggia Ermarini Soal Isu Kebebasan Beragama di Dunia

Senin, 11 November 2019 - 16:40 | 234.69k
Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj dan Ketum PP Fatayat, Anggia Ermarini bersama peserta Konferensi Internasional Islam dan Kebebasan Beragama ke-7, di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2019).
Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj dan Ketum PP Fatayat, Anggia Ermarini bersama peserta Konferensi Internasional Islam dan Kebebasan Beragama ke-7, di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2019).

TIMESINDONESIA, JAKARTAKebebasan beragama sudah berlangsung lama di Indonesia sejak Pancasila menjadi kesepakatan bersama dalam berbangsa. "Nilai-nilai Pancasila dan moderasi Islam yang mengakomodir budaya, menjadi bukti bahwa bangsa kita tidak alergi dengan kebebasan beragama," jelas Anggia Ermarini, Ketua umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) dalam Konferensi Internasional Islam dan Kebebasan ke-7 pada Senin (11/11) di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta Pusat.

Konferensi ini mengusung tema "The Islamic Case for Religious Freedom". Konferensi terselenggara atas kerjasama PP Fatayat NU dengan The International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS) Malaysia dan The Religious Freedom Institute (RFI) Amerika Serikat. 

"Islam dapat tumbuh subur di Indonesia karena dapat bersinergi dengan kebudayaan lokal. Terkait kebebasan agama, secara kasuistik, Fatayat NU sendiri pernah mendorong review sejumlah kitab yang diajarkan di pesantren mengenai relasi laki-laki dan perempuan, juga isu-isu gender lainnya," ujar Anggia. 

Perempuan yang juga Anggota DPR RI dari PKB ini mendukung isu kebebasan bergama, sejauh dalam batas-batas yang masih ditoleransi oleh nilai-nilai yang diajarkan di pesantren. "Karena itulah kita diskusikan di forum ini dengan para pakarnya dari seluruh penjuru dunia," kata Anggia. 

Konferensi digelar selama dua hari penuh, 11-12 Nopember 2019 di Jakarta dengan menghadirkan para pembicara dari berbagai negara. Di antaranya Mohamed Azam Mohamed Adil (Malaysia), Ali Hassannia (Iran), Fida Ur Rahman dan Sumaira Batool (Pakistan), Amel Azzouz (Tunisia), Azeemah Saleem (India), AKM Iftekharul Islam (Bangladesh), dan masih banyak lagi. 

Dari Indonesia hadir Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj dan Anggia Ermarini (PP Fatayat NU), KH Nasarudin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal), dan Syamsul Asri (ICRS UGM). 

"Tidak ada istilah 'umat Islam' dalam Alquran. Yang ada adalah 'ummatan wasathon". Nabi SAW membangun madinah juga bukan atas dasar agama maupun etnis. Karena itu, sangat berbahaya orang yang membela Islam dengan cara yang salah. Bahkan lebih berbahaya daripada orang yang memusuhi Islam," ujar KH Said Aqil. 

Terkait Ahmadiyah, KH Said menekankan agar ada keterbukaan dari kalangan Ahmadiyah. "Kita bisa sholat di masjid Ahmadiyah, begitu juga sebaliknya. Selama ini kita melihat Ahmadiyah masih tertutup. Saya tidak membahas teologi, tapi mari saling mu'asyaroh bil ma'ruf," kata KH Said Aqil. 

Merespon isu pemurtadan, pimpinan puncak ormas terbesar dunia ini mengatakan jika orang pindah agama secara individual tidak jadi soal. "Yang bermasalah itu kalau sudah menjadi gerakan, seperti yang pernah terjadi di era Abu Bakar As-Shiddiq," lanjut KH Said Aqil Siradj(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES