Peristiwa Daerah

Pengukuhan Anggota IJTI Surabaya Nyaris Diwarnai Petisi

Jumat, 20 September 2019 - 22:45 | 146.22k
Pengukuhan pemimpin dan anggota baru IJTI Korda Surabaya periode 2019-2022 di Gedung Negara Grahadi, Jumat (20/9/2019). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pengukuhan pemimpin dan anggota baru IJTI Korda Surabaya periode 2019-2022 di Gedung Negara Grahadi, Jumat (20/9/2019). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pengukuhan anggota baru Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Surabaya nyaris diwarnai aksi petisi menolak pengesahan RUU KUHP.

Namun aksi tersebut urung dilakukan, karena Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah memenuhi permintaan penangguhan dari Presiden Jokowi.

Penundaan RUU KUHP menjadi tonggak sejarah bagi jurnalis karena ada pasal-pasal yang mengekang pewarta dalam menyajikan fakta.

“Karena ke depan dengan KUHP ini kita tidak akan bebas berekspresi. Jurnalis tidak akan sebebas sekarang, kritikan dan tulisan bisa berujung penjara,” tegas Ketua IJTI Pusat, Yadi Heryadi Hendriana, Jumat (20/9/2019) malam di Gedung Negara Grahadi Surabaya.

Pengukuhan-pemimpin-dan-anggota-baru-IJTI-Korda-Surabaya-b---Copy.jpg

Pihaknya menuturkan jika penundaan tersebut tidak terjadi, maka besar kemungkinan konsep petisi yang telah dirancang akan dilakukan malam ini.

“Saya berbicara dengan rekan jurnalis di Surabaya akan kami minta malam ini untuk menggalang petisi namun tidak jadi karena RUU KUHP ditunda,” imbuhnya.

Lebih melegakan, Ketua DPR Bambang Soesatyo juga mengirimkan pesan rilis melalui Whatsapp bahwa DPR akan menunda RUU KUHP menjadi undang-undang sesuai permintaan presiden.

“Ini adalah kemenangan bagi jurnalis. Bagi kami kebebasan ini adalah harga yang tidak bisa dibeli karena kami bisa mengkritisi kebijakan pemerintah. Meskipun banyak sisi jurnalistik yang kontra produktif lewat oknum yang menghancurkan profesi tersebut,” tandasnya.

Ia juga menegaskan jika IJTI telah berkomitmen sejak lama untuk memerangi wartawan dengan integritas yang dipertanyakan.

“Kami betul-betul memerangi wartawan atau jurnalis yang kerjanya memeras, karena mereka profesi kita jadi tercemar dan dipertanyakan. Oleh karena itu lahirlah berbagai uji kompetensi,” terang Yadi di hadapan puluhan anggota IJTI, Wagub Jatim Emil Dardak, dan Forpimda Jatim. 

Pengukuhan-pemimpin-dan-anggota-baru-IJTI-Korda-Surabaya-c---Copy.jpg

Dalam kesempatan tersebut, Yadi turut mengurai tantangan transformasi dalam dunia pertelevisian di era revolusi industri 4.0. “Pada beberapa tahun ini sedikit perubahan terjadi di jurnalis televisi dengan platform analog memiliki tantangan tersendiri. Salah satu peneliti IJTI melakukan penelitian bahwa dalam setahun pemirsa televisi hilang sebanyak 2 juta,” ungkapnya.

Ia mengimbau jurnalis televisi siap menghadapi perubahan dengan mengasah kemampuan, memahami perubahan teknologi dan memahami etika serta regulasi sehingga bijak dalam mengeluarkan produk jurnalistik. 

“Saya kira dalam kondisi ini sangat betul, saya selalu mengatakan bahwa memang revolusi era digital dan kita harus siap. Kita harus mengubah cara pandang banyak sekali platform media sosial yang menjadi alternatif dan pertumbuhannya luar biasa,” papar Yadi menambahkan.

Peralihan Tongkat Estafet IJTI 

Pelantikan Lukman Abdul Rozaq menandai peralihan tongkat estafet kepemimpinan IJTI Surabaya periode 2019-2022.

Sebelumnya, pemilihan ketua berlangsung demokratis dan menasbihkan Lukman Abdul Rozaq sebagai nahkoda baru IJTI periode 2019-2022. 

Sebagai pemimpin millenial, Lukman memilik visi membawa wartawan televisi ke arah lebih bermartabat, bekerja lebih profesional, menangkal hoaks dan beretika, menjunjung tinggi kode etik jurnalistik setiap liputan berita, serta melek teknologi mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0.

Menghasilkan jurnalis cerdas dalam merespon setiap perkembangan ekonomi sosial budaya politik serta produktif menghasilkan karya jurnalistik.

Pengukuhan Lukman bersama puluhan anggota ini juga sebagai salah satu upaya menjaga eksistensi dan regenerasi organisasi profesi IJTI yang memiliki personel lebih dari 50 anggota.

Pertama kali IJTI Surabaya di bawah kepemimpinan Hari Tambayong dengan berbagai prestasi kerja membanggakan. Sukses menggelar lomba presenter, lomba video pendek hingga Kongres IJTI Internasional. Sepuluh tahun usai kepemimpinan Hartam, IJTI mengadakan penyegaran kepemimpinan.

Acara pengukuhan IJTI dihadiri oleh Jajaran Forkopimda Jatim, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Ketua IJTI Jatim, Ketua IJTI Pusat, dan Ketua PWI Jatim serta stakeholder.

Lima puluh satu anggota terpilih IJTI Surabaya antara lain Lukman Rozaq, Samsu Huda selaku wakil ketua I, Sri Rama wakil ketua II, Sekjen IJTI Guntur Nara Persada, Reina Fitria, Shinta Maulidia, Maya Ayu, dan Yuli Susanto. 

Lukman Rozaq dalam sambutannya menuturkan, saat ini Indonesia tengah digempur oleh berita hoaks. Oleh karena itu IJTI mengusung tema ‘Jurnalis Cerdas Indonesia Sehat’. 

“Jurnalis tidak hanya dituntut profesional tapi harus cerdas dalam memilah memilih berita dan menyajikan fakta. Memberikan terobosan baru dalam mendorong pelayanan publik, wartawan cerdas bisa mengambil momen dan timing yang tepat,” papar Lukman. 

Dalam kesempatan tersebut, Wagub Jatim Emil Dardak mengatakan bahwa jurnalis dituntut untuk kritis. Kendati saat ini media televisi mengalami kemerosotan penonton, namun tidak terpuruk seperti media cetak yang tergerus oleh digitalisasi.

“Tantangan media hari ini adalah setiap orang bisa mengambil gambar dan live streaming tidak hanya di televisi,” ucapnya.

Wagub menambahkan, ada transenden dari media audio visual konten bukan hanya hegemoni televisi saja. Banyak opsi yang overload tapi televisi punya peran menjadi trusted information provider. Garisnya cukup tipis, antara etis dan tidak kritis, hati-hati dan lambat. 

“Kita ingin mengetahui tuntutan realita dari industri media saat ini, apakah bisa membangun kepercayaan tanpa kehilangan up date proses validasi yang terlalu lama, akan menyebabkan potensi berita menjadi lambat. Hal ini sangat menarik,” ulasnya.

Ia juga mengurai sisi tanggung jawab moril dan sosial yang dipegang oleh seorang jurnalis televisi. Terlebih di era mobilisasi dan orkestrasi di mana tagar-tagar bisa membuat movement. Isu tertentu bisa menggerakkan dan memantik atau yang disebut dengan butterfly effect

“Ada tanggung jawab sosial yang luar biasa antara menjadi profesional dan negarawan,” pungkas Wagub Jatim di acara pengukuhan anggota IJTI Surabaya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES