Gaya Hidup

Uniknya Tas Kayu dari Kerebet Karya Dody Andi

Sabtu, 14 September 2019 - 16:15 | 232.44k
Perajin tas kayu, Dody Andi. (FOTO: Totok Hidayat/TIMES Indonesia)
Perajin tas kayu, Dody Andi. (FOTO: Totok Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Mendengar nama Kerebet tentu yang terbayang adalah kerajinan batik kayu. Sehingga, dapat dimaklumi desa wisata di Bantul bagian barat ini sudah lama dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu. Namun, bila berkunjung ke sentra kerajinan di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, Bantul akhir-akhir ini maka dapat juga ditemui kerajinan tas kayu. Dia adalah Dody Andi.

Pemuda kreatif yang pertama kali membuat tas berbahan kayu. Berawal dari kegundahannya terhadap mulai jenuhnya kerajinan batik kayu. Semakin banyaknya perajin membuat harga jual kerajinan stagnan bahkan cenderung turun. Tidak ingin berlarut-larut dalam kegundahan pria berambut gimbal ini mulai membuat speaker aktif dari kayu sekitar tahun 2014.

tas-kayu-2.jpg

Hal ini sejalan dengan kecintaannya pada dunia musik. Hanya berjalan sekitar satu tahun kegundahannya muncul kembali melihat sangat terbatasnya pasar produknya yang tidak sebanding dengan jumlah perajin.

“Jumlah produsen yang lebih besar dibanding kebutuhan pasar tentu tidak sehat untuk berbisnis,” kata Dody.

Melalui diskusi bersama rekan-rekan perajin lainnya pada tahun 2015 munculah ide untuk membuat tas kayu. Seiring dengan munculnya kaca mata dari kayu. Meski pada awalnya banyak yang meragukan keputusannya namun lulusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini tetap merealisasikan gagasannya.

Melalui beberapa kali percobaan akhirnya diputuskan menggunakan kayu mindi sebagai bahan baku. Karena bersifat lunak sehingga  mudah dibentuk dan memiliki serat yang  indah yang memudahkan saat proses finishing. Menggunakan brand Ruaya Lajang 27 tahun ini mulai memproduksi tas kayu.

Pasar digital diakui Dody sangat membantu memperkenalkan  produk tas kayunya secara lebih luas. Selain promosi lewat pameran baik di dalam maupun luar negeri. Hingga saat ini produksi tidak pernah sepi dan mampu menghidupi 7 karyawan.

Produk tas kayunya dijual dengan harga antara 600 ribu hingga 1,2 juta rupiah. Namun bagi konsumen yang ingin memesan dengan disain eksklusif akan dikenai biaya tambahan. 

“Bagi konsumen yang ingin memesan dengan model sesuai keinginannya akan kami layani dengan harga khusus,” terang Dody ditemui di workshop sekaligus Showroom di RT 04 Dusun Dadabong Sensangsari, Pajangan, Bantul.

Tak ingin konsumen jenuh terhadap produknya, Dody terus berinovasi untuk membuat produk baru. Memanfaatkan sisa-sisa kayu dalam pembuatan tas, dibuatlah aksesoris berbahan kayu lainnya seperti tempat HP dan Charger. Langkah ini sejalan dengan penggunaan Brand Ruaya yang berarti siklus hidup ikan cakalang. 

“Ikan cakalang hidup di perairan dalam dengan suhu yang sangat dingin. Bila ingin tetap hidup maka harus terus bergerak agar darah tidak membeku,” jelas Dody Andi, perajin tas kayu yang tinggal di Kerebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : Radio Persatuan Bantul

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES