Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Meneladani Alm. BJ. Rudy Habibie; Teknokrat, Negarawan, Humanis, Spritualis

Rabu, 18 September 2019 - 08:51 | 181.59k
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP- UNISMA. Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI, Komunitas baca gratis Geriliya Literasi.
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP- UNISMA. Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI, Komunitas baca gratis Geriliya Literasi.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa hari lalu tepat tanggal 11/09/2019. Indonesia kehilangan sosok inspiratif, sosok tersebut bernama Alm. BJ. Rudi Habibie meliliki jiwa negarawan, teknokrat, setia, humanis, dan spritualis dan tentunya banyak kelebihannya yang patut menjadi teladan. Khususnya pada generasi bangsa, jika kita tidak bisa meniru ke jeniusan berpikir teknokratnya, namun semangat-semangat yang positif lainnya itu diteladani sebagai generasi hari ini. Mulai dari semangatnya serta ketekunannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Beberapa hari lalu ada yang bertanya; apa yang harus kita ambil dalam mempelajari sejarah, apalagi mengenai biografi seorang tokoh? Belajar sejarah samahalnya dengan belajar filsafah. Filsafah apa yang harus kita pelajari, apa yang harus kita ambil dari pelajaran filsafah. Keduanya sama-sama memberikan dampak positif, walau secara objektif akan memiliki dampak positif negatif. Keduanya akan menjadi subjektif ketika dikembalikan ke setiap individu. Namun yang paling penting dari sejarah yaitu mempelajari pengalaman dan semangatnya. Jika falsafah mengenai cara berpikir yang bijaksana.

Dalam tulisan kali ini kita akan mempelajari biografi dari sosok tokoh republik Alm. BJ. Babibie yang pernah menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1998 pada saat Indonesia mengalami goncangan besar. Dan pasti akan tercatat dalam sejarah negeri ini. Beliau beberapa hari lalu telah berpulang kerahmatulloh. Semoga diterima di sisi-Nya dan ditempatkan di surga-Nya.

Sosok yang memiliki jiwa yang patut kita teladani dalam bentuk membangun jiwa kesadaran diri dalam membangun intelektualitas, kreatifitas, dan spritualitas. Hal ini berkaitan dengan sebuah perjuangan yang humanis, nasionalis, dan teknoktratisme. Beliau hadir dalam menyembuhkan Negara dalam bahasa kasarnya, yang pada masa itu bisa dikatakan dalam keadaan sakit keras kronis. Pada tahun 1998 negara Indonesia memiliki rekam jejak sejarah besar tentang banyak peristiwa Negara Indonesia. Mulai dengan aksi massa mahasiswa, serta kesuksesaan masyarakat, militer dalam menumbangkan rezim yang dianggap tidak sesuai dengan asaz-asaz negara. Masyarakat mengalami kesengsaraan akan segala kebijakan. Hal itu menjadi jalan paling sukses dalam pergerakan mahasiswa dalam menurunkan rezim, kurang selaras diterapkan. Beiau datang dengan begitu bijak dalam salah satu wawancaranya berkata. “Saya datang dan menjadi presiden bukan tentang jebatan, namun tentang keadaan negeri ini”. Ujar pada saat diwawancarai oleh R. Toto Sogiharto dalam buku yang berjudul Dari Malari Ke Reformasi biografi BJ. Habibie.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Alm. Habibie memimpin negeri ini tidak disangka-sangka. Karena secara jabatan tidak ada ambisus jabatan bahkan ke ambisi berpolitik. Ia datang sebagai sebagai orang teknokrat yang bercita-cita ingin menjadikan negeri ini nantinya maju dari segi teknologi. Namun tugas presiden bukan hanya itu, banyak hal lain yang harus dikerjakan. Dan sebagai pengganti seorang Soeharto dalam kondisis paling kacau negeri ini bukan dengan mudah membalingkan kincir angin.

Sebagaimana dalam sejarah Indonesia telah menorehkan sejarah baru. Seorang yang memiliki jiwa teknokrat yang selama hidupnya lebih banyak di luar negeri, tepatnya di Jerman. Menyelesaikan studi di Jerman dan mendapatkan posisi dalam pekerjaan bisa dikatakan lebih nyaman. Namun jiwa nasionalisnya jika tidak ada panggilan jiwa untuk kembali ke Indonesia untuk ikut andil dalam mengembangakan negeri pada saat itu kondisi caruk maruk. Mulai dari bangunan serta penerapan pemimpin, tidak sejalan dengan masyarakat sehingga masyarakat tidak menyimpan kepercayaan terhadap negeri ini, degradasi perpikir positif. Pecahlah reformasi 1998, bentuk ketidakpuasaan masyarakat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tepat pada 22 Mei 1999 sejarah baru dibuka kembali. Alm. BJ. Habibie resmi dilantik menjadi pemimpin republik ini. Tanpa ketidak siapan dalam bidang politik. Namun mau tidak mau-mau, jika mengingat dengan apa yang dilontarkan Soekarno bahwa seorang pemimpin terbaik terkadang datang tanpa direncanakan. Hal itu membuktikan bahwa negeri ini secara cepat butuh pemimpiny yang dimiliki olehnya dan itu sudah disepakati oleh para tokoh dan pemangku kebijakan pada masa itu. Jiwa nasionalis serta negarawan di sini secara signifikan dirasakan oleh warga Negara Indonesia harus kita berikan kepadanya. Walau pada akhirnya akan terjadi pro dan kontra atas ke pemimpinannya; namun ketika berpikir positif hari ini beliau orang yang bijaksana.

Karakter yang dimilikinya menjadi refleksi terhadap generasi hari ini dan meliputi jasa yang dilakukan olehnya, patut kita pahami agar tetap memberikan pandangan postif atas kemajuan negeri ini. Dan beliau bukan nabi atau malaikat yang tidak memiliki rasa salah, tetap sebagai manusiawi. Jasa beliau yang sangat signifikan yang bisa dirasakan samapai hari ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

1.      Tidak memiliki ambisi politik kekuasaan

Ketika memandang dari segi ke ambisiusan dunia politik dalam dirinya tidak terpatri. Namun dalam dirinya terpatri ingin mengembangkan negara melalui perkembangan tekhnologi, tentunya yang akan dikembangkan pesawat. Pada dasarnya Alm. BJ. Habibie tidak ambisius terhadap jabatan dilihat dari wawancara yang telah dilakukan oleh Raden Toto Sugiharto dalam buku berjudul Dari Malari Sampai Reformasi. “Menjadi Presiden, bukan segalanya bagi saya, tetapi yang terpenting apa yang terbaik bagi bangsa ini.” (2006:450).

2.      Rasa Humanisme dan jasa pada HAM di Timur-Timur

Jasa pada negeri ini terletak pada referendum Timur-timur yang dilepaskan. Dan menjadi negara sendiri bukan tanpa alasan yang tidak kuat melepaskannya. Menyetujui referendum yang diajukan oleh masyarakat Timur-Timur tidak berbicara tentang afiliasi politik namun secara kebijakan yang dilakukan sesuai dengan dasarnya. Hal itu dilakukan dan disetujui untuk merdeka dari Indonesia, karena pada dasarnya Indonesia pada saat Proklamasi Soekarno-Hatta 1945 tidak memasukkan wilayah tersebut.

3.      Pembebesan UUD Pers Pasal

Kini tidak ada lagi pemberedelan yang dilakukan secara terang terangan oleh penguasa. Berbeda dengan Orla dan Orba. Mochtar Lubis pernah mengatakan dalam esainya yang berjudul Pers masa sekarang dan masa lalu, sangat berbeda Orla pers hanya dikendalikan oleh para aparatur atau presiden di Orba lebih parah dalam memperlakukan pers melakukan pemberedelan terhadap media tidak diberi izin. Padahal pada saat itu pula Pers sebagai pilar ke-4 demokrasi mengapa semua menjadi paradox. Dan pasca reformasi tahun 1999 Habibie dengan tegas membuka ruang kebebesan pers dan berpendapat dimuka umum, yang kini dirasakan hingga saat ini.

4.      Teknokratisi

Kejeniusan orang Indonesia yang terlahir dari wilayah timur tepatnya Pare-pare tidak dapat diragukan kembali dikancah nasional dan internasional. Hal itu bisa dibuktikan rekam jejak pada saat Habibie masih muda hingga dewasa. Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Wafat 11, September 2019 di RS. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.

Hal tersebut bukan tidak mungkin beliau seorang manusia sempurna. Keputusan yang dilakukan terkadang banyak pula yang tidak menyetujuinya. Hal itu bisa dikatakan pada memutuskan dan mengesahkan referendum menuai pro dan kontra dan konflik yang horizontal terhadap militer dan masyarakat yang sipil yang memiliki prespektif tidak tegas dalam menyikapi persoalan tersebut hingga pecahlah Timur-Timur menjadi negera sendiri.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP- UNISMA. Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI, Komunitas baca gratis Geriliya Literasi.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES