Pendidikan

Gubernur Khofifah Resmikan OPOP Training Center di Unusa

Kamis, 22 Agustus 2019 - 20:55 | 69.03k
(ki-ka) Mohammad Nuh, Khofifah Indar Parawansa, Ahmed Osman, dan Ki-Chan Kim dalam peresmian OPOP Training Center dan Center of Humane Entrepreneur Development di Unusa, Kamis (22/8/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
(ki-ka) Mohammad Nuh, Khofifah Indar Parawansa, Ahmed Osman, dan Ki-Chan Kim dalam peresmian OPOP Training Center dan Center of Humane Entrepreneur Development di Unusa, Kamis (22/8/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYAGubernur Jatim Dra Hj Khofifah Indar Parawansa meresmikan One Pesantren One Product (OPOP) Training Center dan Center of Humane Entrepreneur Development bersama Presiden International Council for Small Business (ICSB) Ahmed Osman di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Program tersebut mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak, salah satunya Hermawan Kartajaya, Chairman ICSB Indonesia serta pengagas Human Entrepreneurship, yakni guru besar dari Korea Selatan, Ki-Chan Kim dari Korea. 

Khofifah-Indar-Parawansa-9.jpg

Sistem OPOP menjadi semangat baru bagi santri dan seluruh pesantren yang telah memiliki produk. Unusa melalui OPOP Training Center akan melakukan pendampingan dan bersinergi dengan Pemprov Jatim.

“Tugas kita melalui perguruan tinggi dengan para mahasiswa untuk membuat bisnis,” kata Khofifah, Kamis (22/8/2019).

Selain itu program ini juga mendapat dukungan dari Presiden Dewan Internasional untuk Usaha Kecil atau ICSB Ahmed Osman dari Mesir, yang turut menjadi pembicara dalam International Studium Generale Santripreneurship di Auditorium Unusa.

“Kita butuh power untuk menginisiasi ini.  Menjual ide, jaringan dan sistem. ICSB akan mempersiapkan GPS (panduan, red) untuk pengusaha-pengusaha muda Indonesia,” kata Khofifah.

Khofifah melanjutkan jika para pendiri NU dengan gagasan bisnis merupakan bagian dari upaya menempatkan warga NU menjadi pencetak lapangan kerja.

Saya melihat potensi pesantren luar biasa, seperti Sidogiri yang telah menunjukkan kekuatan membangun jejaring lewat perbankan syariah,” ujarnya.

Gubernur Khofifah juga melihat peluang SMK di pesantren yang telah memiliki produk namun membutuhkan tambahan pendampingan berupa quality control, quantity dan quality yang  terjaga. 

“Antar pesantren yang mempunyai produk mirip sudah bisa memasuki market place yang ada. Peluang untuk bisa masuk Alibaba tinggi sekali karena jumlah pesantren banyak di Jatim sendiri lebih dari 6000,” ujar orang nomor satu di Jatim tersebut.

OPOP-Training-Center.jpg

Namun Khofifah mengingatkan bahwa untuk mencapai hal tersebut perlu pendampingan secara komprehensif. Salah satunya mempersiapkan Tim Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) di perguruan tinggi agar produk tersebut bisa bersaing secara global.

“Ada yang memang belum punya GPS sehingga perlu tim Research and Development untuk bersaing. Oleh karena itu kita bersinergi dengan perguruan tinggi sebagai training center untuk memberi pelatihan, pendampingan dan membangun jejaring untuk pemasaran skala lebih luas,” sambungnya.

Segala upaya tersebut guna menciptakan kemandirian pesantren dan kemandirian santri sehingga mereka siap untuk berdikari dalam sektor apapun. Memandirikan warga dengan small business juga akan membantu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. 

Terlebih captive market Jatim dinilai sangat potensial. Oleh karena itu OPOP Training Center akan menjadi laboratorium persiapan entrepreneur di kalangan santri dan pendampingan produk di kalangan pesantren. 

OPOP-Training-Center-2.jpg

“Saya harap perguruan tinggi yang lain bisa menyiapkan,” tambah Khofifah.

Setiap produk OPOP akan melalui sertifikasi dan dikembangkan melalui jaringan market Nasional. Seperti Transmart dan Aliansi Transmart Untuk Umat. 

Dalam kesempatan yang sama, Prof Mohammad Nuh, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) memberikan kata pengantar kepada ribuan hadirin yang datang. Nuh berkisah tentang Imam Abu Hanafi sebagai simbol kekuatan logika (knowledge), Ibnu Sina sebagai simbol dalam keterampilan menyelesaikan persoalan (skills) dan Syekh Abdul Qodir Jaelani sebagai simbol dari attitude.

“Kombinasi keutuhan dari ketiganya yang ingin Unusa bangun dalam rangka mencetak generasi rahmatan lil alamin,” tandasnya.

M Nuh juga memotivasi para mahasiswa dan pelajar yang hadir untuk meneladani ketiga tokoh penting dalam perkembangan ilmu Islam tersebut. 

“Di situ sebenarnya para pesantren mencetak kadernya jika itu kita kombinasikan dengan entrepreneur maka terbentuklah santripreneurship,” kata Nuh. 

Santri, lanjutnya, tidak harus mondok di pesantren, namun ketika mereka memiliki tiga aspek tadi maka mereka adalah santri. Santripreneurship harus berfikir kritis, kreatif, inovatif, membaca, menangkap dan membuat peluang.

Sementara itu, Hermawan Kertajaya yang secara khusus mengundang Presiden ICBS Ahmad Osman untuk melihat dari dekat keberagaman di Indonesia mengatakan, jika ICSB Jatim berkolaborasi bersama Unusa dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk meningkatkan pengembangan kewirausahaan santri dalam OPOP. ICSB  juga membuat Center of Humane Entreprenur Development. 

“Tentunya semua ini terlaksana dengan dukungan dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebagai perempuan yang penuh inspirasi,” kata Hermawan di sela peresmian OPOP Training Center di Unusa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES