Ekonomi

Warga di Bondowoso Manfaatkan Bambu Jadi Tas Cantik

Rabu, 21 Agustus 2019 - 10:33 | 112.43k
Salah seorang anggota TPID Kecamatan Sukosari Bondowoso saat memamerkan tas bambu cantik di acara Bursa Inovasi Desa. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Salah seorang anggota TPID Kecamatan Sukosari Bondowoso saat memamerkan tas bambu cantik di acara Bursa Inovasi Desa. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Selama ini kebanyakan tas hanya dibuat dari kain dan kulit hewan, namun seorang warga di Bondowoso, Jawa Timur mampu membuat tas cantik berbahan bambu.

 Tas cantik itu diproduksi oleh warga di Desa Pecalongan Kecamatan Sukosari berkat pendampingan dari Tim Penggerak Inovasi Desa (TPID) kecamatan.

Selly, salah seorang anggota TPID Kecamatan Sukosari menjelaskan, bahwa produk itu menggunakan bambu khusus. Yakni bambu ater (buluh Jawa) atau dalam Bahasa Madura dikenal dengan pereng keles.

Tas-dari-Bambu-a.jpg

“Jadi tidak semua bambu bisa digunakan,” kata Selly saat dikonfirmasi TIMES Indonesia.

Selly menjelaskan bahwa kerajinan tangan itu, merupakan karya satu keluarga di Desa Pecalongan. Diproduksi rumahan oleh salah satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu beserta anaknya.

“Pemesannya dari Bali. Setiap dua minggu sekali pasti kirim ke Bali. Minimal 30 item,” jelasnya, di sela-sela acara Bursa Inovasi Desa (BID) Kabupaten Bondowoso.

Harganya cukup bervariasi tergantung kesulitannya. Justru semakin kecil semakin mahal karena semakin sulit. Mulai dari Rp 75.000 sampai dengan Rp 150.000. Sementara produksi tas bambu ini sudah dimulai sejak 2016 lalu.

“Alhamdulilah produksi tas ini sudah dibantu pendanaannya oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pecalongan,” jelasnya.

Tas bambu itu cukup unik dengan ragam variasi model. Mulai tas jenis jinjing hingga selempang. Bahkan tali selempangnya juga terbuat dari bambu.

Berbagai barang bisa dimuat di tas itu. Misalnya rias wajah, handphone hingga dompet. Dengan tampilan yang unik dan sederhana tas bambu itu  terlihat cantik.

Tas-dari-Bambu-b.jpg

Menanggapi hal itu, Wakil Bupati Bondowoso, Irwan Bachtiar Rahmat menilai usaha kerajinan tangan lebih menjanjikan dari pada usaha olahan.

"Kalau usaha olahan, masih banyak pakai sistem goreng yang punya dampak negatif. Tapi kalau handycraft bisa lebih berdaya saing," katanya.

Apalagi kata dia, Kabupaten Bondowoso memiliki kekayaan alam yang melimpah sebagai bahan dasar handycraft.

“Yakni berupa kayu dan bambu yang bisa diolah sesuai kreativtas. Tinggal bagaimana potensi alam tersebut diolah sebaik dan seunik mungkin,” tuturnya.

Dia juga menceritakan, saat berkunjung ke Bali dia menemukan produk handycraft Bondowoso berlabel Bali. Hal itu menunjukkan bahwa sejatinya produk Bondowoso berdaya saing internasional.

"Saya lihat pameran di Bali ada produk Bondowoso tapi sudah dilabel Bali dan sebagainya," jelasnya.

Sebagai langkah agar produk Bondowoso tidak diklaim daerah lain. Pihaknya akan mengoptimalkan peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso. Agar produk-produk kerajinan Bondowoso segera punya hak paten.

"Nanti kita akan usaha Diskoperindag hadir ke sini. Dan mengurus hak paten yang seharusnya mereka dapatkan," tegasnya.

Wabup Irwan sempat melihat kerajinan tas bambu karya warga Kecamatan Sukosari. Dia takjub dengan tas bambu buatan warga Desa Pecalongan tersebut. Dia menyarankan produk tersebut bisa secepatnya diberi label Bondowoso.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Bondowoso

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES