Peristiwa Daerah

GO Indonesia Targetkan 10 Ribu Millenialpreneur Demi Ketahanan Ekonomi Nasional

Minggu, 22 September 2019 - 14:57 | 74.28k
Diskusi GO Talk di Warung Pilem Surabaya, Sabtu (21/9/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Diskusi GO Talk di Warung Pilem Surabaya, Sabtu (21/9/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Generasi Optimis (GO) Indonesia menggelar diskusi publik "GO Talk: Menjaga Keutuhan Bangsa dengan Gerakan Milenialpreneur" di Warung Pilem, Surabaya, Sabtu (21/9/2019) malam.

GO Indonesia ingin mendorong generasi muda berani belajar berwirausaha. Kendati saat ini tingkat pengangguran telah menurun, namun tidak boleh cepat berpuas diri.

“Salah satunya mendorong generasi muda membuka peluang kerja dengan menjadi pengusaha,” terang Dhimas Anugrah, politikus muda yang menjadi salah satu pemateri.

Dhimas-Anugrah.jpg

Tidak tanggung-tanggung, GO Indonesia menargetkan 10.000 millenialpreneur lahir sebagai upaya memperkuat ketahanan ekonomi nasional. 

“Saya pikir kita harus memasang target yang tinggi dan itu sangat mungkin. Tentang cara, dana dan pembinaan bagaimana, di sini kita berdiskusi dengan para pakar yang sudah berpengalaman di bidangnya,” ungkap Dhimas seraya menyebut beberapa nama tokoh seperti Ni Luh Djelantik, Frans Meroga, dan Horas Sinaga.

Pemerhati sosial dari GO Indonesia ini menambahkan, bahwa menuju manusia Indonesia unggul seperti cita-cita Presiden Jokowi membutuhkan langkah-langkah nyata. Salah satunya dengan mendorong generasi milenial untuk berwirausaha secara kreatif, inovatif, dan terukur.

Menurut Dhimas, wirausaha merupakan salah satu alternatif solusi untuk menekan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan di Indonesia.

Pengangguran me­rupakan masalah krusial dan fundamental yang mem­punyai efek langsung terha­dap mentalitas sebuah negara, termasuk Indonesia. 

“Pengangguran bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain jumlah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang tak seimbang, PHK, persaingan pasar global, kemalasan, dan lainnya,” ungkapnya. 

Go-Indonesia-a.jpg

Intelektual muda Surabaya yang studi doktoral di Oxford, Ingggris itu menganalisa, TPT per Februari 2019 berada di angka 5.01 persen dari tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia. Menurut BPS angka ini membaik dibanding Februari 2018 yang sebesar 5.13 persen.

Sekalipun TPT membaik dari tahun lalu, TPK 5.1 persen tetap harus diatasi agar angka tersebut semakin rendah tahun 2020. Sebab tingginya tingkat pengangguran akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekaligus menaikkan grafik angka kemiskinan.

"Kemiskinian akan berujung pada mentalitas yang buruk, yang akan meningkatkan tingginya angka kriminalitas, kecemburuan sosial, dan konflik di tengah masyarakat yang bisa terek­spresikan dalam tindakan anarkis," kata Dhimas.

Mengutip Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Dhimas mengatakan bahwa ke­miskinan menjadi lahan su­bur tumbuh kembangnya radikalisme serta anarkisme dan menyebabkan rendah­nya produktivitas. 

Kondisi tersebut menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ren­dah dan pada akhirnya akan sulit berkompetisi serta sulit mendapatkan akses untuk ber­saing di dunia usaha maupun dunia kerja.

“Rendahnya produktivitas akan mempengaruhi daya saing secara nasional yang berkorelasi langsung dengan kualitas keta­hanan nasional,” ujar Dhimas.

Lebih lanjut pria kelahiran Surabaya itu menga­takan, berdasarkan sejumlah studi, tingkat kemiskinan atau kesenjangan yang tinggi atau banyaknya permasalahan so­sial di masyarakat bisa meng­ganggu ketahanan nasional.

Kemiskinan membuat orang lebih rentan terhasut oleh provokasi makar, radikalisme, dan sentimen SARA, imbuhnya.

Karena itu, Dhimas mengatakan, ikhtiar wirausaha merupakan alternatif solusi bagi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada.

"Saya mengapresiasi sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi yang berfokus dan mendorong anak-anak didik mereka untuk berwirausaha. Walaupun memang tidak semua dari kita memiliki bakat berwirausaha. Tetapi setidaknya kita perlu melihat peluang ke arah sana," kata Dhimas.

"Gerakan milenialpreneur saya pikir adalah sebuah ikhtiar suci yang niscaya bisa kita lakukan agar masyarakat kita bebas dari kemiskinan, dan Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih maju," pungkasnya.

Dalam acara GO Talk persembahan GO Indonesia tersebut turut hadir sebagai narasumber Ni Luh Djelantik (influencer dan pengusaha), Frans Meroga (pakar koperasi dan ekonomi milenial) dan Gus Aan Anshori (Intelektual muda NU dan aktivis GUSDURian).(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES