Dinkes Ngawi Awasi Perkembangan Balita Stunting
TIMESINDONESIA, NGAWI – Dinas Kesehatan atau Dinkes Ngawi memberi perhatian khusus terhadap kasus stunting. Dari hasil pengawasan Dinkes Ngawi, ada 8.014 balita stunting yang tersebar di 24 puskesmas.
"Kekhawatiran stunting di Kabupaten Ngawi diakui tidak ada. Hanya saja dengan menggunakan indikator tinggi secara umum, balita Ngawi masuk dalam kategori stunting," ungkap Yudono Kepala Dinkes Ngawi, Rabu (21/8/2019).
Menurut Yudono, pencegahan balita stunting sudah dilakukan sejak 2014 lalu. Faktor utama penyebab stunting adalah asupan gizi anak terutama pada masa balita. Karena itu, tenaga kesehatan dioptimalkan untuk pengawasan gizi dan perkembangan balita sejak dini. Salah satunya melalui kegiatan posyandu.
"Bidan desa, puskesmas dan progam posyandu menjadi ujung tombak pencegahan stunting," kata Yudono.
Sementara itu, Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan, pengelolaan air bersih maupun penanganan gizi buruk akan menjadi prioritas pemerintah daerah, untuk mewujudkan kesehatan optimal di mulai dari puskesmas.
"Seminimal mungkin Ngawi akan menekan stunting, kita mulai dari pengawasan dari puskesmas," tegas Kanang panggilan akrab Budi Sulistyono.
Kanang membenarkan, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral dan buruknya keberagaman pangan serta sumber protein hewani menjadi penyebab stunting. Dia juga berperan aktif dalam usaha pemerintah mencegah stunting.
"Stunting dapat dicegah sejak dini, selain kesadaran para orang tua juga partisipasi dari pihak tenaga kesehatan," ujar Kanang.
Secara sebaran balita stunting berdasarkan data Dinkes Ngawi, Kabupaten Ngawi dan Kecamatan Kendal di peringkat pertama sekitar 40,37 persen, Kecamatan Bringin sebanyak 38,97 persen dan di urutan ketiga Puskesmas Ngawipurba 35,46 persen. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Madiun |