Glutera News

Mengapa Tubuh Kita Butuh Makanan Kesehatan?

Rabu, 23 Oktober 2019 - 12:40 | 457.50k
Ilustrasi (Foto: Gluteranews)
Ilustrasi (Foto: Gluteranews)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Melihat begitu banyaknya pilihan makanan di luar, tak heran kalau pola makan pun berubah. Kalau tak terlalu bijak mengatur, kandungan gizi yang masuk ke dalam tubuh kita berkurang. Di sini pentingnya mengkonsumsi suplemen atau makanan kesehatan.

Makanan kesehatan yang dikonsumsi jadi cara termudah dan murah untuk melengkapi nutrisi harian yang dibutuhkan. Vitamin dan mineral dibutuhkan untuk metabolisme, pertumbuhan dan kesehatan secara umum. Kekurangan vitamin atau mineral akan membahayakan keseluruhan fungsi tubuh.

Asal tahu saja, sulit untuk tetap menjaga diet yang benar. Pemrosesan, penyimpanan bahkan cara memasak akan mengurangi vitamin yang terkandung dalam makanan. Belum lagi kondisi kesehatan tubuh seseorang, apakah perokok berat, pengkonsumsi alkohol atau sejumlah kondisi kesehatan lain seperti kegemukan dan penyakit kronis.

Ada 3 faktor yang membuat kita butuh makanan kesehatan. Apa saja?

1. Zaman telah berubah

Di zaman orangtua kita, makanan terasa lebih natural. Dulu, orang terbiasa makan bersama di rumah, makan masakan rumah yang dibuat dari bahan-bahan segar. Beberapa di antaranya mungkin dipetik dari kebun atau ladang milik sendiri.

Sekarang, seiring urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi, pola serta gaya hidup pun berubah. Bangun pagi, warga kota sudah disibukkan  untuk bergegas sampai di kantor atau sekolah. Kita kini lebih banyak menghabiskan waktu unuk beraktivitas ketimbang memikirkan makan sehat.

2. Makanan juga berubah

Masih ingat sewaktu kecil sering mencuri buah dari rumah tetangga atau mencuri singkong dan ubi dari ladang untuk dimakan bersama teman-teman. Well, anak-anak zaman sekarang tak mengalami momen-momen itu.

Makanan sekarang paling mudah ditemukan di tukang sayur yang lewat saban hari di kompleks perumahan, pasar, atau supermarket. Sekarang juga terbilang susah mendapat bahan makanan yang masih segar. Yang ada malah bahan makanan--entah buah-buahan atau sayuran--yang mengandung zat kimia karena petani menggunakan pestisida atau pupuk berbahan kimia saat menanamnya.

Alih-alih mengonsumsi makanan sehat, diam-diam kita menumpuk racun dalam tubuh kita. Belum lagi, karena sibuk aktivitas di luar rumah, kita terbiasa makan di mana saja, bisa di restoran mahal atau makanan pinggir jalan. Pertanyaannya kemudian, apa kita yakin sepenuhnya makanan yang kita makan dari tempat-tempat makan itu berasal dari bahan-bahan yang menyehatkan tubuh?

3. Kondisi tubuh menurun secara alami

Titik awal kondisi tubuh kita mulai menurun adalah saat usia diatas 20 tahun, tepatnya diatas 25 tahun. Dan menjelang 40 tahun tinggal 50%. Baik secara fisik maupun kandungan dalam tubuh. Mulai jumlah glutathione, nitric oxide, dan collagen dalam tubuh menurun jumlahnya. Yang mengakibatkan banyak hal terjadi, mulai turunnya imun dalam tubuh, mudah terkena sakit, hingga penampilan yang mulai menua.

Apa yang bisa kita lakukan?

Agar tubuh tetap bugar beraktivitas, kita butuh asupan makanan yang baik, bergizi dan bervitamin. Tapi di saat bersamaan kini kian sulit menemukan makanan yang memberi manfaat bagi tubuh. 
Saat kita tak sempat mengonsumsi makanan sehat, makanan kesehatan bisa menggantikan peran itu. Untuk memastikan tubuh tetap dapat asupan bahan makanan yang baik dan menyehatkan, kita sangat memerlukan nutrisi makanan.

Saat ini sangat banyak bermacam-macam suplemen kesehatan yang ada di pasaran. Mana yang terbaik? Cara yang paling mudah adalah dengan melihat kandungan dari makanan kesehatan yang akan kita konsumsi.

Dengan mengkonsumsi makanan kesehatan yang tepat, Anda bisa merasakan energi tubuh bertambah dan tak mudah terserang penyakit. Tanpa penyakit, aktivitas tak terganggu dan hidup Anda lebih produktif. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES