Pendidikan

Anak Usia Sekolah Harus Bisa Mandiri, Bagaimana Peran Orangtua?

Selasa, 20 Agustus 2019 - 15:53 | 486.25k
Ilustrasi: anak sekolah dasar. (foto: Istimewa/Merdeka.com)
Ilustrasi: anak sekolah dasar. (foto: Istimewa/Merdeka.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Masa transisi anak dari kehidupan di rumah ke lingkungan sekolah menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Terlebih, anak-anak yang memasuki sekolah dasar saat ini sudah mulai dituntut bisa mandiri.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak GENERASI Ena Nurjanah mengatakan, ada dua tipe anak di sekolah. Diantaranya, anak yang mudah bergaul dan pintar mencari teman baru. Anak-anak ini tak perlu khawatir dengan situasi baru di sekolahnya.

"Namun, tidak sedikit anak-anak yang pemalu, tertekan dan takut dengan situasi sekolah yang baru. Anak-anak ini tidak berani memulai menyapa teman-temannya, mereka juga takut menghadapi guru di sekolah baru," ungkap Ena kepada TIMES Indonesia, Selasa (20/8/2019).

Menurut Ena, sosok guru di taman kanak-kanak (TK) tentu berbeda dengan guru di sekolah dasar (SD). Di mana guru TK biasanya akan mengenali siswanya satu persatu dengan sangat baik.

Sementara guru SD umumnya sudah disibukkan dengan berbagai tanggung jawab kurikulum yang harus dituntaskan. Sehingga, seringkali kurang memiliki waktu untuk memperhatikan siswa didiknya satu persatu.

"Anak-anak baru di SD biasanya sudah mulai dituntut untuk mandiri. Tidak lagi ada perlakuan khusus dari guru SD untuk selalu siap mendengarkan keluhan siswa didiknya," ujar Ena.

Oleh karenanya, perubahan kebiasaan pada jenjang SD ini harus dipersiapkan oleh para orangtua agar anak-anak lebih mandiri. Anak-anak lanjutnya, harus sudah diajarkan dan dibiasakan di rumah untuk bisa mengatasi kebutuhannya sendiri, seperti makan, minum, ke kamar kecil dan mengatur buku-buku mereka.

"Hal ini agar anak-anak tidak takut menghadapi perubahan kebiasaan yang ada di SD yang sangat berbeda dengan kebiasaan ketika mereka masih di TK," tuturnya.

"Orang tua juga harus tetap memantau kemajuan perkembangan anak-anak mereka. Tidak cukup hanya memantau kemampuan anak-anak mereka dalam mata pelajaran. Namun, yang lebih penting adalah memantau bagaimana perkembangan sosial emosional anak-anak mereka selama di sekolah," sambung Ena.

Tak hanya itu, peran orangtua dalam membangun komunikasi dengan anak turut menjadi hal yang sangat penting. Orangtua bisa menanyakan apa saja yang dilakukan anak di sekolah dan bagaimana perasaan mereka menghadapi itu semua, apakah anak-anak senang, takut, marah, kecewa atau ada perasaan lain yang diungkapkan.

Namun perlu diingat, lakukan komunikasi dengan cara dan waktu yang tepat. Jangan sampai anak malah tertekan dengan berondongan pertanyaan yang melelahkan.

"Perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anak juga menjadi pendorong bagi anak untuk tampil lebih percaya diri karena ia tidak merasa sendiri dan tetap berada dalam jangkauan orangtua mereka," sebut Ena.

Kendati hanya memberikan support saat anak berada di rumah, orangtua tetap harus mengajarkan bagaimana anak bisa membangun kontak sosial yang baik dengan orang lain. Semisal, memberikan contoh adab yang sopan, cara berkomunikasi yang baik, berkenalan dan menyapa orang lain.

"Tidak ada cara instan dalam melahirkan anak-anak yang mandiri, sehat dan ceria. Kesabaran dalam menjalankan peran sebagai orangtua lah yang menjadikan anak-anak (terutama usia sekolah) tumbuh berkembang menjadi pribadi yang mandiri," ujar Ena Nurjanah.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES