Kopi TIMES

Menanam Karakter di Sekolah

Rabu, 23 Oktober 2019 - 16:36 | 100.35k
Ilham Wahyu, Hidayat Guru SMP Negeri 11 Malang. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Ilham Wahyu, Hidayat Guru SMP Negeri 11 Malang. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGTUJUAN pendidikan Indonesia bukan sekedar mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tertuang  dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2 tapi juga memperkuat karakter bangsa. Demikian kesimpulan setelah mencermati Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang kemudian disingkat PPK.

PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat (Pasal 1).

PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (pasal 3).

PPK menggunakan tiga prinsip. Pertama berorientasi pada berkembangnya potensi Peserta Didik secara menyeluruh dan terpadu. Kedua keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan. Ketiga berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari (Pasal 5).

Sekolah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan yang dimaksud pada pasal 1. Lembaga ini bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai karakter pada pasal 3 dan harus patuh pada pasal 5 sebagai pedoman kerjanya.

Berkaitan dengan itu guru harus jadi teladan siswa. Sekedar contoh, untuk menanamkan nilai disiplin hendaknya guru masuk kelas sesuai jam pelajaran dan mengakhiri pelajaran sesuai jadwal. Untuk menanamkan nilai religius guru dapat membiasakan kelas berdoa sebelum dan sesudah belajar. Sedangkan untuk menanamkan semangat kebangsaan dapat membiasakan siswa menyayikan lagu kebangsaan atau lagu daerah sebelum atau sesudah pelajaran.

Dalam memberi tugas guru juga harus memperhatikan minat siswa. Sekedar contoh saat memberi tugas membaca biarkan mereka memilih bacaan yang disuka. Dengan cara ini nilai gemar membaca pasti akan tertanam. Yang penting minta mereka merangkum bacaan yang dibaca sebagai bukti sudah membaca.


Dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah juga harus selektif. Menurut pasal 7 Perpres di atas kegiatannya berupa kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah bakat atau olah minat, dan kegiatan keagamaan.

Yang tak kalah penting kegiatan pembiasaan juga perlu diadakan di sekolah. Contohnya kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah secara rutin pada hari tertentu. Pembiasaan ini dapat menanamkan nilai peduli lingkungan dalam diri siswa.

Sekolah juga dapat bekerja sama dengan lembaga lain. Contohnya dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Sekolah dapat mengundang perwakilan BNN untuk memberi pemahaman siswa akan bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang. Dapat juga  mengundang Dinas Kesehatan untuk memberi pengarahan kesehatan. Contohnya pengarahan bahaya seks bebas pada siswa.

Semua usaha sekolah  ini harus didukung orang tua siswa. Bentuk paling sederhana dengan memberi pengawasan siswa di rumah. Ini harus dilakukan sebab memperkuat karakter bangsa bukan murni tugas sekolah. Sesuai pasal  1 Perpres RI di atas PPK diwujudkan dengan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. 

Usaha memperkuat karakter bangsa memang perlu kerja keras. Ironisnya hasil PPK sulit diraba. Itu sebabnya Pasal 2 Perpres di atas menyatakan PPK bertujuan membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045.

Lalu apakah nilai-nilai karakter yang ditanamkan sekolah selama dua tahunan ini berhasil5 memperkuat karakter siswa ? Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Sesuai pasal 2 di atas baru tahun 2045 nanti pertanyaan ini terjawab. Singkatnya hasil PPK masih jauh di mata. Ibarat berjalan dalam gelap masih mencari cahaya yang belum tampak. (*)

* Penulis, Ilham Wahyu, Hidayat Guru SMP Negeri 11 Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES