Peristiwa Daerah

Hari Tani Nasional, Selesaikan Konflik Agraria di Pulau Sumba

Senin, 23 September 2019 - 19:32 | 157.39k
Ilustrasi - Lahan pertanian (FOTO: Anadolu Agency)
Ilustrasi - Lahan pertanian (FOTO: Anadolu Agency)

TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Sambut Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September 2019, Sejumlah pegiat sosial budaya dan lingkungan hidup di Kabupaten Sumba Timur NTT berharap pemerintah dapat menyelesaikan konflik agraria di pulau Sumba.

“Kita berharap dengan Hari Tani Nasional ini yang didasarkan pada Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria (UUPA) agar pemerintah setempat dapat menyelesaikan konflik agraria di pulau Sumba,” kata pegiat sosial budaya dan kingkungan hidup Sumba Timur NTT, Deddy Febrianto Holo, Senin (23/9/2019).

Menurut Deddy, eskalasi konflik agraria di berbagai daerah berujung pada tindakan represif dan kriminalisasi petani. Masih segar dalam ingatan saat Poro Duka, seorang petani asal Sumba Barat tertembak karena mempertahankan lahan konflik agraria yang mengancam ruang gerak dan wilayah kelola masyarakat adat dan petani.

“Kelompok ini sangat rentan terhadap kebijakan pemerintah yang terlalu memberikan porsi lebih besar kepada korporasi sementara negara absen memberikan perlindungan kepada petani dan masyarakat adat,” ujarnya.

Deddy menambahkan, kehadiran perusahan berskala besar di Sumba Timur merupakan kebijakan yang tidak mempertimbangan dampak akibat puluhan ribu hektar lahan petani dan masyarakat adat dikonsesi ke perkebunan skala besar.

“Ini tentu menjadi PR bagi kita bagaimana mewujudkan petani yang mandiri dengan perlindungannya yang jelas agar pemerintah dapat mengimplementasikan,” ungkap Deddy.

Ia mengungkapkan, persoalan agraria di Sumba Timur jika dilihat dari data investigasi Sabana Sumba sejak 2015 -2019, angka kriminalisasi menyebar di wilayah konsesi perusahan tebu yang berdampak pada petani, peternak dan masyarakat adat dan aktivis lingkungan hidup yang berjuang mempertahankan lahan dan lingkungan.

“Kami para pegiat sosial budaya dan lingkungan hidup berharap dengan memperingati Hari Tani Nasional ini tidak ada lagi petani atau masyarakat adat di Pulau Sumba yang dikriminalisasi ketika mempertahankan hidup dan tanahnya,” tegas Deddy Febrianto Holo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Sumba

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES