Wisata

Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi, Bikin Desa Kemiren Padat Merayap oleh Wisatawan

Senin, 14 Oktober 2019 - 12:24 | 142.82k
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2019 di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. (Foto: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2019 di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. (Foto: Roghib Mabrur/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIFestival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu) kembali menyedot animo ribuan orang untuk datang ke Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Sabtu malam (12/10/2019). Acara yang sudah memasuki tahun ketujuh ini, tak ubahnya menjadi lebarannya para pecinta kopi Banyuwangi.

Umam adalah salah satu pengunjung asal Surabaya yang mengaku sudah tiga tahun terakhir datang di acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu, ia mengaku kangen suasana ngopi bersama saudara pecinta kopi yang ada di desa Adat Kemiren.

"Kalau sekadar mau ngopi khas Banyuwangi, banyak kok cafe yang menyediakannya sekarang. Tapi, beda dengan ngopi di sini, ini seperti lebaran. Kita bisa bersilaturahmi. Bertemu dengan teman-teman sesama pecinta kopi. Ngobrol macem-macem. Melepas kangen," imbuh lelaki yang pernah KKN di Banyuwangi saat kuliah itu.

Tradisi ngopi di Desa Kemiren memang tak sebatas menikmati seduhan biji kopi. Namun, ada pesan filosofis yang terkandung dalam tiap cangkirnya. Dengan secangkir kopi, bisa menyatukan beragam perbedaan. Serta merekatkan tali persaudaraan.

Festival-Ngopi-Sepuluh-Ewu-2019.jpg

Selain itu, inovasi pemuda desa dalam menyuguhkan alunan musik tradisional suku using dikemas menarik dengan musik modern, sehingga membuat pengunjung milenial betah menikmati sajian kopi sambil menyodorkan hp pintarnya.

"Wah ini luar biasa, jalanan desa padat merayap wisatawan semua, tapi serasa ngopi bersama keluarga saja, padahal kita pengunjung yang tak saling mengenal, kopinya enak," kata Triyogo Ainnul Yakin (25) pengunjung asal Banyuwangi kota, Senin (14/10/2019).

Triyogo menuturkan bahwa dirinya terjebak kemacetan selama setengah jam, lantaran banyaknya kendaraan mobil dan pesepedah motor yang berjubel ingin datang di Festival Ngopi ini, apalagi diperparah adanya pelebaran jalan arah menuju desa Kemiren.

Festival Ngopi Sewu digelar swadaya oleh warga Desa Kemiren. Ini sebagai bentuk penghormatan warga kepada para pengunjung dengan menyuguhkan kopi yang telah menjadi budaya warga Kemiren.

Untuk mempersiapkan 10 ribu cangkir kopi, warga Kemiren menyiapkan tak kurang dari 350 Kg bubuk kopi khas Banyuwangi. Ada beragam varian yang disajikan. Mulai dari arabica, robusta hingga house bland.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga mengapresiasi kegiatan ini, yang merupakan bagian dari kegotongroyongan masyarakat. Semuanya disiapkan dan dirancang oleh warga Kemiren sendiri.

Partisipasi publik yang tinggi dalam mempersiapkan festival tersebut, tambah Anas, bisa mendongkrak berbagai sektor lainnya. Terutama ekonomi kreatif yang sedang bergeliat di desa tersebut.

Festival-Ngopi-Sepuluh-Ewu-2019-b.jpg

"Acara ini menjadi cara untuk mengundang orang datang ke sini. Sebagai desa wisata, kedatangan orang ke Kemiren menjadi sesuatu yang penting untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif yang sedang tumbuh di sini. Seperti kuliner, batik, seni pertunjukan hingga penginapan," ujar Anas.

Sesepuh adat Desa Kemiren, Suhailik menjelaskan warga Kemiren memiliki falsafah lungguh, suguh dan gupuh dalam menghormati. Ngopi Sepuluh Ewu sangat menggambarkan falsafah yang dipegang warga.

Lungguh, papar Suhailik, adalah menyiapkan tempat. Sedangkan 'suguh' adalah menyajikan hidangan. Adapun 'gupuh' adalah kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut.

"Kita siapkan tempat duduk di sepanjang teras warga sebagai bagian dari 'lungguh'. Kita juga siapkan kopi dan beragam jajanan tradisional sebagai 'suguh'. Serta kita berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sebagai bentuk dari 'gupuh' kita," ujarnya.

Suhailik berharap mereka yang hadir di Festival Ngopi Sepuluh Ewu bisa menjadi saudara bagi warga kemiren. "Dengan ngopi bareng di sini, kami ingin mereka menjadi saudara bagi kami. Karena kami punya semboyan, Sak Corot Dadi Sakduluran - Menyeduh Bersama maka Kita Bersaudara," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES