Peristiwa Daerah

Soal Mahasiswa Papua di Malang, JSI: Masyarakat Jangan Mau Jadi Tumbal Agenda Setting

Minggu, 25 Agustus 2019 - 10:54 | 531.36k
Presiden Jaringan Satu Indonesia (JSI), Abdul Qadir alias Adeng. (FOTO: TIMES Indonesia)
Presiden Jaringan Satu Indonesia (JSI), Abdul Qadir alias Adeng. (FOTO: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG –  Persoalan konflik mahasiswa Papua di Malang berujung sahut-menyahut komentar dari banyak kalangan. Salah satunya adalah Presiden JSI (Jaringan Satu Indonesia) Abdul Qodir, mengatakan bahwa masyarakat jangan mau menjadi tumbal agenda setting.

Agenda setting ini, menurutnya, berakibat fatal dan cenderung mengadu domba. Karena masyarakat Malang sangat welcome terhadap keberagaman. Semua pihak ingin seluruh masyarakat yang ada di Malang bisa tenang dan hidup beriringan tanpa mendiskreditkan satu golongan tertentu.

“Sepertinya ada sesuatu yang diharapkan dari konflik yang terjadi selama ini. Bersaudara kok dibatasi? Kalau begini caranya, ada agenda setting oleh pihak yang ingin bermain dengan isu rasisme di Malang,” kata pria yang akrab disapa Adeng ini, Minggu (25/8/2019).

Pria berambut gondrong ini mengaku tidak terima jika masyarakat Malang dikatakan rasis, intimidatif atau anarkis. Ia menyebut bertambahnya mahasiswa dan wisatawan di Malang Raya yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu, menunjukkan bukti bahwa masyarakat Bhumi Arema ramah dan terbuka dengan siapapun.

“Nggak bisa dong ujuk-ujuk dikatakan seperti itu (rasis, dll red). Faktanya, setiap tahun masyarakat yang datang ke Malang semakin bertambah. Favorit dong. Kalau disini rasis dan dianggap nggak aman, mana mungkin mereka ke Malang. Kita fine-fine aja kok,” bebernya gamblang.

Adeng juga mengapresasi gerakan sejumlah pemuda dan aktivis Malang Raya bersama perwakilan mahasiswa Papua yang menggagas Gerakan Malang Tunggal Ika, Jumat (23/8/2019), di Bundaran Simpang Balapan, Kota Malang.

Acara itu dihadiri Wali Kota Malang, Wakil Wali Kota Malang, Kapolres Malang Kota, Kapolres Kabupaten Malang, Kapolresta Batu, Dandim 0833 Kota Malang, Ketua PD XIII GM FKPPI Jawa Timur, Ketua PCNU Kabupaten Malang, Rektor UNIRA Malang, aktivis PMII Kota Malang, Ketua Umum HMI Kota Malang, Ketua Umum GMNI Malang Raya dan sejumlah perwakilan mahasiswa Papua yang kuliah di Malang.

Salah satu mahasiswa asal Papua, David Cristian Nauw mengatakan bahwa masyarakat Malang ramah. Ia mengaku sempet meyakinkan keluarganya di Papua bahwa dia aman-aman saja di Malang.

“Orang Malang tidak seperti yang diberitakan di medsos. Mereka ramah dan cinta perdamaian," ujar mahasiswa semester 7 itu, usai acara yang bertajuk Bhinneka Tunggal Ika Indah di Bhumi Arema.

David pun berharap, gerakan seperti ini bisa menyatukan elemen masyarakat yang majemuk atau beragam dimana pun berada dengan perbedaan sebagai kekayaannya. 

"Saya harap dengan gerakan seperti ini akan mempersatukan kita semua," ujar mahasiswa asal Papua yang sedang studi di kampus ITN ini.

Pasca kegiatan, perwakilan mahasiswa Papua yang hadir saat itu mengaku mendapat tekanan dari beberapa seniornya yang juga berasal dari Papua.

Bahkan, salah satu mahasiswa UB asal Papua mengaku, bahwa ada instruksi dari Gubernur Papua kepada mahasiswa Papua yang di Malang supaya tidak bertemu dengan siapa pun kecuali mahasiswa Papua sendiri.

“Sebelumnya, kami baik-baik saja berbaur dengan temen-temen mahasiswa lainya. Mungkin karena kondisi dan suasana sekarang yang panas, khawatir ada kesalahpahaman lagi,” ujar salah satu mahasiswa Papua yang tidak mau disebut namanya itu.

Adeng berharap penyelenggara negara bisa serius menyikapi persoalan ini. Bersama-sama unggul dan maju di atas spirit persatuan dalam bingkai kebinekaan.

“Kalau tidak, masyarakat akan berpikir untuk menjadi warga istimewa, kita harus nakal dulu supaya diperhatikan khusus. Cara-cara gini nih gak sehat. Jangan bikin citra buruk masyarakat Malang yang sudah mbois ini,” tegasnya.

Saat berita ini ditulis, beredar informasi bahwa akan digelar konferensi pers oleh Ikatan Pelajar dan mahasiswa Papua (IPMAPA) Malang terkait klarifikasi kegiatan Malang Tunggal Ika yang disebut tidak mewakili suara mahasiswa Papua se-Malang Raya.

Konferensi pers akan dilaksanakan hari ini, Minggu (25/8/2019) di Sekertariat IPMAPA Jalan Kecubung Barat No 5E, Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

Terpisah, Presiden JSI ini berharap pemerintah segera mengambil peran aktif dan responsif supaya masyarakat terlepas dari agenda setting soal isu rasisme dan persekusi mahasiswa asal Papua di Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES