Kopi TIMES

Mengapa Mahasiswa Gagal Studi?

Minggu, 06 Oktober 2019 - 19:19 | 1.25m
Prof Dr Rochmat Wahab
Prof Dr Rochmat Wahab

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAThere are no secrets to success. It is the result of preparation, hard work, and learning from failure.” Colin Powell.

Banyak sekali anak muda ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sebab, dengan status mahasiswa setidak-tidaknya memiliki banyak pilihan untuk karir di masa depannya. Tidak sedikit usaha yang bisa ditempuh, mulai dengan biaya sendiri yang memadai, berebut beasiswa, kuliah sambil bekerja, atau kredit mahasiswa.

Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa yang bisa raih sukses dan berakhir dengan wisuda. Mereka bisa gagal di awal, di tengah, bahkan bisa terjadi juga di saat menjelang akhir masa studi.

Ada sejumlah alasan yang bisa membuat mahasiswa gagal. Pertama, memilih jurusan atau mata kuliah yang salah. Karena salah memilih, belajar kurang minat dan kurang fokus. Kesalahan ini terjadi karena desakan orangtua atau ikut-ikutan teman. Kedua, landasan yang lemah atau kuat. Karena konsep dasar kurang dikuasai, berakibat pada terbatasnya mengikuti kuliah yang menuntut kemampuan tinggi. Keterbatasan ini bisa berakibat pada hasil kuliah rendah.

Ketiga, kebiasaan belajar yang tidak tepat. Sebagian besar mahasiswa baru tidak mudah ikuti cara belajar di perguruan tinggi dengan cepat. Mereka terbiasa dengan teknik belajar di sekolah menengah dengan cara berpikir tingkat rendah, sementara di perguruan tinggi menuntut cara berpikir tingkat tinggi. Kebiasaan belajar yang tidak tepat juga tidak bisa mendukung untuk sukses studi.

Keempat, harga diri yang rendah. Harga diri yang rendah bisa berakibat pada aktivitas belajar yang kurang optimal. Demikian juga dapat mengganggu pada waktu ujian. Ketika ujian bisa terjadi bingung dan tidak yakin akan pekerjaannya sendiri. Kondisi ini bisa berkibar hasil ujian atau tugas kurang jauh dari memuaskan.

Kelima, ketergantungan. Ketika mahasiswa tidak memiliki informasi atau pengetahuan yang cukup, berakibat pada tergantung pada orang lain. Kita tidak tahu, apakah orang lain itu benar-benar menguasai. Jika ya, tidak ada masalah, walau mahasiswa juga tidak boleh bergantung terus. Namun jika tidak, maka info yang dapatkan dari orang lain bisa rugikan mahasiswa itu sendiri.

Keenam, takut. Takut ketika menghadapi ujian sangat menentukan hasil ujian. Akibat takut bisa berakibat pada ketidakmampuan mereproduksi ingatan. Takut bisa membuyarkan ingatan. Takut bisa hilangkan semua yang sudah dipelajari. Takut bisa membuat tidak fokus. Takut yang tidak pada tempatnya harus ditiadakan.

Ketujuh, tidak prioritaskan studi. Sebagai mahasiswa seharusnya prioritaskan studi. Namun yang terjadi bahwa mahasiswa justru lebih prioritaskan alah raga, kegiatan rekreatif, kegiatan organisasi, dan aktivitas lain yang menyita waktu jauh lebih banyak daripada studi. Kedelapan, ketidakpercayaan diri bisa selesaikan studi. Adanya self confident untuk selesaikan studi itu penting sekali, namun jika tidak ada self confident maka berakibat ikuti kuliah malas, selesaikan tugas tidak semangat. Ikuti ujian tanpa persiapan yang memadai.  Kondisi ini yang bisa juga membuat gagal studi.

Jika kita perhatikan soal gagal studi sejatinya tidak hanya diukur dengan kemampuan akademik saja, melainkan juga soft skills dan moralitas. Karena tidak sedikit yang sudah diwusuda, namun selanjutnya mereka mengalami kesulitan untuk menerapkan ilmunya dengan baik dan tidak mampu menunjukkan diri sebagai individu yang berintegritas.

Mahasiswa yang gagal studi tidak bisa dibiarkan, walau tidak jarang hal itu sebagai pilihan. Jika sebagai pilihan, itu benar-benar bersifat kasuistik. Kegagalan studi merugikan banyak fihak, terutama  merugikan mahasiswa sendiri. Kerugian tidak hanya bersifat material, melainkan juga bisa bersifat immaterial.

 

Untuk menghindari banyak kerugian dari kegagalan studi, maka upaya-upaya yang bisa dilakukan, diantaranya: memilih prodi atau mata kuliah secara bijak, menghilangkan keraguan, memiliki rencana studi yang benar, menghindari panik sewaktu ujian, melakukan checking secara rutin tugas-tugas kuliah, tunjukkan rasa percaya diri, memberikan kesempatan refleksi diri, memotivasi mahasiswa secara periodik,  tidak pernah berhenti berusaha untuk mengatasi kegagalan, dan memanfaatkan spirit agama untuk terus sabar dan berikhtiar.

Dengan memahami makna kegagalan studi secara komprehensif, kita akan menemukan cara yang mendekati tepat dan efektif. Dengan sikap begitu kita akan bisa terhormat dari kerugian, di samping kita akan temukan berbagai kebaikan dan kemaslahatan. Semoga kita selalu husnudzdzon terhadap setiap kondisi yang ada, sekalipun itu selintas tidak baik di hadapan kita saat itu dan di setting apapun hal itu terjadi. (*)

 

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES