Peristiwa Daerah

Ulama Diharapkan Bisa Tekan Perceraian di Gresik

Selasa, 17 September 2019 - 12:58 | 51.78k
Diskusi yang digelar oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik (Foto: Akmal/TIMES Indonesia).
Diskusi yang digelar oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik (Foto: Akmal/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, GRESIK – Tokoh agama atau ulama diharapkan bisa menekan angka perceraian di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Ulama bisa melakukan siar agama untuk memberikan pemahaman ke masyarakat soal pernikahan dan perceraian.

Dari data Pengadilan Agama, kasus perceraian di Kota Pudak sangat memprihatinkan. Dari tiga tahun terakhir angka perceraian meningkat, 2017 ada 1854 kasus, di tahun 2018 ada 1932 kasus. Sedangkan di tahun 2019 hingga Juli sudah mencapai 1086.

Beberapa faktor perceraian terungkap mulai dari kesulitan ekonomi, tidak adanya keserasian atau sering bertengkar, ada juga kasus kekerasan dalam rumah tangga serta kasus lainnya. 

Hal itu terungkap saat diskusi yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mendatangkan beberapa narasumber diantaranya Pengadilan Agama, Kemenag serta narasumber lain dari ulama yang digelar di Masjid Agung Gresik, Selasa (17/9/2019).

Ketua MUI Gresik, KH Mansoer Shodiq mengatakan, pihaknya sengaja menggelar diskusi dengan mendatangkan berbagai narasumber. Dalam diskusi tersebut, hadir ratusan ulama dari berbagai kecamatan. "Ini karena kami melihat angka perceraian di Gresik meningkat," ujarnya.

Senada dengan KH Mansoer, Sekretaris MUI Gresik Abdul Munif menambahkan jika ulama di kecamatan dan desa-desa diharapkan bisa menekan angka perceraian. Caranya adalah melakukan langkah preventif, tokoh masyarakat bisa melakukan dakwah ke masyarakat soal menjaga pernikahan agar sakinah, mawaddah, wa rahmah.

"Jadi nantinya ulama ini bisa menjadi tameng atau bisa menjadi langkah preventif ke masyarakat. Para ulama bisa berdakwah langsung ke masyarakat," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Gresik Markus Firdaus mengungkapkan jika kasus perceraian bisa terbagi dari beberapa faktor mulai dari kesulitan ekonomi, tidak adanya keserasian atau sering bertengkar.

Selain faktor tersebut, Markus meyakini faktor media sosial juga ikut mempengaruhi. "Harus ada riset bahwa media sosial juga menpengaruhinya suami istri bercerai," katanya yang juga berharap ulama bisa menekan angka perceraian di Gresik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Gresik

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES