Peristiwa Daerah

Dari Poliwangi untuk Sentra Kerajinan Bambu Gintangan Banyuwangi

Rabu, 23 Oktober 2019 - 07:54 | 231.07k
Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Poliwangi Menciptakan Alat Penyerut Bambu Bagi Pengerajin Bambu Desa Gintangan (Foto : Roghib Mabrur/Times Indonesia)
Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Poliwangi Menciptakan Alat Penyerut Bambu Bagi Pengerajin Bambu Desa Gintangan (Foto : Roghib Mabrur/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Wajah Amanto, tampak begitu berbinar. Seolah punya mata, jari-jarinya terus menari. Menata iratan bambu menjadi anyaman rapi berpola indah.

Ya, begitulah aktivitas harian warga Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, sebuah desa sentra kerajinan anyaman bambu di Banyuwangi, Jawa Timur.

Sebagai pemilik Sanggar kerajinan bambu ‘Karya Nyata’, Amanto bersama karyawan terus menciptakan berbagai macam karya seni tradisional berbahan bambu. Mulai dari caping gunung, songkok, tatakan hingga kotak tissu.

Poliwangi-a.jpg

Namun ada yang istimewa. Belakangan, dia tak lagi memerlukan waktu yang panjang untuk mempersiapkan bahan anyaman, yakni iratan bambu. Ini karena Amanto telah memiliki Alat Penyerut Bambu. Sebuah pemanfaatan teknologi guna mendorong produktivitas perajin bambu ciptaan Dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi).

Kontribusi pelestarian kearifan lokal ini tercetus dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diketuai Dosen Jurusan Teknik Mesin Poliwangi, Ika Yuniwati S.Pd., M. Si., bersama dua rekannya. Anggra Fiveriaty, S.T., M.T., dan Ninik Sri Rahayu, M.H. 

“Kami berharap, apa yang telah kami lakukan mampu memberi manfaat serta mampu mendorong produktivitas perajin bambu,” ucap Ika, sapaan akrab Ika Yuniwati S.Pd., M. Si, Rabu (23/10/2019).

Cara kerja Alat Penyerut Bambu, dibuat sederhana. Tinggal menggerakan tuas sebagai tombol ON dan mesin sudah dapat bekerja. Ukuran pun dibuat minimalis, sehingga tidak memakan tempat dan mudah dipindahkan. Daya listrik yang digunakan juga terbilang sangat ekonomis, cukup 900 Watt saja.

Poliwangi-4.jpg

“Penyerutan manual, untuk bambu sepanjang 80 sentimeter membutuhkan waktu 4 detik, dengan alat ini, cukup 1 detik, hasil serutan juga lebih bagus,” gamblangnya.

Dengan alat buatan Dosen Poliwangi ini, Amanto, optimis usaha kerajinan bambu miliknya akan lebih berkembang. Terlebih, berbagai karya buatan sanggar miliknya, Sanggar Anyaman Bambu ‘Karya Nyata’, telah menembus pasar ekspor. Baik ke Australia, Eropa dan negara lainnya.

“Selama ini kita juga memberikan pelatihan kepada masyarakat dan karang taruna. Tujuanya guna melestarikan tradisi leluhur serta menciptakan kemandirian ekonomi,” cetus Amanto.

Program Kemitraan Masyarakat (PKM), merupakan salah satu kegiatan yang di laksanakan oleh sebuah tim kerja dan terdiri dari dosen, mahasiswa juga mitra kerja. PKM ini didukung penuh oleh instansi akademik Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi). Baik dari segi pendanaan maupun akomodasi lainnya.  Kegiatan yang dilaksanakan di Desa Gintangan ini juga merupakan salah satu wujud dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian terhadap masyarakat.

Alat Penyerut Bambu ciptaan tim PKM Poliwangi ini sepenuhnya menjadi hak pemakai Amanto, selaku mitra. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES