Ekonomi

Harga Telur Merosot, Peternak Ayam Petelur di Lamongan Tunda Peremajaan

Senin, 14 Oktober 2019 - 13:14 | 295.79k
Sidi, peternak ayam petelur di Kecamatan Sukodadi, Lamongan memeriksa kondisi kandang. (FOTO: Istimewa)
Sidi, peternak ayam petelur di Kecamatan Sukodadi, Lamongan memeriksa kondisi kandang. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, LAMONGANHarga telur ayam yang merosot tajam dalam beberapa pekan terakhir membuat peternak ayam petelur di Lamongan, Jawa Timur kelimpungan.

Seperti yang dikatakan oleh Sidi Amat, peternak ayam petelur di Desa Baturono, Kecamatan Sukodadi, Lamongan, harga telur di kalangan peternak turun drastis hingga menyentuh angka Rp 16.000 per kilogram. Harga tersebut jauh di bawah harga normal yang berada pada kisaran Rp. 19.000 hingga Rp. 20.000 per kilogram.

"Sebelumnya itu sekitar Rp 19 ribu, kemudian turun terus, kalau nggak salah ya sekitar satu bulan ini.  turunnya itu bertahap, pertama Rp 18 ribu, terus Rp 17 ribu dan sekarang Rp 16 ribu sampai Rp 16.500," kata Sidi, Senin (14/10/2019).

Menurut Sidi, merosotnya harga telur ayam tersebut membuat para peternak ayam petelur seperti dirinya mengalami kerugian yang cukup besar.

"Biasanya saya bisa menghasilkan 135 kilogram telur per hari, saat harganya Rp 19.000, kita dapat Rp 2.565.000. tapi kalau sekarang harganya Rp 16.000, kita hanya dapat 2.160.000. Jadi hasilnya ya merosot Rp 405.000 dalam satu hari," ujarnya.

Sidi juga mengaku tidak tahu secara pasti apa yang menyebabkan harga telur ayam turun begitu tajam, padahal menurutnya harga pakan tidak mengalami penurunan.

"Harga konsentrat tetap normal, satu zak isi 50 kilogram harganya Rp 380 ribu. Harga dedak dan jagung juga mahal, dedak Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per kilogram, sedangkan jagung sekitar Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per kilogram," tuturnya.

Kondisi tersebut membuat Sidi yang baru saja menjual ayam-ayam yang tidak lagi produktif, masih enggan untuk melakukan peremajaan dan membiarkan sebagian kandangnya kosong sementara waktu.

"Sudah apkir satu bulan yang lalu dan sebenarnya ini sudah waktunya mengisi (ayam) lagi, tapi saya pikir-pikir kalau masih seperti ini nanti malah rugi. Jadi tidak saya isi dulu," ucapnya.

Sidi dan para peternak ayam petelur di Lamongan pun berharap agar harga telur ayam bisa kembali normal. "Sebenarnya kami tidak minta (harga telur) mahal, cuma ya harus seimbang, jadi pakan sama produksi seimbang," kata Sidi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES