Empat Belas Perupa Pamerkan Karya Seni di Desa
TIMESINDONESIA, BATU – Empat belas perupa memilih memamerkan karya seninya selama sebulan di sebuah desa di Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu, Jawa Timur yang jauh dari keramaian. Pameran ini menampilkan karya seni patung, lukisan, instalasi hingga kolase di sebuah ruang pamer di Cafe Sontoloyo, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji.
Memang pengunjungnya tidak seramai saat mereka memamerkan karya seninya di Galery Raos yang berada di jantung kota, namun keberadaan pameran di lokasi yang hening ini memberikan sensasi yang beda bagi pengunjung.
Sebuah karya instalasi berjudul "Bulan Sabit Dini Hari #3" menyambut kehadiran pengunjung di pintu masuk. Karya seni ciptaan Iwan Yusuf ini menghadirkan Ikan Agraria "Padi" dan Ikan Maritim "Perahu" di daerah pegunungan Bumiaji.
Karya seni yang berukuran 250 x 450 x 160 centimeter ini cukup bisa menahan pengunjung untuk berdiri di depannya dan menikmati sajian keindahan seni instalasi ini.
Sementara di dalam ruang pamer, terdapat berbagai karya seni ciptaan Dadang Rukmana yang menyajikan Portrait of Valery "Wally" Neuzi.
Lain halnya dengan perupa Suvi Wahyudianto yang menghadirkan yang berjudul Enggon, ada juga karya Yusa Effendi yang berjudul War.
Rasa lelah menuju ke lokasi pameran pun pasti terbayar saat melihat keindahan 14 karya seni yang dipamerkan 14 seniman ini.
"Pameran yang kita selenggarakan hingga nanti 30 September ini dalam rangka September Art Month 2019 atau yang lebih dikenal dengan sebutan SAM," ujar Iwan Yusuf yang menjadi penggagas pameran ini.
SAM menjadi wadah lintas perupa memamerkan karya para seniman bukan hanya di Kota Batu saja, namun Malang Raya, juga Jawa Timur hingga Indonesia.
Ada Gresik, Surabaya, Pasuruan, Kediri, Blitar, Tulungagung, Mojokerto, Gorontalo dan Jogja. Selama bulan September 2019 ini ada 15 pameran yang diselenggarakan.
Menurut Iwan Yusuf, ide dasar dilaksanakannya SAM ini muncul pada tahun 2015 kala tidak ada pergerakan aktivitas seni di Jawa Timur.
Disisi lain, ada kajian dari para perupa terhadap perkembangan seni diluar negeri yang sedemikian pesat.
"Seni di Vietnam, Philipine, Singapura begitu pesat, sementara Jogja dan Bandung belum cukup mengimbanginya," ujar Iwan Yusuf.
Para perupa pun bergerak memetakan potensi dan agenda seni. Ada dua bulan selama setahun yang kosong agenda yakni Maret dan September.
Hingga akhirnya dipilih bulan September untuk melaksanakan pameran seni SAM. Tidak ada patokan tema yang ditetapkan oleh para perupa.
Para perupa diberikan kebebasan untuk menumbuh kembangkan seni, memunculkan ide dan menghidupkan atmosfir kesenian di kantong-kantong seni yang jauh dari pusat kota seni Bandung dan Jogjakarta.
Hingga kini ada 15 titik pameran yang diselenggarakan di Malang Raya. Penasaran ingin melihat karya indah para perupa datang saja ke Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Batu |