Politik

Sekjen GO Indonesia Menakar Konstelasi Pilwali Surabaya 2020

Rabu, 06 November 2019 - 22:22 | 106.48k
Foto: GO Indonesia
Foto: GO Indonesia

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sekjen Generasi Optimis Indonesia (GO Indonesia), Tigor Mulo Horas Sinaga, menakar konstelasi politik jelang pemilihan wali kota Kota Surabaya 2020 (Pilwali Surabaya 2020).

Publik makin hangat membicarakan nama-nama calon pengganti Tri Rismaharini. Mulai figur dari golongan nasionalis, religius, akademisi, hingga profesional. 

Hingga kini, siapapun calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai berada di atas angin dalam bursa calon pemimpin Kota Pahlawan mendatang. Tigor Mulo Horas Sinaga, mengatakan sejatinya Surabaya adalah basis massa nasionalis. 

Kultur di Kota Pahlawan berbeda dengan Jakarta. Di Surabaya, mayoritas penduduknya nasionalis, tak mudah terprovokasi. "Jadi wakil dari partai nasionalis punya kesempatan lebih besar untuk memenangkan pilwali tahun depan," ujarnya, Rabu (6/11/2019).

Jika calonnya seorang yang religius, maka dia haruslah seorang religius yang nasionalis. "Saya melihat itu ada pada figur dengan latar belakang Nahdliyin. Saya pikir di Surabaya gudangnya tokoh-tokoh nasionalis-religius ya," imbuh Horas.

Menakar Gus Hans

Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) adalah salah satu Nahdliyin yang santer dikabarkan akan maju dalam Pilwali mendatang. Ulama muda yang juga Jubir Khofifah Indar Parawansa pada Pilgub 2018 lalu itu memiliki potensi besar yang membuatnya diperhitungkan sebagai Cawali Surabaya.

Horas mengatakan, Gus Hans punya kelebihan-kelebihan yang membuatnya patut diperhitungkan di Pilwali Surabaya. "Beliau seorang yang smart, juga seorang religius yang nasionalis. Itu cocok dengan karakter demografi masyarakat Surabaya," terangnya.

Mantan tenaga ahli fraksi PDIP di DPR RI itu mengaku sulit menemukan figur kuat dari Golkar yang mampu bertanding dengan nama-nama besar dari PDIP di Pilwali Kota Pahlawan. Horas menilai Gus Hans menjadi satu-satunya figur yang paling siap dan paling populer dalam diskursus Pilwali Surabaya

Sejauh ini pihaknya belum melihat ada figur lain yang kuat seperti Gus Hans di Golkar. Mungkin karena sudah beberapa bulan terakhir elektabilitas Gus Hans makin naik.  "Kalau saya berbicara dengan beberapa komunitas, nama Gus Hans selalu muncul. Saya pikir itu pertanda yang bagus untuk beliau," kata Horas.

Calon dari PDIP

Hingga kini para peserta konvensi yang diselenggarakan DPW PDIP Jawa Timur masih belum ada yang menerima rekomendasi dari DPP PDIP. Banyak nama yang diprediksi menjadi penerima rekomendasi, tetapi hal itu masih sebatas perkiraan matematis politik.

Sampai hari ini masih belum ada kepastian siapa yang akan direkom DPP PDIP. Banyak yang menjagokan Whisnu Sakti, ada juga yang mendukung Sutjipto Angga, Eddy Tarmidi, atau Untung Suropati, bahkan Eri Cahyadi. 

"Sebaiknya menunggu keputusan dari DPP PDIP saja," tandasnya.

Salah satu peserta konvensi, Sutjipto Angga dikabarkan memberi jaminan penyelesaian urusan surat ijo yang telah menjadi problema selama puluhan tahun bagi warga Surabaya. Terkait hal itu, Horas mengatakan Angga harus bisa menunjukkan kepada publik apa yang ia janjikan bisa dipercaya dan masuk akal.

"Pak Angga perlu menjelaskan rencananya secara terbuka kepada masyarakat. Karena apa yang beliau janjikan bisa dibilang terlalu berani. Tapi janji menyelesaikan surat ijo adalah nilai lebih dari Pak Angga. Lagi pula politisi memang dituntut memperjuangkan hak-hak masyarakat, yang penting bukan memberi janji kosong," jelas pemerhati politik dan intelijen itu.

Calon-calon Potensial

Pada saat yang sama Horas mengatakan partai-partai lain juga memiliki peluang yang sama, karena dalam politik segala sesuatu adalah niscaya. Sekjen GO Indonesia itu mengatakan PKB, Gerindra, PSI, Demokrat, dan NasDem berpeluang memberi kejutan di Pilwali karena politisi-politisi potensial yang mereka miliki.

"PKB tentu punya orang yang terbaik, begitu juga partai-partai lain. Akhir-akhir ini Ahmad Dhani dikabarkan juga mau maju ke Pilwali. Pak Awey dan Gus Ali Azhara juga mau maju dari NasDem. Cak Dhimas Anugrah dari PSI juga populer, kawan-kawan di partainya juga support dia," kata Horas.

Situasi di Surabaya masih cair menurut Horas. Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan oleh partai-partai, termasuk wacana koalisi, agar pasangan calon yang mereka usung memenangkan Pilwali tahun depan.

Mengenai kabar bertandemnya Gus Hans dari Golkar dengan Dhimas Anugrah PSI dalam Pilwali Surabaya 2020, menurut Horas hal tersebut masih tahap komunikasi awal yang lumrah dalam konteks percakapan politik.

"Ya ini politik, komunikasi itu kan biasa. Apa lagi Gus Hans itu ulama NU yang Pancasilais. Banyak yang bilang beliau sangat cocok didampingi Cak Dhimas dari PSI, partai yang memang sejak awal titik pijaknya jelas, yaitu melawan korupsi dan intoleransi," ujar Horas.

Ia menambahkan, kita harus berpolitik secara santun, indah, dan edukatif. Komunikasi dan gaya berpolitik kita itu dilihat publik. "Nah, saya melihat Gus Hans dan Cak Dhimas berhasil mendemonstrasikan seni politik yang indah," ungkapnya.

Horas juga mengingatkan dalam politik hendaknya para politisi menjaga hati dari iri dengki jika kompetitor politiknya lebih populer. Yang terpenting, dalam politik hati harus murni, jangan sampai haus kekuasaan. Jangan jegal sesama rekan politisi, apa lagi rekan sesama partai. 

"Tak elok itu. Jika melihat rekan kita lebih populer, jangan sirik. Justru maksimalkan kemampuan dan citra kita sendiri, maka elektabilitas kita akan naik juga," pungkas Sekjen GO Indonesia ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES