Pendidikan

SNITER Uwika Dorong Mahasiswa Manfaatkan Peluang Revolusi Industri 4.0

Minggu, 15 September 2019 - 23:53 | 34.30k
Pengisi materi di SNITER 2019 Uwika, Minggu (15/9/2019). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pengisi materi di SNITER 2019 Uwika, Minggu (15/9/2019). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Universitas Widya Kartika atau Uwika kembali menggelar acara tahunan Seminar Nasional Ilmu Terapan (SNITER). Pada tahun ketiga ini, Uwika mengangkat tema Pengembangan IPTEK, Seni, Budaya dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0.

Revolusi industri 4.0 masih menjadi pembahasan santer di mana tahun lalu hal ini juga menjadi poin penting dalam kaitan penguasaan teknologi dan bahasa asing untuk menghadapi pertumbuhan ekonomi dunia. 

Prof Anita Lie, Guru Besar Universitas Kristen Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menuturkan besar kemungkinan Indonesia mampu menduduki peringkat ekonomi kelima di dunia dengan potensi sumber daya manusia yang dimiliki. 

“Kuncinya pada sumber daya manusia yaitu anak muda yang akan menjadi back bone perekonomian melalui peningkatan mutu pendidikan,” terang Prof Anita Lie, saat menjadi pemateri, Minggu (15/9/2019).

Namun peningkatan sumber daya manusia harus merata agar unggul bersama untuk mewujudkan cita-cita tersebut. “Kita masih punya isu soal tarik menarik antara pemerataan dan keunggulan,” tandasnya. 

Indonesia, lanjut Prof Anita Lie, memiliki banyak SDM unggul. Kendati demikian jika berbicara negara, keunggulan sumber daya manusia harus merata melalui pendidikan. Terlebih menghadapi era revolusi industri 4.0 mahasiswa harus lebih banyak bekerja keras, banyak membaca dan bereksplorasi.

“Kita punya orang-orang unggul tapi tidak boleh individu jadi harus merata pada manusianya,” sambung pakar pendidikan tersebut. 

Dalam kesempatan yang sama, Budi Hermawan, pembantu Rektor Uwika mengatakan, bahwa untuk mengejar pesatnya kemajuan teknologi perlu persiapan. “Mahasiswa kita ingatkan bahwa era 4.0 sudah mulai dan harus berfikir out of the box,” terangnya.

Mahasiswa Uwika mendapat bekal kemampuan Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris dan komputerisasi sehingga bisa langsung siap kerja. Melalui SNITER mahasiswa juga diharapakan untuk sadar akan perubahan ke arah inovasi, pengembangan produk dan entrepreneur.

“Jika kita tidak punya pembeda maka akan susah. Kita mulai menggunakan internet untuk menjadi pengusaha bukan pegawai. Peluang bisnis sangat besar di era digitalisasi. Kiblat kita untuk maju kita harus melihat negara lain,” papar Budi menambahkan.

Dalam kegiatan ini juga hadir perwakilan Tiongkok Direktur Confusius Institute Surabaya, Dr Xiao Renfei. Mengingat segala sesuatunya menjadi semakin berkembang dan berimbas besar dalam budaya dan pola hidup masyarakat dunia.

Di kawasan Asia, Tiongkok masih memegang ‘tampuk’ kejayaan ekonomi dan secara tidak langsung men-trigger negara-negara berkembang lainnya di kawasan seperti Indonesia untuk ikut tergerak berkembang beriringan dengan Tiongkok. 

“Mau tidak mau kita harus belajar dari Tiongkok, dan Bahasa adalah salah satu jalan penting untuk bisa berdampingan dengan perkembangan mereka,” kata Dr Xiao.

Acara SNITER juga dimeriahkan oleh Lee Junho, mahasiswa asal Korea Selatan yang telah melakukan penelitian pembelajaran Bahasa Mandarin di Surabaya. 

Menulis cerita pendek adalah keterampilan penting sebagai seorang pelajar Bahasa Mandarin karena dibutuhkan penalaran yang kritis, logis dan sistematis, serta cara mengungkapkan gagasan yang memerlukan paparan, alasan, fakta dan pembuktian yang objektif untuk meyakinkan pembaca. 

Ia menyadari betul bahwa keterampilan ini menjadi salah satu metode yang baik untuk penguasaan Bahasa mandarin.

Penelitian dipaparkan secara mendalam pada sesi publikasi ilmiah SNITER Uwika Surabaya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES