Peristiwa Daerah

Lewat Upacara Sodoran, Nenek Moyang Tengger Sampaikan Pesan Moral

Senin, 16 September 2019 - 17:53 | 237.30k
Salah satu gerakan dalam tari Sodoran, yang melambangkan Tuhan YME. (FOTO: Ryan/TIMES Indonesia)
Salah satu gerakan dalam tari Sodoran, yang melambangkan Tuhan YME. (FOTO: Ryan/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Dalam sepekan ini, warga Suku Tengger di Lereng Bromo, Probolinggo, tengah merayakan hari raya Karo. Atau lazim disebut Yadnya Karo sesuai dengan perhitungan kalender Tengger. Salah satu rangkaiannya adalah upacara Sodoran.

Dalam upacara sakral yang digelar di balai Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo itu, terselip pesan moral yang mendalam dan luhu, dari sesepuh warga Suku Tengger. Secara keseluruhan, upacara Sodoran dalam Yadnya Karo merupakan asal mula kehidupan manusia.

tari-Sodoran-2.jpg

Dari gerakan jari telunjuk yang mengacung ke atas, merupakan lambang bahwa Tuhan YME hanya ada satu. Apapun keyakinannya. Selanjutnya, corong dari tanduk kerbau, yang melambangkan hawa nafsu yang harus bisa dikendalikan oleh manusia.

Selanjutnya adalah tombak yang digunakan saat tari Sodoran. Menyimpan makna sebagai hawa nafsu dan amarah. Gerakan sodoran dengan membawa tombak itu, merupakan lambang agar manusia senantiasa berperilaku baik. Mampu mengendalikan hawa nafsu dan amarah. Baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.

tari-Sodoran-3.jpg

“Ini bercerita tentang asal-usul manusia diciptakan oleh Tuhan melalui kedua orang tua. Dari akan menjadi manusia sampai menjalani kehidupan. Semua itu digambarkan dalam upacara tari Sodoran itu tadi,” terang Tokoh Adat Tengger, Supoyo, Senin (16/9/2019).

Semua perlambang dalam Sodoran itu, menurut Supoyo, bertujuan agar manusia bisa hidup bermasyarakat aman, damai dan ayem tentrem. Hidup itu adalah kodrat. Ada siang-malam, baik-buruk, maka dari itu harus bisa dipahami dan dikendalikan. Agar tidak dominan sisi buruknya.

tari-Sodoran-4.jpg

Usai upacara tari Sodoran, para wanita dan anak-anak Tengger masuk ke dalam areal upacara. Dengan membawa rantang berisi makanan. Hal itu sebagai lambang kecintaan sang istri pada suami dan anak. Atau dengan kata lain, keharmonisan dalam berumah tangga.

Gelaran upacara Sodoran kali ini, cukup menarik minat wisatawan untuk datang dan melihat langsung. Tradisi turun-temurun warga Suku Tengger di Probolinggo ini terus lestari hingga kini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES