Peristiwa Daerah

Suluk Kebudayaan Indonesia Gelar Diskusi Jejak Kasultanan Demak

Senin, 23 September 2019 - 15:35 | 84.85k
Suasana diskusi Istana Prawoto: Jejak Demak yang Diabaikan yang digelar oleh Suluk Kebudayaan Indonesia. (FOTO: Soni Haryono/TIMES Indonesia)
Suasana diskusi Istana Prawoto: Jejak Demak yang Diabaikan yang digelar oleh Suluk Kebudayaan Indonesia. (FOTO: Soni Haryono/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTASuluk Kebudayaan Indonesia #2 sesi ke-5 kembali digelar menyapa masyarakat Yogyakarta. Kali ini dengan tema Istana Prawoto: Jejak Demak yang Diabaikan. Kegiatan kebudayaan ini diselenggarakan di SaRanG Building #2 Kalipakis RT 05/11, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (21/9/2019) malam. Hadir sebagia pemateri yaitu Ali Romdhoni yang mengupas jejak Kasultanan Demak.

Kegiatan kebudayaan diawal dengan pembukaan pameran poster, foto, dan video yang berkaitan dengan kegiatan Suluk Kebudayaan Indonesia. Di tempat yang sama juga ada bazar buku dan kaos yang disajikan oleh sejumlah penerbit Yogyakarta seperti Ifada, Nyala, janasoe.id, MJS, Nurmahera, dan Langgar.co.

Pada sesi pembukaan pameran foto dan video, seniman sekaligus perwakilan SaRanG, Jumaldi Alfi menymapaikan sambutan. Kemudian, dilanjutkan pertunjukan musik oleh Sri Krisnha, seorang musisi nyentrik dengan lagu-lagu yang khas.

Usai magrib, para pengunjung disuguhi pentas musik Saluang oleh grup musik Minang Maimbau. Kemudian, dilanjutkan Orasi Budaya oleh Hairus Salim berudul Jati Diri Kebudayaan Indonesia dan diakiri pembacaan puisi oleh Nasirun, seniman yang sering mengangkat isu-isu kebudayaan Nusantara.

Seniman Ali Romdhoni mengatakan, laporan sejumlah lembaga hasil riset menyimpulkan, bahwa wilayah yang bernama Demak  (sekarang disebut Kabupaten Demak) minim bagi bukti arkeologis yang bisa diduga  sebagai bekas pusat kesultanan Demak.

“Penelitian ini belum berakhir! Penelitian dan pencarian perlu terus dilanjutkan lebih serius, dan dengan melibatkan wilayah  yang lebih luas lagi,” kata Ali.

Ali mengingatkan, ketika melihat kesultanan Demak Bintara di masa lalu jangan berpatokan pada teritorial wilayah Kabupaten Demak saat ini.  Sebab, hal itu sangat berbeda. Demak yang sekarang berupa wilayah Kabupaten di garis jalan raya Pantai Utara Pulau Jawa.

“Sedangkan Kasultanan Demak di masa lalu  adalah nama yang besar, dengan cakupan wilayah yang luas,” papar Ali.

Karena itu, di sinilah pentingnya menghadirkan sebuah bukti otentik keberadaan bekas  pusat Kasultanan Demak Bintara bagi dunia pengetahuan di Indonesia. Kegagalan menghadirkan jejak Kasultanan Demak Bintara akan berdampak pada  absahnya tuduhan dari pihak-pihak yang menafikan kehadiran tatanan baru pasca  meredupnya era Majapahit.

“Karena itu, mari kita meneguhkan jejak pusat Kasultanan Demak Bintara. Ini pekerjaan rumah bagi generasi muda Bangsa Indonesia. Ya yang menemukan jejak Kasultanan Demak di masa lalu adalah persoalan kita,” jelas Ali Romdhoni saat diskusi bersama Suluk Kebudayaan Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES