Pemerintahan

PD XIII GM FKPPI Jawa Timur: Rakyat Papua adalah Kita

Selasa, 20 Agustus 2019 - 10:10 | 54.99k
Ketua PD XIII GM FKPPI Jawa Timur, Ir R Agoes Soerjanto.
Ketua PD XIII GM FKPPI Jawa Timur, Ir R Agoes Soerjanto.

TIMESINDONESIA, MALANG – Kebinekaan adalah kekuatan persatuan dan kesatuan yang harus dirawat oleh seluruh rakyat Indonesia. Termasuk Rakyat Papua. Karena wilayah Papua dan rakyat Papua berada dalam bingkai NKRI dan Pancasila. Hal itu adalah komitmen PD XIII GM FKPPI Jawa Timur dalam menyikapi insiden mahasiswa asal Papua di Jawa Timur yang kini menjadi persoalan nasional.

Menurut Ketua PD XIII GM FKPPI Jawa Timur, Ir R Agoes Soerjanto, Selasa (20/8/2019), hajatan nasional, berupa Pemilu 2019 sudah sukses dan berjalan dengan damai, semua pihak sudah bergandengan tangan untuk bersama-sama membangun Indonesia lebih maju dan berkeadaban.

Generasi muda bangsa, harus diarahkan pada hal yang lebih baik, positif, inovatif dan kreatif. Cerdas bermedia sosial dan memilih media sebagai referensi dan bacaannya. Tidak lagi terpancing dengan informasi hoaks atau adu domba.

“Dalam insiden yang terjadi di Kota Malang dan Surabaya, harus disikapi dengan sangat bijaksana. Harus betul-betul berhati-hati dalam menyikapinya. Fakta lapangan menjadi landasannya untuk mencari solusinya,” katanya.

Pada Kamis (15/8/2019) pagi, di Kota Malang, ada aksi dari mahasiswa asal Papua, mereka membawa beberapa tuntutan. Salah satunya, mereka mengecam penandatanganan perjanjian di Gedung PBB di Amerika Serikat mengenai proses peralihan administrasi pemerintahan Papua Barat pengaturan mengenai proses Referendum tahun 1969.

Dalam perjanjian tersebut dalam pasal 18 menyatakan, bahwa pemerintah Indonesia akan melaksanakan PEPERA dengan bantuan dan partisipasi dari utusan PBB dan stafnya untuk memberikan kepada rakyat yang ada di Papua Barat kesempatan menjalankan penentuan pendapat secara bebas.

Namun, pada kenyataannya, pasal 18 dari penjajian tersebut telah dilanggar. Kesimpulan dari perjanjian New York ini adalah bahwa terdapat persekongkolan internasional untuk menghilangkan hak kebangsaan rakyat Papua Barat.

Beberapa point yang diusung dalam aksi mahasiswa asal Papua di Malang itu, sebagai bentuk perlawanan rakyat dan mahasiswa terhadap penjajah impeliarisme, tuannya kolonialisme Indonesia serta militerisme.

“Hal itu inti dan kepentingan yang dibawa dalam aksi mahasiswa asal Papua di Kota Malang. Saat aksi berjalan damai, tiba-tiba berubah menjadi anarkis, ada lempar-lempara batu ke pertokoan dan pengrusakan serta memblokade Jalan Basuki Rachmat (Kadjoetangan),” kata Agoes.

Melihat suasana tersebut, para pengguna jalan dan warga yang ada di sekitar lokasi, yang berencana akan menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, merasa terganggu dan emosi. Tanpa terkontrol warga dan pengguna jalan tersulut dan spontan melakukan perlawanan.

Namun, karena dilokasi ada pihak keamanan, dari kepolisian dan personel TNI serta Satpol PP Kota Malang, harus melakukan tindakan pengamanan supaya kericuhan tersebut tidak berlanjut dan jalanan tidak terganggu.

“Akhirnya, teman-teman mahasiswa asal Papua, diamankan dibawa ke lokasi lain yang lebih aman. Sama sekali tidak ada intimidasi dan kekerasan pada teman-teman mahasiswa saat itu. Jadi, tidak benar dan bohong (hoaks), jika ada yang mengatakan ada intimidasi di Malang kepada mahasiswa asal Papua di Malang,” tegas Agoes.

Setelah insiden tersebut, Malang dan kondisi mahasiswa asal Papua di Malang, aman dan damai. Tidak ada gerakan dan tindakan apapun. “Baru kembali mencuat, setelah ada insiden lagi di Surabaya. Mengapa di Surabaya warga marah, karena lagi-lagi bentuk kecintaan pada NKRI, melihat bendera dibuang ke selokan dan tiang benderanya dipatahkan,” katanya.

Penegak hukum pinta Agoes, harus tetap mengusut siapa pelaku pengrusakan bendera merah putih di Surabaya tersebut. Karena hal itu adalah tindakan yang tidak baik dan makar. Selesaikan dengan kerangka nilai-nilai kemanusiaan. Tidak harus ada caci maki dan intimidasi.

Selanjutnya, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, sudah sepakat bahwa NKRI harga mati dan Pancasila sudah final. “Siapapun yang ingin merusak NKRI dan Pancasila, adalah lawan seluruh rakyat Indonesia. Tak diragukan lagi, bahwa rakyat Papua juga cinta NKRI dan Pancasila,” jelasnya.

Namun, insiden yang terjadi di Kota Malang itu, karena masyarakat tersulut emosi melihat daerahnya ada kekacauan dan kerusuhan. Karena Malang cinta damai. “Apalagi Malang adalah kota pendidikan, yang dihuni oleh banyak generasi muda dari berbagai macam daerah di Indonesia, termasuk dari Papua,” jelasnya.

Agoes mengajak, semua generasi muda yang mencari ilmu atau kuliah di Malang, untuk bersama-sama hidup rukun, menjaga kedamaian, merajut kebhinnekaan dan menjadi satu jiwa mencintai NKRI dan Pancasila. Kota Malang katanya, adalah kota yang aman untuk mencari ilmu, karena miniatur nasional sebagai kota pendidikan, ada di Kota Malang.

“Kami PD XIII GM FKPPI Jatim, sangat mendukung dan siap untuk selalu bergandeng tangan mengisi kemerdekaan bangsa kita ini bersama siapapun, terutama teman-teman mahasiswa asal Papua di Malang. Mereka adalah saudara kita. Rakyat Papua adalah kita, karena juga Indonesia,” katanya.

Jika ada tindakan yang menyinggung perasaan masyarakat Papua, atas nama warga Kota Malang dan Jawa Timur, keluarga besar GM FKPPI, dan Aremania, Agoes memohon maaf. “Saat ini, mari bersama-sama merajut persatuan dan kesatuan bangsa. Isi kemerdekaan ini dengan baik dan benar,” katanya.

Jika teman-teman mahasiswa asal Papua di Malang dan di Surabaya, menuntut keadilan kepada pemerintah, demi kebaikan Papua dan sekitarnya kata Agoes, GM FKPPI Jatim siap berjuang bersama. “Karena untuk mendapatkan keadilan dari negara, itu adalah hak setiap warga negara,” ujar Agoes.

Selain itu, Agoes juga menegaskan bahwa informasi yang beredar soal rencana pemulangan mahasiswa asal Papua di Malang, hal itu adalah informasi yang tidak utuh. “Tidak ada maksud pemerintah daerah Kota Malang itu akan memulangkan mahasiswa asal Papua di Kota Malang,” aku Agoes.

Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko katanya, adalah kader terbaik GM FKPPI yang tidak diragukan nasionalismenya, jiwa toleransinya, saling menghargai satu sama lainnya, jiwa kebhinnekaannya. “Siapapun silahkan kuliah di Malang. Tapi, harus dipahami, mari bersama-sama menjaga keamanan dan kedamaian di Kota Malang,” ajak Agoes.

“Mari kita jaga bersama-sama NKRI yang sudah final. Mari kita jaga Bhinneka Tunggal Ika. Saling menghargai satu sama lainnya. Rakyat Papua adalah kita. Mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya adalah saudara kita. GM FKPPI Jatim mengajak semua pihak, mari bersama-sama jangan terpengaruh dengan informasi hoaks yang beredar di media sosial. Harus tabayun jika ada informasi apapun yang beredar di media sosial. Merdeka, Merdeka, Merdeka, NKRI Harga Mati,” tegas Agoes. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES