Pendidikan

Hebat, Ini Perjalanan Hidup Andi Kurniawan, Remaja Yatim Piatu Peraih IPK Cumlaude di UPNVY

Minggu, 20 Oktober 2019 - 13:16 | 329.58k
Andi Kurniawan, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi setelah mengikuti wisuda. (FOTO: Humas UPNVY/TIMES Indonesia)
Andi Kurniawan, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi setelah mengikuti wisuda. (FOTO: Humas UPNVY/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Acara wisuda yang digelar UPN Veteran Yogyakarta (UPNVY), Sabtu, (12/10/2019) menjadi momentum istimewa bagi Andi Kurniawan. Ya, itu karena remaja yatim piatu ini berhasil lulus dari UPNVY dengan predikat cumlaude yaitu IPK 3,76.

Saat prosesi wisuda, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ini tidak ditemani kedua orang tuanya. Sang ayah sudah meninggal sejak ia berusia 3 tahun. Sedangkan sang ibu meninggal saat Andi duduk di kelas 2 SMA.

“Saya diantar oleh tante adik ibu. Sejak kedua orang tua meninggal tante yang membantu saya.” kata pria kelahiran Klaten, 13 September 1995 ini.

Andi menceritakan sejak ayahnya meninggal sang ibulah yang mengurus semua kebutuhannya dan kedua kakaknya. Namun sejak ibunya jatuh sakit ia harus hidup mandiri. “Sebelum meninggal ibu sakit stroke. Saat itu saya yang merawat beliau karena ibu tidak bisa apa-apa,” cerita Andi.

Sebagai anak yatim piatu, Andi harus absen sekolah selama 3 bulan untuk merawat sang ibu. Di tengah situasi tersebut dirinya mengaku sempat putus asa, apakah dapat melanjutkan sekolah di SMK Putra Tama Bantul atau berhenti.

“Alhamdulillah, pihak sekolah tetap memberikan kesempatan untuk saya melanjutkan masuk sekolah karena paham kondisi saya.” tutur Andi.

Setelah sang ibu meninggal, Andi kemudian diangkat sebagai anak asuh oleh tetangganya. Namun, lagi-lagi berita duka menghampiri Andi. Sang ayah angkat meninggal dunia dua tahun setelah kepergian ibunya.

“Saat itu, saya sedang mencari universitas sebagai tempat kuliah. Di tengah situasi tersebut ayah angkat saya meninggal. Rasanya sedih sekali ditinggalkan orang-orang tersayang dalam waktu berdekatan,” tuturnya.

Meninggalnya sang ayah angkat tak membuatnya Andi putus asa untuk meneruskan ke bangku perkuliahan. Dengan berbekal sisa tabungan dari sisa uang saku dirinya nekad mendaftar ke perguruan tinggi. Saat itu ia juga diterima bekerja di salah satu toko buku di Yogyakarta. Gaji yang ia terima digunakannya untuk membiayai hidup setiap bulan.

“Saya tidak ingin merepotkan keluarga, jadi saya harus bisa mandiri. Yang saya pikirkan adalah bagaimana saya bisa beli makan untuk hari ini, untuk besok,” jelas Andi yang terlihat matanya berkaca-kaca ketika menceritakan proses kehidupannya selama kuliah.

Beruntung, saat itu dirinya diterima di UPNVY. Andi mendapatkan biaya uang kuliah tunggal (UKT) golongan 1 yakni sebesar Rp 500 ribu per semester. Pada semester dua, ia kemudian mendapat beasiswa Bidikmisi sehingga gratis biaya kuliah. Diakui Andi, meskipun mendapat biaya hidup dari program Bidikmisi namun tidak mencukupi sehingga ia tetap bekerja.

“Jam kerja saya waktu itu siang jadi setelah kuliah selesai saya baru berangkat. Namun karena tugas kuliah semakin banyak saya memutuskan keluar dari tempat kerja,” katanya.

Ia mengaku selama menjadi mahasiswa tidak bisa mengikuti organisasi maupun kegiatan di kampus karena sibuk bekerja.

“Aktivitas saya kuliah, pulang, antar barang, trus jualan. Jadinya tidak punya waktu untuk ikut kegiatan di kampus,” ungkapnya.

Setelah keluar dari tempatnya bekerja Andi kemudian mencoba peruntungan dengan menjadi reseller sepatu. Ia menjual sepatu melalui online. Awal berjualan diakui Andi sangat susah untuk memasarkan. Bahkan ia hanya bisa menjual dua pasang sepatu selama 2 bulan.

“Kemudian saya coba mencari produsen sepatu dengan model dan harga yang lebih murah. Akhirnya pada bulan ketiga saya jualan mendaptkan untung yang lumayan.” ucapnya.

Andi mencoba membawa produk sepatunya ke kampus saat ia kuliah. Ia mencoba menawarkan produk sepatunya ke teman-teman kuliah. “Saya bawa 5 kardus sepatu kalau kuliah. Ada teman yang tanya-tanya dan beli. Dari situ produk sepatu saya menjadi dikenal,” terang Andi yang kini menjadi penyiar radio di Yogyakarta tersebut.

Bermodalkan keuntungan penjualan sepatu yang ia tabung, Andi memberanikan diri membuka kios. Ia menyewa lahan kosong di depan tempat kosnya untuk dibangun bangunan semi permanen sebagai kios.

“Alhamdulillah dengan usaha sepatu ini saya bisa menyelesaikan kuliah. Kadang iri dengan teman-teman yang bisa menjadi aktivis organisai atau sibuk kegiatan kampus sedangkan saya tidak bisa sepeti mereka,” jelas Andi.

Andi menyadari bahwa hidup ini memang tidak mudah. Diperlukan perjuangan dan kerja keras, sehingga ia berpesan agar selalu bersyukur. “Saya percaya setiap orang punya jalan masing-masing. Rintangan apapun jangan dijadikan alasan untuk berputus asa apalagi menyerah karena Tuhan mempunyai rencana yang indah,” terang Andi Kurniawan, remaja yatim piatu yang kini resmi menyandang gelar sarjana ilmu komunikasi dan menjadi alumni UPNVY ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES