Indonesia Positif

HMJ THP UWG Malang Gelar Kuliah Umum Bertajuk 'Kopi dan Flavour'

Rabu, 16 Oktober 2019 - 15:33 | 56.44k
Dekan Fakultas Pertanian (Dr. Evi Nurifah J.,SP.,MP.) (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
Dekan Fakultas Pertanian (Dr. Evi Nurifah J.,SP.,MP.) (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – HMJ THP (Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian) Fakultas Pertanian UWG Malang kuliah tamu dengan mengangkat tema 'Kopi dan Flavour', Rabu (16/10/2019).

Meski ini adalah gelaran kegiatan HMJ THP, Dekan FP Dr. Evi Nurifah Julitasari, SP, MP menginstruksikan kepada seluruh mahasiswa untuk hadir.

"Apa yang akan dibahas dalam kuliah tamu ini ilmunya dapat diambil oleh semua program studi. Tema utama adalah bagaimana mengolah kopi. Dari kegiatan mengolah kopi ada keterkaitan ke belakang bagaimana kopi yang akan diolah ini diproduksi, sementara kaitan ke belakangnya adalah akan dikemanakan kopi yang telah diolah tersebut," kata Evi dalam sambutannya.

Sebelumnya, Ketua Program Studi THP lr. Enny Sumaryati, MP melaporkan bahwa dengan persiapan yang singkat, akhirnya kegiatan program studi ini dapat ditingkatkan menjadi kegiatan fakultas dengan menambahkan seorang nara sumber.

HMJ-THP-UWG-Malang-Gelar-Kuliah-Umum-2.jpgKiri, Kaprodi THP (Ir. Enny Sumaryati, MP.) dan 2 orang pemateri serta Dekan FP (Dr. Evi Nurifah J.,SP.,MP). (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

Nara sumber pertama adalah Weny Bekti Sunarharum, STPM Food, Sc, PhD, seorang peneliti kopi dari UB dan Yudistira seorang owner Motif Cafe di Kota Malang.

Dalam presentasi di hadapan seluruh peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen FP, Weny mengawali dengan kalimat bahwa kopi yang terdiri lebih dari 100 spesies ini merupakan mahakarya seni.

"Mengapresiasi setiap cangkir kopi adalah bentuk apresiasi terhadap kehidupan, karena ada banyak cerita dibalik rantai pasok komoditas pertanian yang satu ini," jelasnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan dalam secangkir kopi 'ada' air mata, ada keringat, ada waktu tunggu, ada harapan, ada ketidakpastian dan masih banyak lagi yang lainnya.

Menurutnya mahakarya seni kopi terletak bukan hanya kepada hiasan yang dibuat pada permukaan kopi, tetapi lebih pada kenyataan bahwa setiap cangkir kopi memiliki rasa berbeda satu dengan yang lainnya. Tergantung pada komposisi kopi, gula, dan air, juga kuantitas dan tingkat kematangan air penyeduh.

HMJ-THP-UWG-Malang-Gelar-Kuliah-Umum-3.jpgBersama peserta Kuliah Tamu. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

"Tak kalah penting adalah kondisi situasi psikologis roaster (penyangrai) dan baristanya (penyeduh)," jelas peneliti kopi dengan penampilan sederhana ini.

"Kopi juga memiliki nilai sosial tinggi. Ini terbukti dan terlihat dari ramainya pengunjung kedai kopi, padahal pada umumnya mereka hanya menjual kopi saja," imbuhnya.

Owner Kedai Motif Kopi, yang seharusnya dititipi pesan memotivasi mahasiswa untuk segera memulai usaha sebagaimana yang dilakukan, ternyata belum mampu menjalankan tugasnya.
Moderator Ir. Sudiyono, MP selaku moderator berusaha mengarahkan situasi yang akhirnya mampu mengundang diskusi yang cukup menarik dengan indikator banyaknya pertanyaan yang muncul dari para peserta. Apalagi tandem jawaban yang sangat pas  antara peneliti dan pelaku usaha yang sengaja dihadirkan di Auditorium Kampus lll ini.

Sebelum sesi presentasi, Dekan FP dan Kaprodi THP UWG Malang berkesempatan menyampaikan cindera mata kepada para pemateri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES