Pemerintahan

EMNC dan Bupati Jember Bertemu Bahas Pengentasan Stunting

Jumat, 13 September 2019 - 20:04 | 32.51k
Audiensi EMNC dengan Bupati Jember dr Faida. (FOTO: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)
Audiensi EMNC dengan Bupati Jember dr Faida. (FOTO: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBERPemkab Jember berupaya keras untuk menurunkan angka stunting serta Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI-AKB) baru lahir yang masih tinggi di Kabupaten Jember.

Upaya itu perlu peran berbagai pihak, salah satunya para akdemisi yang melakukan penelitian. Hasil penelitian dengan rekomendasi tindak lanjut sangat diperlukan pemerintah.

Kebutuhan rekomendasi dari hasil penelitian disampaikan Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR dalam audiensi dengan Tim Studi Every Mother Newborn Countys (EMNC). Tim EMNC berasal dari Dinkes Jember, Jalin USAID, Puska UI, dan LPP Unair.

Audiensi berlangsung di Ruang Tamyaloka Pendapa Wahyawibawagraha Jember, Jumat (13/9/2019).

Audiensi itu untuk menyampaikan hasil penelitian dari studi EMNC tentang evaluasi angka kematian ibu dan bayi di Jember.

“Saya meminta mereka membuat rekomendasi-rekomendasi yang asli dari hasil penelitian dan pemantauan mereka,” ungkap Bupati Jember dr Faida.

Apabila ada implikasi pada pembiayan yang besar yang timbul atas rekomendasi dari hasil penelitian tersebut, dia menegaskan pembiayaan itu menjadi tanggung jawab pemerintah.

“Bahkan mungkin rekomendasi itu belum pernah dilakukan di tempat lain, tapi kalau itu yang paling penting dilakukan, kita akan lakukan di sini,” tegasnya.

Dari pertemuan tersebut, Bupati mengetahui kematian ibu dan bayi banyak terjadi di rumah sakit. Situasi ini terjadi akibat terlambat penanganan atau beban rumah sakit sangat berat.

Rekomendasi yang ditawarkan oleh penelitian EMNC diantaranya konsep pendampingan untuk calon pengantin.

Jadi, untuk mengatasi stunting dan masalah kematian ibu dan bayi tidak cukup diselesaikan ketika perempuan sudah hamil dan melahirkan.

“Kita kawal sejak mereka jadi calon pengantin, seperti meminum vitamin dan zat besi. Bukan waktu mereka hamil, justru sebelum mereka hamil,” jelas Bupati.

Pendampingan itu akan dikolaborasikan dengan beberapa pihak, termasuk denan Kantor Urusan Agama (KUA) yang menangani perkawinan.

Pendampingan itu adalah rangkaian pelayanan untuk mengantisipasi munculnya masalah stunting di Jember.

“Bagaimana mengawal anak-anak generasi kita kedepan sejak mereka di kandungan,” ungkap Bupati

Bupati juga menyatakan akan melibatkan mahasiswa dan para ahli dalam penyelesaian masalah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Jember.

Prof. Endangachadi dari Puska FKM UI mengatakan, hasil penelitian mengungkap sebesar 83 persen ibu melahirkan meninggal di rumah sakit. Berbagai persoalan membuat kondisi ini terjadi.

“Agar kasus komplikasi yang dirujuk segera mendapatkan pertolongan di rumah sakit rujukan, maka direkomendasikan agar pelayanan kegawatdaruratan tidak hanya dilaksanakan oleh rumah sakit pemerintah, tetapi dilakukan secara bersama-sama di seluruh rumah sakit rujukan,” terangnya.

Sri Sumarmi, SKM., MSi. dari LPPM Unair menjelaskan, untuk beberapa masalah telah dibuat program layanan terpadu pra nikah. Program pra nikah ini adalah suatu mekanisme multisektoral mulai menangani calon pengantin dalam penggunaan vitamin.

“Masalah kekurangan gizi balita, yaitu stunting sekarang mejadi prioritas fokus kami, karena stunting disebabkan kekurangan zat gizi mikro, tidak termasuk gen maka pertumbuhan dapat dikejar dengan pemberian vitamin dan menjaga gizi anak tidak kurang juga tidak berlebihan,” terangnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES