Ekonomi

Ada Rano Cahyono di Bisnis Retail dan Grosir Probolinggo

Selasa, 22 Oktober 2019 - 20:07 | 113.94k
Rano Cahyono di tokonya yang terletak di Pasar Gotong Royong. (foto: Rano for TIMES Indonesia)
Rano Cahyono di tokonya yang terletak di Pasar Gotong Royong. (foto: Rano for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kiprah kaum santri di Probolinggo, Jawa Timur, tak hanya di bidang keagamaan. Di dunia bisnis, mereka juga mewarnai. Salah satunya, Rano Cahyono, pengusaha retail dan grosir sandal, sepatu, tas, dan seragam.

Sedikitnya, Rano memiliki 15 stan di Pasar Gotong Royong, Kota Probolinggo. Untuk grosir, ia punya dua cabang di luar kota. Yaitu di Kabupaten Lumajang dan Situbondo. Semuanya dengan satu bendera: Al-Barokah.

Di usaha retail dan grosir ini, Rano menyerap 25 tenaga kerja. Melalui pileg 2014, ia sempat merambah dunia politik dengan menjadi anggota DPRD Kota Probolinggo. Namun sekarang, ia kembali ke habitat awal, bisnis.

Rano-Cahyono-b.jpg

Siapa Rano Cahyono? Ia merupakan alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Enam tahun berada di pesantren, Rano menamatkan pendidikan SMP dan MA. Sekitar 2006, ia keluar dan membantu usaha ayahnya di bidang retail.

Setelah menunaikan ibadah haji pada 2008, Rano mengembangkan usaha grosir. Saat itu, ia mencetak banyak kartu nama. Kemudian kartu nama tersebut ia sebar ke pasar-pasar di Kota maupun Kabupaten Probolinggo. 

Dengan cara itu, ia banyak dikenal. Teleponnya sering berdering. Kadang dari pabrik, pemilik stan di sejumlah pasar, dan kolega bisnis lainnya. Singkat cerita, Rano menjadi tambah kaya.

Kepada TIMES Probolinggo (TIMES Indonesia Network), usahanya tak berhasil begitu saja. "Tidak lancar terus. Saya pernah bangkrut, pernah miskin," katanya saat ditemui Selasa (22/10/2019) sore. 

Tapi pengalaman enam tahun hidup di pondok pesantren, membuatnya tetap tegar. "Di pondok, santri sudah terbiasa hidup jauh dari kenyamanan. Itu adalah tempaan," katanya.

Karena pengalaman tersebut, pria 43 tahun ini memondokkan semua anaknya di pesantren. Ia memiliki empat anak. "Anak saya harus jadi santri, harus mondok semua," katanya.

Di momen hari santri nasional tahun ini, semangat hidup sederhana dan gigih dalam menghadapi tantangan layaknya santri di pondok pesantren, harus disegarkan. 

Sebagai santri, Rano Cahyono menerapkan kejujuran dalam bisnis retail dan grosir yang dijalaninya. Baginya, bisnis tersebut juga bagian dari ibadah bila diniatkan ibadah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES