GO Indonesia Targetkan 10 Ribu Millenialpreneur Demi Ketahanan Ekonomi Nasional
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Generasi Optimis (GO) Indonesia menggelar diskusi publik "GO Talk: Menjaga Keutuhan Bangsa dengan Gerakan Milenialpreneur" di Warung Pilem, Surabaya, Sabtu (21/9/2019) malam.
GO Indonesia ingin mendorong generasi muda berani belajar berwirausaha. Kendati saat ini tingkat pengangguran telah menurun, namun tidak boleh cepat berpuas diri.
“Salah satunya mendorong generasi muda membuka peluang kerja dengan menjadi pengusaha,” terang Dhimas Anugrah, politikus muda yang menjadi salah satu pemateri.
Tidak tanggung-tanggung, GO Indonesia menargetkan 10.000 millenialpreneur lahir sebagai upaya memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
“Saya pikir kita harus memasang target yang tinggi dan itu sangat mungkin. Tentang cara, dana dan pembinaan bagaimana, di sini kita berdiskusi dengan para pakar yang sudah berpengalaman di bidangnya,” ungkap Dhimas seraya menyebut beberapa nama tokoh seperti Ni Luh Djelantik, Frans Meroga, dan Horas Sinaga.
Pemerhati sosial dari GO Indonesia ini menambahkan, bahwa menuju manusia Indonesia unggul seperti cita-cita Presiden Jokowi membutuhkan langkah-langkah nyata. Salah satunya dengan mendorong generasi milenial untuk berwirausaha secara kreatif, inovatif, dan terukur.
Menurut Dhimas, wirausaha merupakan salah satu alternatif solusi untuk menekan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan di Indonesia.
Pengangguran merupakan masalah krusial dan fundamental yang mempunyai efek langsung terhadap mentalitas sebuah negara, termasuk Indonesia.
“Pengangguran bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain jumlah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang tak seimbang, PHK, persaingan pasar global, kemalasan, dan lainnya,” ungkapnya.
Intelektual muda Surabaya yang studi doktoral di Oxford, Ingggris itu menganalisa, TPT per Februari 2019 berada di angka 5.01 persen dari tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia. Menurut BPS angka ini membaik dibanding Februari 2018 yang sebesar 5.13 persen.
Sekalipun TPT membaik dari tahun lalu, TPK 5.1 persen tetap harus diatasi agar angka tersebut semakin rendah tahun 2020. Sebab tingginya tingkat pengangguran akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekaligus menaikkan grafik angka kemiskinan.
"Kemiskinian akan berujung pada mentalitas yang buruk, yang akan meningkatkan tingginya angka kriminalitas, kecemburuan sosial, dan konflik di tengah masyarakat yang bisa terekspresikan dalam tindakan anarkis," kata Dhimas.
Mengutip Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Dhimas mengatakan bahwa kemiskinan menjadi lahan subur tumbuh kembangnya radikalisme serta anarkisme dan menyebabkan rendahnya produktivitas.
Kondisi tersebut menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah dan pada akhirnya akan sulit berkompetisi serta sulit mendapatkan akses untuk bersaing di dunia usaha maupun dunia kerja.
“Rendahnya produktivitas akan mempengaruhi daya saing secara nasional yang berkorelasi langsung dengan kualitas ketahanan nasional,” ujar Dhimas.
Lebih lanjut pria kelahiran Surabaya itu mengatakan, berdasarkan sejumlah studi, tingkat kemiskinan atau kesenjangan yang tinggi atau banyaknya permasalahan sosial di masyarakat bisa mengganggu ketahanan nasional.
Kemiskinan membuat orang lebih rentan terhasut oleh provokasi makar, radikalisme, dan sentimen SARA, imbuhnya.
Karena itu, Dhimas mengatakan, ikhtiar wirausaha merupakan alternatif solusi bagi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada.
"Saya mengapresiasi sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi yang berfokus dan mendorong anak-anak didik mereka untuk berwirausaha. Walaupun memang tidak semua dari kita memiliki bakat berwirausaha. Tetapi setidaknya kita perlu melihat peluang ke arah sana," kata Dhimas.
"Gerakan milenialpreneur saya pikir adalah sebuah ikhtiar suci yang niscaya bisa kita lakukan agar masyarakat kita bebas dari kemiskinan, dan Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih maju," pungkasnya.
Dalam acara GO Talk persembahan GO Indonesia tersebut turut hadir sebagai narasumber Ni Luh Djelantik (influencer dan pengusaha), Frans Meroga (pakar koperasi dan ekonomi milenial) dan Gus Aan Anshori (Intelektual muda NU dan aktivis GUSDURian).(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Surabaya |