Adv

KKKS Jabanusa Jadi Tulang Punggung Produksi Migas Nasional

Selasa, 22 Oktober 2019 - 14:14 | 287.02k
Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi. (FOTO: Istimewa)
Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang bekerja di bawah pengendalian dan pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara (Jabanusa) menjadi tulang punggung produksi migas nasional.

Khususnya di wilayah Jawa Timur, saat ini KKKS mampu memasok sekitar 30 persen produksi minyak dan 10 persen untuk produksi gas nasional. Rata-rata, produksi minyak antara 260.000 - 265.000 barel oil per day (bopd). Sedangkan gas, antara 630 - 730 million metric standar cubic feet per day (MMscfd).

Keberhasilan KKKS Jabanusa menjadi tulang punggung produksi migas nasional tidak lepas dari produksi Lapangan Banyuurip yang masuk wilayah Blok Cepu. Estimasi awal diperkirakan puncak produksi pada kisaran 165.000 bopd.

Akan tetapi, lapangan yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited tersebut mampu memproduksi 220.000 bopd. Besarnya produksi, berkat keberanian ExxonMobil dan Pertamina melanjutkan program eksplorasi lapisan dalam yang dicanangkan Humpuss sebelum terbelit krisis ekonomi 1997.

Begitu membeli hak eksplorasi Blok Cepu, ExxonMobil langsung melakukan pemetaan bawah permukaan lewat seismik 3-D. Hasilnya, pada 2001 Mobil Cepu Ltd anak perusahaan dari ExxonMobil yang bekerjasama dengan Pertamina menemukan cadangan minyak mentah dengan kandungan 450 juta barel di lapangan Banyu Urip.

Setelah dihitung ulang pada 2019, cadangan minyak meningkat menjadi 823 juta barrel, atau sekitar 80% dari saat POD awal (2006). Ini merupakan penemuan sumber minyak paling signifikan dalam dekade terakhir.

Penemuan Giant Discovery di wilayah Jabanusa, khususnya di Blok Cepu sangat menarik perhatian. Pertama, kawasan itu sejatinya telah dieksplorasi dan dieksploitasi sejak 1870 atau sekitar 150 tahun silam. Ini menguatkan keyakinan bahwa potensi migas di wilayah Jabanusa, khususnya Jawa Timur, masih relatif besar.

Migas-Pertamina.jpg

Kedua, keberhasilan ExxonMobil menemukan Giant Discovery di Lapangan Banyuurip lewat penggarapan lapisan bawah permukaan membangkitkan harapan bakal ditemukannya lagi Giant Discovery di wilayah Jabanusa.

Hal itu, sangat memungkinkan karena lapangan-lapangan migas di Indonesia, termasuk di  wilayah Jabanusa, sebagian besar baru dieksploitasi pada lapisan dangkal. Meski tidak termasuk 10 wilayah yang menjadi prioritas penemuan Giant Discovery, KKKS bersemangat mendukung program Road To Giant Discovery yang dicanangkan pemerintah.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi menyampaikan, ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro mulai mengembangkan satu lapangan Kedung Kris dengan potensi 10.000 bopd. Rencananya produksi pada akhir 2019.

"PT Pertamina EP Cepu (PEPC) di Bojonegoro sedang mengembangkan fasilitas produksi di Jambaran Tiung Biru untuk produksi gas. Nantinya, digunakan untuk menyuplai kebutuhan domestik di daerah Jawa Timur yang sebesar 170-190 MMscdf," terangnya, Selasa (22/10/2019).

Menurutnya, di Kabupaten Sumenep PT EML (Energi Mineral Langgeng) berhasil melakukan discovery dua sumur eksplorasi di darat dan berpotensi dikembangkan. Sementara, Husky-CNOOC Madura Limited akan membor tujuh sumur gas dengan target on stream pada kuartal ketiga 2020.

"Kangean Energy Indonesia Ltd (KEI) sudah berhasil melaksanakan  penyaluran gas lapangan Terang, Sirasun, dan Batur (TSB) 2 yang on stream Q1 2019 dan tambahan produksi sebesar 200 MMscfd. KEI juga berencana melakukan seismik 3-D di Lapangan Sagentoh pada tahun ini," kata Nurwahidi.

Lebih jauh ia menjelaskan, sedangkan Santos (Madura Offshore) Pty Ltd di lapangan Meliwis telah progress detail engineering 100 persen. Saat ini, dalam tahap proses pembahasan Gas Sales Agreement (GSA). Santos (Sampang) di lapangan Paus Biru telah selesai drilling sumur Paus Biru 1, DST selesai, dan proses pengajuan POD.

Pertamina EP (PEP) Asset 4 pada tahun ini juga akan mengebor 1 sumur eksplorasi yaitu KOL-1, Lalu Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java, melakukan Spud in WMA-1 Exploration Drilling, dan PEPC Alas Dara Kemuning sudah melakukan bor eksplorasi dan mengajukan POD1.

Selain itu, Saka Energi Indonesia atau SAKA akan mengebor lapangan West Pangkah setelah selesai bor 1 sumur eksplorasi. Terakhir, PHE WMO dalam tahap pengeboran sumur eksplorasi PHE 2  3. Yang terbaru, akhir bulan Agustus 2019, Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java melakukan seismik 3-D.

"Semua proyek itu dalam jangka pendek dan menengah tentu sangat berarti untuk bisa melawan penurunan produksi alamiah dan tetap menempatkan wilayah Jabanusa, khususnya Jawa Timur sebagai back bone produksi migas nasional," ungkap Nurwahidi.

Dijelaskan, produksi migas nasional yang beberapa tahun silam bisa mencapai 1,5 juta bopd. Saat ini, sudah di bawah 800.000 bopd. Padahal, konsumsi energi minyak bumi nasional justru terus meningkat dari kisaran 1.500.000 bopd  ke arah 1,6 juta bopd. Ada defisit energi sekitar 50%.

"Jika penurunan alamian minyak bumi itu tidak bisa dihentikan, maka defisit energi nasional akan kian membesar," imbuhnya.

Nurwahidi mengungkapkan, jika ingin tetap berkontribusi besar dalam melawan penurunan alamiah produksi migas nasional, KKKS di wilayah Jabanusa harus bekerja lebih keras lagi, termasuk terus berupaya menemukan kandungan migas skala giant discovery.

Oleh Sebab itu, kerja keras SKK Migas Jabanusa dan  KKKS dalam menahan laju penurunan alamiah maupun upaya menemukan cadangan giant discovery harus dilihat sebagai bagian penting untuk mencegah terus membengkaknya defisit energi nasional.

"Kegiatan SKK Migas dan KKKS yang bekerja di wilayah Jabanusa perlu mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah yang sebenarnya paling berkepentingan terhadap ketahanan energi nasional," tuturnya.

Melihat potensi dan kebutuhan untuk bisa terus berkontribusi maksimal terhadap ketahanan energi nasional, sambung Nurwahidi, semua pihak dan stakeholder utama hulu migas di Jawa Timur harus bersinergi dan berkolaborasi bersama menjaga iklim investasi hulu migas. Sehingga, bisa menarik perhatian investor.

"Jika ada investor hulu migas, minimal ada dua hal dapat dicapai. Yakni,  pemenuhan target produksi migas nasional, dan multiplayer efek di bidang ekonomi lokal kian meningkat," paparnya.

Nurhahidi mengutarakan, multiplayer efek yang dihasilkan di sektor migas dari hulu ke hilir sangat besar. Selain membuka lapangan kerja, kehadiran industri migas juga memberdayakan ekonomi melalui pengusaha lokal. Tak hanya itu,  sektor perhotelan dan pariwisata di wilayah operasi migas juga ikut menikmati.

"SKK Migas saat ini berperan menjadi lokomotif pendorong ekonomi nasional," ucap alumnus ITS tersebut.

Sementara itu, peneliti migas Arif Gunawan menyatakan masih ada peluang penemuan kandungan migas skala Giant Discovery di wilayah Jabanusa, termasuk di Jawa Timur. Di wilayah Jabanusa yang meliputi North East Java Basin, masih banyak memiliki area potential yang belum dieksplorasi.

"Potensinya ada. Tinggal dipadukan dengan pemanfaatan teknologi baru dalam kegiatan eksplorasi. Kalau sudah ada data-data baru, peluang penemuan Giant Discovery lebih terbuka," terang peneliti muda asal Sidoarjo ini.

Arif tidak berlebihan, di luar KKKS yang sudah memproduksi migas seperti, Kangean Energi Indonesia (KEI), Santos, Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Petronas Cari Gali Ketapang, Pertamina EP Asset 4, Pertamina EP Cepu, ExxonMobil Cepu Limited, Husky CNOOC Madura Limited, PGN Sakka, Cammar dan Lapindo Brantas.

"Masih ada lebih dari 10 KKKS yang masih pada tahap eksplorasi di wilayah Jabanusa," tandasnya. (adv)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Madura

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES