Kopi TIMES

Kaum Santri, Ujung Tombak Harapan Negeri

Rabu, 23 Oktober 2019 - 13:57 | 111.11k
Muhammad Afnani Alifian (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Afnani Alifian (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – SEJAK tahun 2015 tanggal 22 Oktober resmi ditetapkan sebagai Hari Santri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Hari untuk kembali mengingat dan mengenang peran besar kaum santri pada negeri.

Seorang santri sudah tidak perlu diragukan lagi menyangkut imtaq. Apalagi, dengan segala kemajuan dunia pesantren ilmu pengetahuan dan tekhnologi informasi sudah menyeruak secara gamblang. Sudah banyak prestasi yang ditorehkan santri, melanglang buana mulai tingkat nasional hingga mancanegera. Tidak berlebihan rasanya, jika mengatakan santri sebagai ujung tombak harapan negeri di tengah kecamuk berbagai permasalah. Mengapa demikian?

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dari segi kepribadian, santri telah dididik menjadi pribadi dengan elektabilitas diri dan komitmen yang tinggi. Seorang santri memiliki suatu cirri khas tersendiri yang membedakan dari kelompok lain. Pertama, kemandirian, sejak dilepas secara ikhlas oleh orang tua dengan memasrahkan sepenuhnya pada kiai atau segenap elemen pesantren seorang santri memiliki jiwa kemandirian yang baik. Betapa ia harus mengatur keungan sendiri, makan, minum, cuci pakaian, segenap pekerjaan keseharian diampunya dengan ulet dan penuh ketelatenan.

Faktor kedua kepatuhan, bahkan tanpa disuruh seorang santri akan menundukkan kepala tatkala ada keluarga pengasuh melintas atau lewat di depannya. Tidak heran, jikalau sekembalinya pada masyarakat luas, santri dapat memposisikan diri mematuhi sekaligus mengatur pola kehidupan yang baik untuk lingkungannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ketiga, budaya gotong royong dunia pesantren juga tidak lupa menjadi alas an kuat. Budaya asli bangsa Indonesia yang mulai tergerus dengan hadirnya pola individualisme, hedonisme, dan konsumerisme. Santri dapat mencuat lagi spirit gotong royong ini.

Dunia pesantren sebagai tempat tempaan santri memiliki budaya yang mengharuskan adanya titik berhubung (saling membutuhkan) sehingga membentuk gotong royong kuat. Kesamaan tujuannya itu menimba ilmu dengan kondisi sama-sama jauh dari orang tua telah membentuk untuk saling bahu-membahu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.

Indonesia membutuhkan jiwa-jiwa yang mampu saling membantu, bergotong royong demi kemajuan bersama, terlebih saat ini masyarakat semakin berfikir bahwa dengan kekayaan sumber daya alam mereka yang banyak bias menjamin kemajuan negara, padahal tidak. Karena hakikatnya bangsa yang maju ditentukan oleh intelektual yang dimilikinya.

Lebih jauh, santri memiliki peluang begitu besar untuk terjun langsung mengabdikan dirinya kepada Negera. Obat mujarab yang dapat meredam segala sakit yang tengah diampu negeri akan mampu ditawarkan oleh sosok seorang santri. Keterlatihan jiwa dan spiritinya sejak berada di dunia pesantren tidak perludiragukan lagi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Banyak hal yang dapat ditawarkan kaum santri yang relevan dengan kebutuhan negara saat ini. Spirit hari santri sebagai bentuk memutar ulang ingatan bahwa zaman penjajah dahulu kyai dan para santri berada pada garda terdepan dalam merengkuh kemerdekaan Indonesia.

Maka kini, melalui kesadaran bersama kaum santri harus mulai bangkit membangun tatanan kenegaraan, budaya, ekonomi, dan Pendidikan demi memunculkan kembali warisan spirit yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kaum santri. Santri secara sadar dan beralasan harus terus giat memperbaiki kualitas, kredibilitas dan elektabilitas. Dengan dilantiknya Presiden Jokowi dan KH Ma’ruf ini, terlihat sudah betapa besar kekuatan kaum santri ini. Sebagai orang yang masih merasa santri saya merasa ujung tombak harapan negeri ini berada di tangan kaum santri. Tempaan Pendidikan pesantren yang penuh disiplin “niat mondok untuk mengaji dan membina akhlakul karimah”, tentu akan senantiasa tertanam dalam diri seorang santri dimanapun bertempat. Santri ibarat ujung tombak yang terus diasah dalam pesantren, begitu kuat komitmen dan kejujuran saat menancapkan dirinya pada kebutuhan negeri. (*)

*) Penulis: Muhammad Afnani Alifian, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, dan redaksi Lembaga Pers Mahasiswa Fenomena.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES