Peristiwa Daerah

Yusrina Zaharani, Santri, dan Usaha Butik

Rabu, 23 Oktober 2019 - 15:47 | 231.80k
Yusrina Zaharani (foto: Zara for TIMES Indonesia)
Yusrina Zaharani (foto: Zara for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Namanya Yusrina Zaharani (32). Masa kanak pengusaha butik ini dihabiskan di pondok pesantren. Di usia 8, ia sudah menjadi santri Ponpes Nurul Qur'an, Kraksaan, Probolinggo. Lalu ke Ponpes Lirboyo, Kediri, dua tahun kemudian.

Setelah kenyang mengenyam ilmu agama di pesantren, ia kursus bahasa Inggris di Pare, Kediri, selama sembilan bulan. Dengan bahasa, perempuan yang biasa disapa Zara ini, ingin memperluas cakrawala.

Yusrina-Zaharani-2.jpg

"Saat kecil, saya sering dibawa ke Singapura, Malaysia oleh ayah. Rasanya sulit berkomunikasi (tanpa kemampuan bahasa, Red). Serasa hidup dalam kotak," katanya kepada TIMES Indonesia.

Dari pare, Zara yang jadi anak tunggal, kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Saat kuliah ini, naluri bisnisnya terlihat. Ia berjualan jam tangan dan tas.

Dunia bisnis ia geluti hingga lulus dan pulang ke lingkungan Ponpes Zainul Hasan, Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Meski masa kanaknya habis di pesantren, Zara bukan perempuan gaptek. Usaha pertamanya saat kuliah, justru dilakukan melalui online. Ia punya channel youtube untuk mendukung usahanya: https://www.youtube.com/channel/UC2j6WXFHLYLHAIUlcLEHrJw.

Belakangan, ia juga membuka butik. Bergerak di fashion dan make up. "Awalnya online. Tapi karena banyak yang datang dari luar (lingkungan pesantren, Red), mau fitting fashion susah," katanya perihal pertimbangan membuka butik di rumah.

Sebagai santri sejak kanak, pemilik channel youtube zzara.zain ini, punya pandangan sendiri tentang santri. Khususnya di moment peringatan Hari Santri Nasional.

Zara mengatakan, santri kini harus mampu bersaing, berevolusi mengikuti zaman. Santr Mesti melek teknologi, tak melulu urusan agama. "Potensinya (Santri, Red) lebih muda dari dulu saat saya mondok," kata sarjana komunikasi ini.

Sebagai contoh, Zara menyebut potensi shalawatan yang bisa dikembangkan di era millenial ini. Potensi tersebut, harus juga didukung pesantren.

Momen Hari Santri Nasional (HSN) menurut Yusrina Zaharani, adalah terobosan luar biasa. "Apresiasi pada kita sebagai santri," kata pengusaha butik ini. HSN menjadi acuan santri untuk menunjukkan yang positif dan tidak kalah oleh zaman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES