Peristiwa Daerah

Pakar Geologi: Sesar Aktif Kendeng Berpotensi Gempa

Selasa, 15 Oktober 2019 - 19:28 | 161.65k
Pakar Geologi ITS, Dr Ir Amien Widodo Msi. (Foto : Istimewa)
Pakar Geologi ITS, Dr Ir Amien Widodo Msi. (Foto : Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Hasil kajian terbaru dari Pusat Studi Gempa Nasional 2017 menyebutkan bahwa banyak kota di Indonesia dilewati sesar aktif yang berpotensi gempa. Hasil terbaru berjumlah 295 sesar aktif. Jumlah tersebut semakin meningkat dari awalnya 81 sesar aktif.

Menurut Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Ir Amien Widodo MSi, sesar aktif di daratan umumnya sangat merusak, hal itu dikarenakan besarnya goncangan merupakan fungsi kekuatan sumber gempa dan jarak sumber gempa. 

“Walau kekuatan sumber gempanya kecil tapi kalau letaknya yang dekat maka guncangannya akan berdampak besar,” terangnya, Selasa (15/10/2019).

Sebaliknya walaupun kekuatan sumber gempanya besar tapi kalau jaraknya jauh sekali maka goncangan yang dirasakan kecil karena proses penjalaran gempa sewaktu menempuh jarak tersebut secara umum akan membuat (amplitudo) gelombang gempa menjadi semakin kecil. 

Gempa darat akibat sesar aktif yang membelah kota terbukti sangat berbahaya dan menghancurkan bangunan, membunuh ribuan orang serta membuat cacat permanen telah terjadi di beberapa tempat diantaranya seperti yang terjadi di Palu 2018, Lombok 2018, Bener Meriah Aceh 2012, gempa Padang 2009 dan gempa Jogja 2006. 

Sesar yang melewati wilayah Jawa Timur dikenal dengan sesar Kendeng. Sesar Kendeng merupakan zona sesar yang memanjang mengarah barat timur dari Jawa Tengah hingga bagian barat Jawa Timur. 

“Di bagian barat sesar kendeng ini terlihat menyambung ke dalam sistem Sesar Semarang dan Baribis,” lanjut Amien Widodo ketika dihubungi TIMES Indonesia melalui Whatsapp.

Sesar Kendeng diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Nasional Australia, A Koulali (2016) berdasarkan hasil pengukuran global global positioning system (GPS) dan Sesar Kendeng merupakan sesar naik.

Keaktivan Sesar Kendeng ini berdasarkan data kegempaan di Klangon Saradan yang hampur terjadi tiap bulan dengan skala M 3 - 4 dan gempa bumi pada tahun 1836 mengguncang Ploso Mojokerto dengan skala intensitas VII-VIII MMI (Mercally Modified Intensity). 

Demikian juga yang terjadi di Pasuruan tahun 1889 (VI MMI), Rembang-Surabaya (VII MMI), dan gempa dangkal yg teejadi pada 10 September 2007. Meski relatif kecil (4,9 SR) merontokkan 234 rumah di tiga kecamatan, yaitu Asembagus, Banyuputih dan Jangkar Kabupaten Situbondo.

Berdasar dari kejadian gempa darat tersebut maka bisa belajar bahwa hancurnya bangunan disebabkan oleh faktor internal bangunan tersebut dan faktor eksternal yaitu magnitudo gempa, pergeseran sesar dan respon tanah terhadap gempa. 

“Sesar Kendeng membelah Kota Surabaya melewati lapisan batuan dan lapisan tanah lunak yang sangat terpengaruh dengan gempa,” tandasnya.

Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki luas wilayah 33.048 ha, di mana 60,17% luas wilayahnya berupa kawasan terbangun dan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta jiwa. Kota Surabaya sebagai kawasan yang dilalui Sesar aktif Kendeng, terus berkembang secara dinamis sebagai salah satu pusat regional dan nasional yang kompleks.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES